Liputan6.com, Bandung - Ketua Organda Kota Bandung Neneng Djuraidah mengatakan kehadiran moda taksi online membuat sekitar 50 persen angkot dikandangkan. Kata dia, ada sekitar 2.000 dari total 5.521 angkot milik sembilan perusahaan harus berhenti beroperasi.
Selain karena taksi online, penyebab lain juga membuat angkot-angkot itu berhenti "narik" penumpang. Misalnya banyaknya warga yang menggunakan kendaraan pribadi.
Baca Juga
"Lima puluh persen (angkot) tersebut tidak jalan karena situasi angkutan lagi tidak benar. Selain transportasi berbasis online banyaknya motor, kendaraan pribadi, angkutan massal bus sekolah gratis," kata Neneng di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 10 Maret 2017, seperti dikutip Antara.
Neneng mengatakan, kondisi tersebut telah terjadi sejak dua tahun terakhir, terutama ketika transportasi berbasis aplikasi, seperti taksi online mulai menjamur di Kota Bandung.
"Armada angkot banyak yang dikandangkan," kata dia.
Neneng menuturkan, menindaklanjuti aksi mogok massal pada Kamis, 9 Maret 2017, pihaknya kemudian mengadakan pertemuan dengan organda di seluruh Jawa Barat dan menghasilkan surat keputusan bersama yang sudah diajukan kepada Gubernur Jawa Barat.
Advertisement
"Kami meminta agar dilakukan pembenahan. Kehadiran taksi online sangat berpengaruh sekali karena memang yang dirasakan kita, dari angkot hingga taksi kalau persentasikan 60 persen berpengaruh terhadap pendapatan kita," ujar dia.
Meski begitu, ia pun menyesalkan atas aksi perusakan mobil yang dilakukan beberapa oknum sopir angkot terkait unjuk rasa penolakan taksi online itu. Dengan aksi tersebut, malah semakin memperparah citra angkot di mata masyarakat.
"Kita seharusnya memberikan pelayanan seoptimal mungkin. Kita sedang terpuruk, dan kejadian tersebut membuat suasana semakin buruk," kata dia.