Liputan6.com, Trenggalek - Olahraga catur yang membutuhkan ketelitian pemain untuk mengambil langkah ternyata tak hanya untuk manusia normal. Imam Ma'ruf bisa membuktikannya. Penyandang tuna netra asal Desa Bogoran, Kecamatan Kampak, Trenggalek, Jawa Timur, bisa memenangkan sejumlah pertarungan di atas papan catur meski tak bisa melihat.
Olahraga otak itu telah ditekuninya sejak dua tahun lalu. Perkenalannya dengan catur bermula saat teman-teman seasramanya di SLB Kemala Bhayangkari Trenggalek mengajaknya untuk mengisi waktu luang.
"Karena setiap hari terus diajak main dengan teman, lama-kelamaan saya menyukai catur dan berniat untuk menekuninya," tutur Imam Ma'ruf, Sabtu, 25 Maret 2017.
Baca Juga
Advertisement
Imam mengaku tertarik menekuni catur karena olahraga itu membutuhkan kesabaran dan kejelian untuk melangkah, baik untuk menyerang maupun bertahan. Dengan begitu, setiap langkah yang dilakukan tidak salah atau justru berbahaya.
"Bidak dan papan catur yang kami gunakan berbeda sebab didesain agar kita mengetahui di mana letak bidak kita maupun lawan dengan cara meraba. Makanya sebelum melangkah, seluruh bidak harus diraba," kata Imam.
Ketekunannya belajar catur tidaklah percuma. Sejak 2014 lalu, ia selalu terpilih untuk mewakili Trenggalek dalam perlombaan catur bagi tuna netra. Ia bahkan selalu meraih juara di tingkat Jawa Timur dan secara otomatis mewakili provinsi di kancah nasional.
"Semoga saja saya terus menorehkan prestasi, dan saat ini sedang mempersiapkan diri mewakili Trenggalek dalah O2SN Provinsi, April mendatang," ujar Imam.