Liputan6.com, Yogyakarta - Kereta Sri Jaganad Balarama dan Subadra Dewi atau yang dikenal dengan sebutan Kereta Tuhan menutup rangkaian pawai ogoh-ogoh di Yogyakarta, Sabtu (25/3/2017) sore. Kereta itu merupakan bagian dari Jaganad Ratha Yatra, tradisi yang sudah dilakukan di India sejak ribuan tahun lalu.
Di singgasana kereta terdapat Sri Jaganad sebagai lambang Tuhan Penguasa Alam Semesta yang dimanifestasikan dalam bentuk boneka bermata besar atau arca Jaganad. Menurut kepercayaan Hindu, orang-orang yang menatap mata boneka saat kereta diarak akan mendapat berkah dari Tuhan.
Di kereta tersebut juga terdapat foto Srila Prabhupada, penyebar ajaran Weda ke seluruh dunia serta foto Jayananda Dasprabhu, muridnya Srila Prabhupada, pembuat kereta Sri Jaganad pertama di Amerika.
Sebelum kereta diarak dalam pawai, ritual berdoa dan memecah buah kelapa dilakukan sebagai simbol permohonan kelancaran dalam perjalanan dan dijauhkan dari hal-hal yang jahat.
Baca Juga
Advertisement
"Di Indonesia, tradisi Jaganad Ratha Yatra baru dilakukan sejak 1995, kami mengikuti tradisi India karena Weda pertama kali diturunkan di India," ujar Komang Adi Putra, salah satu panitia.
Pada tahun lalu, kata dia, tradisi itu diselenggarakan di 22 kota, termasuk di wilayah Papua. Pada tahun ini, lanjut dia, pawai ogoh-ogoh di Yogyakarta diikuti oleh 60 ogoh-ogoh.
Pawai mengambil rute Jalan Malioboro sampai ke Titik Nol dalam rangka perayaan Nyepi. Sebelum pawai ogoh-ogoh, masyarakat Hindu juga melaksanakan ritual Melasti pada minggu lalu, yakni mengambil air suci di tengah laut.
Ogoh-ogoh merupakan perwujudan dari hal-hal yang bersifat negatif dan disimbolkan dalam bentuk patung buta kala atau raksasa. Pada puncak perayaan Nyepi di Candi Prambanan, ogoh-ogoh itu akan dibakar.
Ia menambahkan, festival ogoh-ogoh dalam bentuk pawai mengusung toleransi antarumat beragama dan kebersamaan. Selain itu juga dapat menjadi alternatif pariwisata di Yogyakarta.