Liputan6.com, Semarang - Saat para santri di Pondok Pesantren Salafiyah Az Zuhri Semarang hendak bermain sepak bola api, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi rupanya juga ingin ikut serta. Keinginannya dituruti. Ia pun bermain bersama para santri yang berusia jauh darinya.
Wajahnya bahkan cengengesan saat mendapat kesempatan menendang bola api. Padahal, penonton di sekitarnya tegang karena permainan bola api bisa membuat kulit terluka dan terbakar. "Goollll!!!" teriakan penonton menggema ketika tendangan keras Hendi pada bola api tak mampu dibendung kiper lawan.
Para pemain yang berpakaian hitam itu kembali asyik berebut bola api. Hendi yang mengenakan pakaian putih ikut bersemangat, meski napasnya terlihat ngos-ngosan. Pertandingan berakhir, tim yang diperkuat Hendi kalah 1-2.
Advertisement
Baca Juga
Uji kekebalan Wali Kota Semarang tak berhenti sampai di situ. Tiba-tiba sebuah durian dilemparkan ke tengah para pemain. Kembali para santri yang masih anak-anak dan remaja berebut durian sebagai bola.
Seperti sebelumnya, Hendi kelihatan sungkan melawan anak-anak kecil, di samping memang napasnya sudah terengah-engah. Namun begitu, ia mendapat kesempatan menggocek dan menendang durian dengan kaki telanjang, itu dilakukan tanpa ada keraguan, ketakutan, atau ekspresi kesakitan sedikit pun.
Benarkah Wali Kota Semarang Hendi kebal?
Ternyata tidak. Kakinya yang telanjang dipenuhi luka karena kulit durian dan juga gosong-gosong akibat luka bakar. Gus Lukman, tuan rumah Pondok Pesantren, kemudian mendekati dan berkata akan mengobati.
Wajah Hendi terlihat tenang. Gus Lukman ternyata membawa seember air keras dan luka-luka itu langsung dibasuh dengan air keras.
Lagi-lagi, Hendi tetap tenang, tidak ragu atau takut. Ajaib. Luka akibat terkena duri kulit durian dan kulit yang melepuh karena api, ternyata malah menghilang. Tak ada sedikit pun bekas lukanya.
Kepada Liputan6.com, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengaku baru pertama kali mencoba bermain sepak bola api dan sepak bola durian. Ia datang karena mendapat undangan dalam perayaan Ulang Tahun Pondok Pesantren Salafiyah Az Zuhri itu. Benarkah Hendi kebal dan tak merasakan sakit?
"Rasa sakit waktu menendang bola api atau bola durian itu pasti ada. Bohong kalau bilang enggak sakit. Apalagi seperti saya yang nggak punya ilmu kebal. Namun yang penting adalah keyakinan dan doa. Insya Allah apa-apa yang kita kerjakan akan berhasil," kata Hendi.
Ia tertarik ikut bermain tanpa harus menjalani laku tirakat macam-macam. Ia hanya yakin dan percaya kepada tuan rumah yang diyakini tak akan mencelakainya. Percaya dan berbaik sangka kepada tuan rumah itu yang kemudian membuatnya sukses melewati tantangan.
"Percaya dan berbaik sangka kepada semua orang. Jangan pernah berpikir buruk atau curiga. Itu kunci lainnya," kata Hendi.
Sementara itu, Pengurus Pondok Pesantren Salafiyah Az-Zuhri, Gus Lukman Hakim menambahkan, bahwa keyakinan merupakan hal penting sebagai bekal hidup manusia di dunia dan akhirat. Permainan sepak bola api dan sepak bola durian hanyalah sebuah pertunjukan kecil yang meneguhkan arti penting keyakinan diri.
"Manusia harus menumbuhkan rasa keyakinannya. Keyakinan itulah bekal hidup kita di dunia dan akhirat. Dan sekarang ini sudah banyak orang yang kehilangan keyakinannya," kata Gus Lukman Hakim.
Rangkaian perayaan Ulang Tahun Ponpes Salafiyah Az-Zuhri yang dibuka dengan sepak bola api itu ditutup dengan pesta kembang api, menerbangkan lampion, dan pergelaran wayang kulit.