Kembang Dharmo Pelancar Jodoh dalam Tradisi Suku Osing

Dalam ritual Seblang Suku Osing, kembang Dharmo adalah untaian bunga terdiri dari kemuning, melati, dan beberapa bunga lainnya yang diikat

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Jul 2017, 14:51 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 14:51 WIB
Ritual adat Seblang
Pembagian Kembang Dharmo dan Ider Bumi menjadi penanda berakhirnya ritual adat Seblang warga Suku Osing. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Ritual Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, yang digelar selama tujuh hari, berakhir dengan adanya pembagian Kembang Dharmo dan Ider Bumi yang menjadi penanda berakhirnya tradisi adat Suku Osing tersebut.

Di hari terakhir ritual adat Suku Osing tersebut, kerumunan penonton semakin padat mengitari pentas yang di tengahnya terdapat payung besar dari kain putih itu. Mereka semua menunggu pembagian Kembang Dharmo.

Kembang Dharmo adalah untaian bunga terdiri dari kemuning, melati, dan beberapa bunga lainnya yang dikaitkan dalam tangkai dari bambu. Buat mendapatkannya, mereka membayar mahar, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000, terserah penonton yang menghendakinya.

Bunga yang telah melalui proses ritual tersebut dipercaya dapat menjadi perantara untuk melancarkan jodoh. "Semuanya ini (Kembang Dharmo), hanya perantara. Keyakinan untuk dapat jodoh tetap disadarkan pada Allah," ucap salah seorang sesepuh kampung melalui pengeras suara di panggung utama, Kamis, 6 Juli 2017.

Setelah proses pembagian Kembang Dharmo tersebut, penari Seblang menjalani Ider Bumi. Ia diiringi dengan gending-gending dan tetabuhan menari berkeliling ke sudut-sudut desa. Tetua adat dan masyarakat mengikutinya dari belakang.

"Ini sebagian upaya untuk meminta keselamatan kepada Tuhan yang Maha Esa sebagaimana yang telah diajarkan oleh para leluhur," kata Ketua Adat Desa Olehsari, Ansori dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (7/7/2017).

Pembagian Kembang Dharmo dan Ider Bumi menjadi penanda berakhirnya ritual adat Seblang warga Suku Osing. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Dengan selesainya prosesi tersebut, pergelaran Seblang Olehsari akan kembali dihelat satu tahun kemudian. Tepatnya, setiap bulan Syawal. Sebagai bagian dari bersih desa, Seblang telah menjadi adat yang turun-temurun bagi masyarakat Osing di Desa Olehsari.

Ritual Seblang merupakan tarian magis yang dilakukan seorang gadis yang masih memiliki garis keturunan dengan penari Seblang pertama kali. Untuk tahun ini, Fadia Yulianti terpilih kembali menjadi penarinya. Gadis berusia sebelas tahun tersebut, telah empat kali ini terpilih oleh roh leluhur untuk menjadi penari Seblang.

Rangkaian adat Seblang Olehsari tersebut, kini telah masuk dalam jadwal Banyuwangi Festival. Hal ini, sebagai bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi masyarakat.

Pembagian Kembang Dharmo dan Ider Bumi menjadi penanda berakhirnya ritual adat Seblang warga Suku Osing. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

"Seblang telah menjadi bagian dari adat masyarakat Olehsari sejak dulu. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk melestarikan tradisi di tengah masyarakat. Maka, kami masukkan dalam rangkaian Banyuwangi Festival," tutur Wakil Bupati (Wabup) Banyuwangi, Yusuf Widiyatmoko yang menghadiri ritual penutupan Seblang tersebut.

Wabup Yusuf pun terlihat menyimak setiap ritual Suku Osing yang dijalankan gadis Seblang tersebut. "Meski beberapa kali hadir di tradisi, saya tetap terkesima dengan tradisi masyarakat sini. Warga di sini tetap menjunjung tinggi tradisinya. Ini yang bikin saya kagum," ujar Yusuf.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya