Liputan6.com, Cilacap - Layang-layang pada musim kemarau dan angin timuran marak di berbagai daerah, termasuk di wilayah pesisir mulai Kebumen hingga Cilacap, Jawa Tengah. Tak hanya anak kecil, seringkali layang-layang dimainkan oleh orang dewasa dengan berbagai bentuk dan fitur, mulai ukuran sedang hingga berukuran raksasa.
Ada layang-layang yang terbuat dari kertas, alumunium foil, dan plastik. Bahkan, sebagian layang-layang di Cilacap dan Kebumen dibuat dari plastik dan dipasangi lampu agar layang-layang bisa diterbangkan malam hari dan kerlap-kerlip di ketinggian.
"Mereka tak sadar bahwa itu membahayakan. Apalagi jika diterbangkan dekat dengan jaringan PLN,"Â kata Kepala Humas PT PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Cilacap, Slamet Agus Budiono, Rabu malam, 26 Juli 2017.
Baca Juga
Slamet mengatakan, akibat layang-layang menyangkut jaringan, sebanyak 800 ribu lebih pelanggan PLN APJ Cilacap mengalami pemadaman listrik antara Mei hingga Juli 2017 ini. Layang-layang berbagai fitur itu memicu hubungan arus pendek atau korsleting yang memicu swith off atau listrik padam.
"Bahwa ada sekitar 800 ribu-an lah ya. Itu kejadiannya mulai bulan Mei hingga bulan ini. Itu kan terjadi di beberapa tempat, wilayah layanan APJ Cilacap," ujarnya.
Slamet menjelaskan, laporan berbagai kasus layang-layang nyangkut itu mulai di Daerah Kebumen, Gombong, Cilacap Timur, Cilacap Kota, dan Cilacap Timur.
"Kalau nyenggol jaringan yang terjadi kebanyakan seperti kasusnya. Memang, gangguan yang terjadi 85 persen yang terjadi sekarang layang-layang trennya," kata dia menerangkan.
Ia menjelaskan, hampir seluruh jenis layang-layang berbahaya jika mengenai kabel PLN yang tak berpengaman. Namun, dia menyebut layang-layang yang terbuat dari kertas kado alumunium foil paling berbahaya. Pasalnya, saat terkena jaringan listrik, kertas yang bersifat konduktor itu (menghantarkan panas) akan menyebabkan hubungan arus pendek antara saluran positif dengan negatif.
Tak hanya itu, menurut Slamet, layang-layang yang terbuat dari kertas biasa pun bisa berbahaya jika menyangkut di kabel jaringan. Pasalnya, saat dibiarkan menggelantung, saat hujan atau terkena embun, air yang terkandung dalam kertas juga menjadikan kertas bersifat konduktif dan memicu hubungan arus pendek.
"Layang-layang itu kan lebarnya 3 meter, Mas. Lha, terus, kalau malam-malam kayak di Kroya, Cilacap dan sebagainya itu kemudian malamnya itu kan dikasih lampu. Lampu itu, nanti ada sedikit kabelnya. Itu banyak yang turun, nanti nyenggol jaringan," ujarnya.
Begitu pula dengan layang-layang biasa, yang terbuat dari kertas. Saat menyangkut di jaringan, saat basah oleh air hujan atau embun, juga dapat memicu arus pendek dan memicu pemadaman otomatis.
"Layang-layang yang mengenai jaringan juga membayakan bagi orang yang bermain. Sebab, ada beberapa jenis tali layangan yang bersifat konduktor," ujarya.
Untuk itu, pihaknya telah berkirim surat kepada Bupati Cilacap dan Kapolres Cilacap untuk melakukan imbauan dan surat edaran agar masyarakat tak bermain layang-layang di dekat jaringan listrik agar tak memicu pemadaman listrik. Selain itu, Bupati diharapkan membuat surat edaran yang melarang masyarakat membuat layangan dari bahan bersifat konduktif.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Advertisement
Â