Kisah Kelahiran Kembar Siam Berkaki Tiga Asal Garut

Kembar siam berkaki tiga asal Garut itu bukanlah kasus pertama di dunia. Kembar siam ini bertipe abdomino pygopagus.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 29 Agu 2017, 07:01 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2017, 07:01 WIB
Kisah Kelahiran Kembar Siam Berkaki Tiga Asal Garut
Kembar siam berkaki tiga asal Garut itu bukanlah kasus pertama di dunia. Kembar siam ini bertipe abdomino pygopagus. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung – Iwan Kurniawan (39) bahagia ketika mengetahui sang istri, Yani (30), mengandung anak kembar. Namun, tak disangka karena kedua putrinya ternyata kembar siam (conjoint twin) dengan kondisi dempet perut dan memiliki tiga kaki.

Kedua putrinya lahir di Tanjung Pinang, 29 Oktober 2013. Setelah dirawat di RSUD Kijang, si kembar ketika itu dirujuk ke RS Angkatan Laut. Mereka lalu dibawa ke RS Awal Bros Riau sebelum dirujuk ke RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta Pusat. Di sana, keduanya dirawat selama satu tahun.

"Dari awalnya sudah divonis tidak bisa dipisah," kata Iwan saat ditemui wartawan di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Senin, 28 Agustus 2017.

Karena sudah kehabisan uang, dia pun memutuskan untuk membawa kedua buah hatinya, yakni Al Putri Anugrah dan Al Putri Dewiningsih ke Garut, Jawa Barat, sejak tahun lalu.

Namun, kedua anak kembar siam berusia 3 tahun 10 bulan ini merasa terusik dengan keberadaan salah satu kakinya. Kaki tambahan sepanjang 20 sentimeter tersebut selain mengganggu, juga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kedua anaknya semakin tak nyaman dengan kondisi kaki tersebut. Maka itu, ia meminta agar kaki tersebut dihilangkan dari tubuh keduanya.

"Mereka suka bertanya kenapa badan ayah dan ibunya berbeda dengan milik mereka. Padahal, kalau melihat mereka sekarang ini lebih aktif, senang main kayak anak lain pada umumnya," ucap dia.

Iwan akhirnya berkonsultasi kepada dokter di RSHS. Menurut dia, pihak RSHS bersedia mengoperasi pengangkatan kaki tambahan putrinya.

Biaya operasi memang ditanggung pemerintah. Namun, ia tetap membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama menunggui kedua putrinya di rumah sakit. Padahal, ia kini sudah tidak bekerja.

"Bantuan pernah diberikan lewat Pak Lurah dan Dinkes Garut. Sekarang ini bingung untuk biaya sehari-hari karena saya sudah tidak bekerja," ujarnya.

Adapun Ketua Tim Penanganan Bayi Kembar RSHS Bandung Sjarif Hidajat Effendi mengatakan, kasus kembar siam ini bukanlah kasus pertama di dunia. Ia menyebutkan, kembar siam asal Garut ini bertipe abdomino pygopagus.

"Di luar negeri ada yang seperti ini, namun didukung dengan rehabilitasi medis yang canggih, sehingga pascaoperasi anak bisa bergerak dengan baik," kata Sjarif.

Untuk menangani kasus anak kembar siam ini, pihaknya sudah menyiapkan tim khusus, mulai dari bagian rehabilitasi medis, hingga psikologis anak.

"Makanya di tim kami ini juga ada dukungan dari rehabilitasi medis dan psikolog anak," tuturnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya