Liputan6.com, Jakarta - Chang dan Eng Bunker adalah "membar siam" yang mula-mula dikenal. Hidup mereka bersama-sama sungguh menarik. Sayang berakhir cukup tragis.
Kembar dempat itu lebih dari sekedar keanehan' -- karena mereka ternyata bisa meraih karier luar biasa: menjadi pemain akrobat kelas dunia, pebisnis, dan bahkan sempat dijuluki "Keajaiban ke-8 Dunia."
Baca Juga
Dikutip dari Listverse.com pada Jumat (31/3/2017), tak lama setelah tiba di Boston, si kembar mulai melakukan pertunjukan di seluruh Amerika Serikat (AS) dan Eropa bersama-sama dengan karnaval dan sirkus.
Advertisement
Banyak yang menduga mereka hanya penipu, tapi Chang dan Eng memang benar-benar terhubung secara permanen di bawah tulang dada mereka oleh ligamen dan tulang rawan sepanjang 13 centimeter dengan lebar 2 centimeter.
Berikut ini adalah sejumlah fakta dan mitos tentang Chang dan Eng Bunker:
1. Chang dan Eng adalah Orang Siam
Tidak seperti sangkaan selama ini, Chan dan Eng bukanlah orang Siam walaupun terlahir di Siam (nama Thailand di masa lalu).
Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, si kembar yang lahir pada 11 Mei 1811 itu memiliki ibu campuran China dan Melayu, sedangkan ayah mereka adalah orang Tiongkok.
Ibunya masih berusia 35 tahun saat melahirkan dalam rumah apung di desa nelayan yang berjarak 70 kilometer dari Bangkok.
Bidan yang membantu persalinan terkejut melihat mereka saat baru lahir karena ada tabung besar yang menghubungkan mereka.
Saat kelahiran, tali pusar membelit mereka, tapi tali itu kemudian diputuskan oleh sang ibu sehingga diduga menyelamatkan nyawa anak-anaknya. Setelah itu, mereka ditempatkan berhadapan agar bisa saling menatap. Chang, yang lebih pendek, di sebelah kiri dan Eng di sebelah kanan.
Advertisement
2. Dituduh Korban 'Ulah Setan'
Pada masa kelahiran mereka, orang masih sangat percaya takhayul sehingga kelahiran dempet dipandang sebagai "ulah Setan". Pada masa itu, pengetahuan kedokteran juga belum semaju sekarang.
Karena itu, si kembar mengalami kendala sejak lahirnya, ditambah lagi dengan wabah kolera yang merenggut nyawa 5 saudara kandung dan juga ayah mereka.
Chan dan Eng pun menjadi tulang punggung keluarga, hasil bisnis telur bebek tidak mencukupi kebutuhan mereka
Akhirnya, pada 1829 saat berusia 17 tahun, mereka berlayar ke Boston. Dengan bantuan seorang penerjemah, mereka cepat belajar bahasa Inggris dan disebut-sebut mampu memanjat tiang kapal secepat para awak lain di kapal.
Setibanya di Boston, mereka dijuluki "Bocah Berganda Siam" dan langsung terkenal. Tak lama munculah julukan "Kembar Siam" yang kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia.
Istilah "Kembar Siam" bahkan dijadikan sebutan lazim bagi semua kembar dempet.
3. Dituduh Memicu Wabah
Si kembar bahkan pernah disebut sebagai "Keajaiban ke-8 Dunia" karena kemampuan akrobat dan pertunjukan, padahal Chang dan Eng sangat direndahkan di negeri asal mereka sendiri sejak kecil. Apalagi, keduanya memiliki orangtua yang kawin campur.
Lebih parah lagi, mereka bahkan dipersalahkan sebagai penyebab wabah kolera yang membunuh 30 ribu orang sehingga mayat-mayat bertebaran di sungai.
Bahkan, dalam syair lagu "Kutukan Hidup" yang ditulis di Singapura, tertera penderitaan si kembar yang hampir digantung oleh kerumunan warga yang marah karena takhayul.
Dua kali sepanjang karier, mereka dibawah pengelolaan P.T. Barnum yang terkenal dengan ucapan, "Ada seorang pecundang lahir setiap menit." Walaupun begitu, mereka cukup sejahtera ketika masih bersama Barnum.
Saat yang sama Herman Melville, penulis kisah Moby Dick, menyebut mereka "monster" dan mempersamakan dengan sosok Moby Dick.
Semua itu dialami bahkan ketika mereka ditanggap oleh para tokoh seperti Tsar Nikolas II dari Rusia dan Ratu Victoria dari Inggris.
Advertisement
4. Sempat Dikira Binatang Aneh
Kehidupan Chang dan Eng mungkin akan biasa-biasa saja kalau bukan karena tindakan Robert Hunter, seorang pedagang Inggris yang pertama kalinya melihat si kembar saat mereka masih anak-anak.
Pada awalnya Hunter mengira sedang melihat hewan aneh sedang berenang menyeberangi sungai. Tapi ia kemudian menyadari bahwa mereka adalah anak kembar dan langsung menyadari potensi keuntungan.
Hunter segera bicara kepada orangtuan si kembar dan meminta izin untuk membawa mereka untuk dipamerkan di Amerika Serikat.
Itupun tidak langsung sukses dan mereka harus menunggu 5 tahun. Uang US$500 yang diserahkan ibu si kembar, serta bantuan seorang pelaut Amerika, berhasil mengeluarkan mereka secara legal dari Siam.
Kapten kapal beranama Abel Coffin membantu Hunter untuk meyakinkan Raja Siam saat itu, Rama III, untuk mengizinkan si kembar di bawa ke AS, diduga dengan membayar suap berupa sekelompok penari dan sebuah teleskop.
Sebagai anak-anak yang sangat disemangati oleh ibu mereka, Chang dan Eng berlatih dengan tekun dan mengatur gerakan mereka.
Selagi melakukan itu, ligamen penyambung mereka meregang hingga 13 centimeter. Dengan demikain, mereka bisa berenang, berjalan, berlari, senam, dan bahkan mengendalikan perahu.
Seperti adat pada masa itu, mereka bahkan bisa berlutut berbarengan sebanyak 18 kali saat menghadap Raja Rama III. Si kembar juga sangat cerdik berjalan menggunakan tangan. Tindakan itu menjadi gaya khas mereka digemari penonton di manapun mereka pergi.
Karena kemampuan pertunjukan akrobatik yang presisi, mereka pun meraup kekayaan bahkan sebelum usia 30.
5. Bertempur dalam Perang Saudara AS?
Pada 1869, Packard’s Monthly mencetak komik karya MarkTwain yang berjudul "Kebiasaan Pribadi si Kembar Siam" yang isinya mengaku mengerti apapun tentang si kembar.
Seakan mengetahui Chang dan Eng secara pribadi, Twain mengaku bahwa kakak-beradik Bunker merupakan musuh fanatik selama Perang Saudara.
Lebih jauh lagi, Twain menyebutkan bahwa mereka bertempur "dengan berani" dalam perang. Chang memihak pemberontak dan Eng pihak yankee. Mereka bahkan pernah saling menjadikan tawanan satu sama lain di Battle of Seven Oaks.
Selanjutnya, Twain mengatakan bahwa pengadilan militer lah yang kemudian memutuskan siapa yang menangkap dan yang ditangkap.
Jika dibayangkan seragam mereka dan giliran menembak atau jumlah senjata yang harus mereka bawa, Chang dan Eng mungkin tidak akan panjang umur dalam perang. Mark Twain seharusnya menyadari hal itu.
Sebenarnya, Eng memang mendapat panggilan mendaftar di pihak pemberontak pada awal perang, tapi Chang menolak bergabung sehingga perwira Konfederasi yang berwenang tidak ada pilihan lain kecuali membiarkan mereka pergi.
Ada lagi fakta yang jarang diketahui bahwa 2 orang dari antara putra-putra mereka memang bertempur di pihak Konfederasi.
Advertisement
6. Chang dan Eng Pernah Jadi Budak?
Ada beberapa pihak yang menduga si kembar Bunker itu pernah menjadi budak bagi suatu bisnis Amerika, tapi itu sama sekali tidak benar. Faktanya, si kembar Bunker itu tidak membutuhkan P.T. Barnum dan malah sebaliknya.
Penelitian mengungkapkan bahwa mereka selalu dibayar dengan baik untuk pertunjukan dan pernah menjadi kaya karena melakukan itu.
Kesalahan terbesar dalam karier adalah ketika secara sembrono membeli sebidang tanah di Wilkesboro, North Carolina, sehingga langsung berada di dalam cengkeraman pihak Konfederasi.
Pada 1852, sejumlah harian mendapat fakta bahwa Chang dan Eng memiliki beberapa budak, lalu tersiarlah kabar yang mempersamakan mereka dengan monster. Beberapa harian besar di Pantai Timur mencetak ulang artikel mengerikan itu dan menyebut si kembar menyesah budak mereka sebagai “majikan brutal” terhadap budak-budak mereka.
Si kembar menanggapi melalui terbitan sebuah buklet yang berisi pernyataan pedas mereka terkait hal yang dipersengketakan. Terbitan itu menyertakan pernyataan tentang kemampuan mereka dan ditandatangani oleh 13 warga masyarakat lokal yang juga ikut geram mendengar kebohongan media.
Chang dan Eng memang pernah memiliki 33 budak, tapi mereka memperlakukan para budak itu secara cukup baik.
Terutama karena mereka mengajar para budak untuk membaca dan menulis yang merupakan hal melawan hukum yang, pada masa akhir Perang Sipil, dapat diganjar hukuman mati di beberapa negara bagian di Selatan.
7.Terlibat Cinta Segitiga?
Pernah ada guyonan yang menyebutkan Chang dan Eng terlibat dalam cinta segitiga, sehingga mereka bahkan bertikai karena situasi itu.
Dikatakan juga bahwa mereka saling menantang duel, tapi tidak bisa memutuskan jarak untuk saling menembak.
Kejadian sebenarnya tidak sekonyol itu. Chang dan Eng menaksir para putri David Yates tetangga mereka sesama petani. Tapi ada dilema di antara putri-putri Yates tersebut, Sarah dan Adelaide.
Adelaide dan Chang saling jatuh cinta, tapi Eng dan Sarah baru saling cinta 5 tahun kemudian. Pada masa Victoria, pernikahan si kembar dengan dua wanita kakak-beradik dapat diterima. Sehingga, pada 1843, mereka berempat dinikahkan secara ibadah Baptis di dalam ruang keluarga Yates.
Tersiarlah kabar bahwa, di perkebunan keluarga Bunker, dua pasangan itu memesan ranjang yang diperkuat agar bisa menampung mereka berempat. Secara alamiah, pernikahan mereka pun menjadi skandal nasional dan orang-orang menyebut ikatan itu menggambarkan rendahnya moral pihak Konfederasi.
Ada juga laporan yang menyebutkan bahwa seorang wanita di Kentucky mendapatkan anak kembar dempet -- dan mengaku telah melihat foto Chang dan Eng ketika ia sedang hamil.
Diterpa tentangan terhadap pernikahan mereka, si kembar Bunker memiliki 21 anak dari 2 pasangan, dan sekarang ini ada 1.500 keturunan mereka.
Advertisement
8. Saat Chang Minum-minum, Eng Mabuk
Karena saling berhadapan bahkan saat tidur, si kembar harus saling akur walaupun tidak selalu demikian keadaannya.
Mereka tetaplah dua kepribadian yang berbeda. Dan, seperti kembar lainnya, ada hal-hal yang saling bertentangan di antara mereka.
Karena dipaksa untuk saling bekerja sama dalam segala hal dalam hidup, mereka membeli rumah ke dua dan tinggal bergantian setiap 3 hari di dua rumahtangga berbeda yang disesuaikan dengan kepribadian masing-masing.
Tergantung pemilik rumah, keluarga pemilik rumahlah yang bertanggungjawab penuh atas semuanya, termasuk istri mereka dan apa yang dilakukannya.
Mitos yang sering terdengar adalah bahwa ketika Chang minum-minum, maka justru Eng yang mabuk sehingga mereka sering berkelahi dan saling hajar.
Kenyataannya, ketika Chang minum-minum, Eng sama sekali tidak terganggu oleh alkohol. Hanya saja Eng tidak suka jika saudara lelakinya minum-minum sehingga mereka berselisih tentang itu.
Suatu kali Chang mengancam saudara lelakinya dengan pisau, tapi amarah akhirnya reda dan tidak ada yang cedera. Tapi, selain itu, sepertinya tidak ada bukti bahwa pernah ada di antara mereka yang pernah menyakiti yang lain secara fisik, entah Chang mabuk ataupun tidak.
9. Tur Terakhir dan Terburuk Pada 1866
Setelah tiba di AS, uang datang bertubi-tubi bagi Chang dan Eng, tapi biaya hidup tetap tinggi. Pada 1838, setelah berkeliling ke seluruh negeri selama 7 tahun yang melelahkan, mereka memutuskan untuk mencoba melepaskan diri dari hingar-bingar dunia hiburan.
Dengan uang cukup pensiun tapi lelah karena berkeliling, apalagi Chang dan Eng sudah menjadi warga negara AS, maka mereka pun memutuskan untuk menetap di sana.
Mereka mengambil nama marga “Bunker” sesuai dengan nama seorang teman baik di Boston. Lalu mereka membeli perkebunan di North Carolina dan sibuk dalam kehidupan pertanian di Selatan.
Setelah mapan dan meraih status tinggi yang langka di Selatan pada masa perbudakan, mereka kehilangan segalanya ketika pihak Union menyerbu masuk ke North Carolina dalam Perang Sipil. Setelah pertanian mereka dihancurkan, si kembar terpaksa keliling lagi untuk mencari nafkah.
Tapi, pada saat itu, usia mereka sudah 50-an dan ketenaran sudah redup. Bukan hanya itu, Chang ketagihan alkohol sehingga daya tarik merekapun terbenam dan terlihat dalam aksi mereka. Tur pada 1866 merupakan bencana keuangan.
Advertisement
10. Eng Menyaksikan Chang Meninggal Dunia
Pada suatu malam beku pada Januari 1874, Eng terbangun dan mendapati Chang telah meninggal dunia sesaat sebelumnya pada malam yang sama. Dengan demikian, dugaan bahwa ia menjadi saksi saudaranya sedang meninggal tidak benar.
Eng dan Chang saat itu berusia 62 tahun. Tindakan Eng dalam 3 jam terakhir adalah meminta maaf kepada saudaranya yang sudah meninggal dan terbujur kaku di sisinya.
Chang baru saja mendapat serangan stroke dan komplikasi alkoholisme telah melemahkannya.
Penelitian baru-baru ini pada hasil otopsi menengarai bahwa mereka berbagi satu hati (liver) sehingga diragukan bahwa mereka bisa menyintas pembedahan pemisahan di usia lanjut.
Ironisnya, mereka mungkin bisa dengan mudah dipisahkan ketika masih bayi seandainya ada dokter bedah untuk melakukannya.
Eng kemudian meninggal dunia, tak lama setelah saudara lelakinya meninggal. Kisah itu memang menyedihkan tapi masih berlanjut hingga sekarang.
Setelah pemakaman, jasad-jasad si kembar digali lagi dan dikirim ke College of Physicians di Philadelphia, kemudian dibedah dan dipelajari. Sesudah itu dibuatlah peti mati untuk jasad mereka dan hingga sekarang ada di Mutter Museum di Philadelphia.