Keluh Kesah Warga Perbatasan yang Menyayat Hati

Persoalan warga perbatasan begitu kompleks, mulai dari kondisi pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 21 Sep 2017, 03:05 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2017, 03:05 WIB
Warga perbatasan
Kapolsek Siding saat berpatroli ke daerah-daerah perbatasan. Foto: (Raden AMP/Liputan6.com)

Liputan6.com, Siding - Berbagai persoalan yang dihadapi warga perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Barat tak pernah usai, mulai kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur.

Kapolsek Siding Ipda Safari, mengatakan beragam persoalan itu temuannya dari lapangan. Siding di Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Setiap harinya, ia dan bersama anggota berkeliling perbatasan. Kepadanya, warga perbatasan sering berkeluh kesah terkait keadaan yang ada di perbatasan.

Ketua Adat Desa Siding, Asmudin, misalnya, berharap agar penerangan listrik dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) ditingkatkan dan pemasangan listrik di tiga desa yang hingga kini belum teraliri listrik dari delapan desa di Kecamatan Siding.

"Air bersih juga. Sumber air bersih banyak namun belum maksimal masuk ke rumah-rumah penduduk karena keterbatasan sarana," kata Safari menirukan ucapan Asmudin, Kamis, 7 September 2017.

Selain itu, warga perbatasan juga mengeluhkan terkait larangan pembakaran hutan dan lahan di sana. Kata mereka, hal itu berdampak pada perekonomian.

"Adanya larangan pemerintah membakar hutan dan lahan ini dapat mengakibatkan masyarakat kekurangan makan. Kelaparan karena masyarakat pedalaman hanya bisa dan sudah tradisi menanam padi dengan cara membakar," kata dia.

Pada 2007, pemerintah memiliki program cetak sawah, bahkan lahan sudah disiapkan.  Namun, masyarakat tidak dididik cara membuat sawah.

"Iirigasi tidak ada, cara memupuk tidak mengerti, bantuan traktor ada, masyarakat tidak diajar mengoperasikannya. Mohon adanya penyuluh pertanian yang benar mau mengajari masyarakat," ucapnya penuh harap.

Agustinus, guru SDN 1 Siding berharap pemerintah memberdayakan putra-putri Kecamatan Siding yang disebut sebagai beranda Negara Indonesia. Ia berharap, putra-putri di perbatasan mendapat prioritas untuk dapat bekerja di instasi pemerintah, TNI maupun Polri. 

Hal itu sesuai dengan jenjang pendidikan mereka selanjutnya untuk bertugas kembali di perbatasan, khususnya di Kecamatan Siding. "Karena selama ini petugas-petugas yang ada tidak betah bertugas di pedalaman. Contoh tenaga medis sering kosong," kata dia.

Dia juga meminta dibangunnya asrama di setiap sekolah. Tujuannya adalah agar dapat menampung murid yang dari pedalaman. Selain itu ada pembangunan untuk perumahan guru agar guru betah dan konsentrasi untuk mendidik anak-anak di perbatasan.

Kepala Dusun Betung, Desa Tangguh, Petrus, berharap adanya peningkatan jalan Trans Kalimantan atau jalan negara. Tujuannya agar mereka dapat memgeluarkan atau menjual hasil bumi ke Kecamatan Seluas maupun Kecamatan Jagoi Babang melalui jalan darat. 

"Jika menggunakan sungai biaya yg dikeluarkan sewa sampan Rp 2 juta lebih," ucapnya menjelaskan.

Jika hasil bumi sudah dapat dikeluarkan, namun pada saat penen raya hasil bumi tidak tertampung mengakibatkan tidak ada nilai jualnya para petani merugi. "Mohon adanya penampungan atau koperasi hasil bumi," ujarnya penuh harap.

Sementara itu, tokoh pemuda Desa Tangguh, Leo Nardus menjelaskan, ia pernah ke Malaysia menjadi TKI ilegal, tetapi lalu ditangkap. Alasan dia bekerja di Malaysia karena di kampung tidak ada pekerjaan yang dapat menghasilkan uang.

"Jalan darat belum terbuka, namun sekarang jalan darat sudah dibuka, walaupan hanya dapat dilalui pada musim panas. Dapat menghasilkan uang sebagai pengojek barang maupun orang dan tidak mau lagi menjadi TKI di Malaysia," ucapnya mengenang.

Saksikan video pilihan berikut ini!

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya