Letusan Gunung Agung dalam Ingatan Warga Sepuh Jembrana Bali

Gunung Agung tercatat empat kali meletus. Letusan terakhir terjadi pada 1963 atau 54 tahun yang lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2017, 09:32 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2017, 09:32 WIB
Gunung Agung
Peningkatan status Gunung Agung, Karangasem, Bali, dari Normal ke Waspada pada 14 September 2017. Visual tanggal 13 September 2017. (Foto: Istimewa/PVMBG/Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

Liputan6.com, Negara - Meskipun jaraknya jauh, warga di Kabupaten Jembrana, Bali, ikut memantau perkembangan Gunung Agung, yang dikhawatirkan akan meletus.

"Kalau meletus, abunya dikhawatirkan sampai di sini. Saya siap-siap saja dengan masker," kata Rahman Kholidi, salah seorang warga Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Selasa (19/9/2017), dilansir Antara.

Pria berumur 44 tahun itu mengatakan, sejak lahir dirinya tidak pernah mengalami letusan gunung terbesar di Bali tersebut. Ia hanya mendengarkan cerita dari orangtuanya.

Sementara Hj. Chaeriyah, salah seorang warga yang sudah sepuh, mengaku masih ingat dengan letusan Gunung Agung. Namun, dia lupa tahun terjadinya letusan tersebut. Sepanjang ingatannya, abu tebal menutupi langit Kabupaten Jembrana saat Gunung Agung meletus.

Berdasarkan data, Gunung Agung tercata empat kali meletus. Adapun letusan terakhir terjadi pada 1963. Siang hari pada masa Gunung Agung meletus tak ubahnya malam hari karena pekatnya abu. Warga bahkan tetap menyalakan lampu tempel saat itu.

"Mudah-mudahan Gunung Agung tidak jadi meletus, karena suasana waktu itu tidak enak dan mencekam, meskipun daerah sini jauh dari gunung tersebut," katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Jembrana Ketut Eko Susilo Artha Permanan mengatakan, meskipun jaraknya relatif jauh, pihaknya tetap memantau dan mewaspadai perkembangan Gunung Agung.

Menurut dia, pihaknya juga sudah bersurat ke seluruh kepala desa untuk mengantisipasi dampak buruk jika Gunung Agung meletus bagi warga Kabupaten Jembrana.

Dalam surat tersebut, ia meminta aparat desa untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung, antara lain dengan menyiapkan masker.

"Saat abu sampai di sini, yang paling penting adalah masker. Kami imbau masyarakat berpartisipasi dan mengantisipasi jika Gunung Agung meletus," kata Ketut.

Status Gunung Agung kembali dinaikkan dalam waktu hanya berselang empat hari. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, status aktivitas Gunung Agung dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) terhitung mulai Senin, 18 September 2017, pukul 21.00 Wita.

Sejauh ini, Kepala PVMBG telah melaporkan kenaikan status Gunung Agung kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD Provinsi Bali, dan BPBD Kabupaten Karangasem.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya