Liputan6.com, Sangihe - Jalan-jalan ke Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, kurang afdal bila belum berkunjung ke Kampung Lenganeng di Kecamatan Tabukan Utara.
Selain sebagai pusat penyebaran Islam Tua Masade, kampung ini tersohor sebagai pusat pandai besi atau empu yang memproduksi berbagai jenis pedang.
Suasana pagi itu pun terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan karena matahari yang mulai bergerak naik dan menyinari bumi, api yang membara di sejumlah pusat pandai besi jadi penyebabnya.
Advertisement
Baca Juga
Setiap pagi, para pandai besi sudah mulai mengerjakan berbagai jenis pedang, parang, dan juga benda lainnya," ucap Agung Masihor, salah satu warga Kampung Lenganeng, Sabtu, pekan kedua September silam.
Di kawasan para pandai besi itu, lima laki-laki tampak sibuk mengerjakan sejumlah pasanan dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Ujung besi yang membara karena dibakar terlebih dahulu ditempa dengan palu seberat lima kilogram. Secara bergantian, para kipung atau pandai besi itu menjatuhkan palu ke ujung besi yang membara itu.
"Sudah sejak dulu warga Kampung Lenganeng menyandarkan hidup dari memproduksi berbagai alat ini," Agung menambahkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Ada 142 Pandai Besi
Cukup banyak warga Kampung Lenganeng, menggantungkan hidup mereka dari usaha pandai besi. Dari jumlah penduduk sekitar 600 jiwa, ada 142 pandai besi yang terhimpun dalam 17 kelompok dan dibagi dalam 71 bengkel kerja.
Tak mengherankan, bila kemudian muncul sebutan Lenganeng sebagai kampungnya para empu atau pandai besi. Kehebatan pandai besi di Sangihe, mungkin tidak setenar cerita Empu Gandring, sang pembuat keris Ken Arok yang melegenda di Pulau Jawa.
Namun, mereka menjalani pekerjaan itu sejak lama. bahkan mewarisinya dari zaman kerajaan kuno di sana. "Kalau di Jawa disebut empu, di sini disebut kipung. Mereka adalah pandai besi, khususnya ahli pembuat pedang yang masih tersisa," ujar Agung.
Dalam sehari, puluhan hingga ratusan pedang dan senjata tajam lainnya bisa dihasilkan para pandai besi ini. Selain pemasaran di sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe, mereka juga melayani permintaan dari luar daerah.
"Memang pagi di sini, terasa lebih panas dari kampung lain. Apalagi, jika berada di pusat pembuatan pedang seperti ini," Agung Masihor memungkasi.
Advertisement