Warga Asing Unggah Video Kawah Gunung Agung, BNPB Meradang

Akun Facebook, Karl Kaddouri, mengunggah video yang memperlihatkan kondisi terkini kawah Gunung Agung di Karangasem, Bali.

oleh Anri Syaiful diperbarui 07 Okt 2017, 00:01 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2017, 00:01 WIB
Gunung Agung
Ada warga asing melalui akun Facebook, Karl Kaddouri, mengunggah video yang memperlihatkan kondisi kawah Gunung Agung. Video diunggah pada Jumat, 6 Oktober 2017. (Capture: Facebook/Karl Kaddouri)

Liputan6.com, Karangasem - Aksi nekat menerobos larangan zona berbahaya di Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, kembali terjadi. Jika sebelumnya ada sejumlah warga lokal yang menerobos zona larangan hingga ke puncak kawah kemudian mengunggah di media sosial atau medsos.

Kali ini, ada warga negara asing melalui akun Facebook Karl Kaddouri mengunggah video yang memperlihatkan kondisi kawah Gunung Agung. Video diunggah pada Jumat, 6 Oktober 2017, dan menjadi viral di medsos.

"Ini jelas pelanggaran. Meski sudah tahu berbahaya dan dilarang memasuki zona berbahaya dari Gunung Agung, apalagi sampai ke puncak kawah, namun semua itu dilanggar," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Jumat malam, 6 Oktober 2017.

Menurut Sutopo, sangat berbahaya mendaki Gunung Agung yang berstatus Awas (Level IV), karena dapat tiba-tiba terjadi letusan. "Berbahaya bagi orang tersebut maupun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban di puncak kawah," ia menambahkan.

Dari video kawah Gunung Agung, memang kondisinya seperti itu. "Sudah ada rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah," ujar Sutopo.

Ada warga asing melalui akun Facebook, Karl Kaddouri, mengunggah video yang memperlihatkan kondisi kawah Gunung Agung. Video diunggah pada Jumat, 6 Oktober 2017. (Capture: Facebook/Karl Kaddouri)

Sutopo menjelaskan, keluarnya asap mengindikasikan adanya pemanasan ke permukaan. Ketebalannya asap menandakan bahwa proses degassing lebih intensif. Warna putih mengindikasikan adanya dominasi air (yang dipanaskan).

Sementara, suara seperti pesawat mengindikasikan tekanan yang tinggi. Air yang keluar ke kawah lewat lapangan solfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma mendekati permukaan. "Artinya sangat berbahaya di dekat kawah Gunung Agung," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pemuka Hindu Naik Gunung Agung

Gunung Agung
Jro Mangku Kari sempat viral di media sosial lantaran tampak dalam video di puncak Gunung Agung. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Sebelumnya, ada sejumlah warga setempat yang nekat ke kawah Gunung Agung, meski sudah dilarang. "Mereka menggunakan logika spiritual. Selain itu juga ingin mendoakan agar gunung tidak meletus. Namun sayang, disebarluaskan ke media sosial sehingga menimbulkan keresahan masyarakat," tutur Sutopo.

Adanya sebagian masyarakat tetap nelat menerobos ke puncak gunung meski berbahaya, juga ada di gunung lain. Tahun 2007 saat Gunung Kelud status Awas, tokoh masyarakat setempat nekat masuk ke zona berbahaya dan membawa sesaji melakukan spiritual dengan maksud berkompromi dengan arwah Lembu Suro yang diyakini bersemayam di dalam kawah Gunung Kelud.

Di Gunung Sinabung, imbuh Sutopo, ada warga yang menerobos ke zona berbahaya karena akan melakukan ziarah leluhurnya. Begitu juga ada yang nekat untuk melihat gunung dari dekat dan mendokumentasikan. "Tiba-tiba terjadi letusan disertai awan panas, sehingga menyebabkan 17 orang meninggal dunia pada 11 Februari 2014," ujarnya.

Padahal, bila terjadi letusan, suhu lava pijar yang keluar dari kawah sekitar 700-1.200 derajat Celsius. Begitu pula awan panas dengan kecepatan sekitar 200-300 kilometer per jam dengan temperatur mencapai 600-800 derajat Celsius. "Ini sangat mematikan bagi orang yang ada di dekatnya," Sutopo memperingatkan.

Dengan demikian, menurut Sutopo, warga dilarang memasuki zona berbahaya di Gunung Agung. Secara visual kelihatannya aman karena tanda-tanda letusan belum tampak. Namun, di dalam gunung masih bergolak.

Dorongan magma ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tapi terekam dalam instrumentasi yang dipasang oleh Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG).

"Janganlah mengambil gambar dan video lalu disebarluaskan ke media sosial. Tindakan ini membuat bingung dan resah masyarakat. Tak ada manfaatnya dengan mengunggah ke media sosial," Sutopo menegaskan.

Untuk itu, lanjut Sutopo, aparat akan memperketat penjagaan agarwarga tidak menerobos zona berbahaya. Hanya saja, tidak mungkin semua wilayah di sekeliling Gunung Agung dijaga aparat sepanjang hari. Karena itu, perlu kerja sama semua pihak.

Sekali lagi, Sutopo berpesan, warga jangan menerobos zona berbahaya, yaitu di radius sembilan kilometer dari puncak kawah dan 12 kilmeter di sektor utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya dari puncak kawah Gunung Agung.

"Biarlah Gunung Agung punya gawe. Yang penting kita semua selamat," Sutopo memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya