Kupang Coba Dulang Rupiah dari Warisan Belanda dan Jepang

Salah satu bangunan warisan Belanda yang tersisa adalah gereja tua Kota Kupang yang dibangun pada zaman Zending.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2017, 21:32 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2017, 21:32 WIB
Pulau Kera, Keindahan Surga di Pinggir Kota Kupang
Pulau Kera, Keindahan Surga di Pinggir Kota Kupang

Liputan6.com, Kupang - Sejumlah situs sejarah peninggalan kolonial Belanda dan Jepang di Kota Kupang segera ditata untuk dijadikan destinasi wisata sejarah di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.

"Pemerintah terus dorong secara perlahan melakukan penataan kawasannya agar terawat dan terlindungi untuk selanjutnya akan ditingkatkan penataannya jadi obyek wisata," kata Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man di Kupang, Senin (9/10/2017), dilansir Antara.

Hermanus mengatakan hal itu menjawab langkah pemerintah menata dan menjadikan sejumlah tempat dan situs peninggalan Kolonial Belanda dan Jepang di Kota Kupang sebagai tempat wisata.

Dia mengatakan secara keseluruhan, di Kota Kupang terdapat sejumlah situs peninggalan Belanda dan Jepang, antara lain, goa Jepang di Kelurahan Penfui, serta situs meriam peninggalan Perang Dunia II di Kelurahan Nunbaun Delha dan Kelurahan Kelapa Lima.

Ada juga makam raja-raja Taebenu di Kelurahan Mantasi, Benteng Fort Cotcordia, gereja tua Kota Kupang yang merupakan gereja tertua yang dibangun oleh Zending pada zaman penjajahan Belanda, serta pekuburan peninggalan VOC Belanda.

"Semua situs itu saat ini dalam pengawasan dan penataan dan tentunya secara bertahap akan terus dipercantik," kata Hermanus.

Hermanus mengatakan selain penataan situs peninggalan, Pemerintah Kota Kupang juga sedang merancang upaya revitalisasi kota tua di Kupang yang berada di sepanjang Kelurahan Solor.

Di daerah tersebut, selain ada kota tua, juga terdapat rumah bekas asisten residen, dan bekas kantor gubernur pertama Nusa Tenggara Timur, yang setelah itu menjadi kantor Bupati Kupang.

Selain itu, juga masih ada peninggalan bangunan tua lainnya seperti Klenteng Lay, Lembaga Pemasyarakatan (LP) tempo dulu, Masjid Airmata, tugu proklamasi, Jembatan Selam, dan bekas Benteng Concordia yang kini dimanfaatkan sebagai markas TNI.

"Semua peninggalan itu, saat ini sedang dimanfaatkan oleh masing-masing kelompok seperti TNI dan warga Kota Kupang dan Airmata untuk masjidnya," katanya.

Secara kelembagaan, pemerintah Kota Kupang akan terus menata situs tersebut sehingga semua objek dan situs peninggalan itu akan tetap terpelihara dan akan menjadi catatan sejarah bagi generasi akan datang.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kota Kupang Esther Muhu mengatakan, rencana revitalisasi kota tua Kupang akan meliputi elemen-elemen tata ruang, ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, serta sarana untuk aktivitas penunjang kawasan.

Untuk sarana aktivitas penunjang kawasan dapat dilakukan aktivitas rekreasi budaya di pantai sekitar Pantai Kupang atau beberapa tempat terbuka lainnya, sehingga meningkatkan nilai ekonomi dalam kawasan tersebut. "Kawasan kota tua dapat dijadikan sebagai tempat tujuan wisata dan tempat perdagangan," katanya.

Sedangkan, untuk ruang terbuka bagi masyarakat, akan berada di terminal, pantai depan terminal, dan pertokoan sepanjang jalan menuju Kampung Solor. "Ruang terbuka tersebut dapat dimanfaatkan untuk berekreasi, jalan-jalan ataupun berbelanja," kata Ester.

Dia menambahkan untuk mendukung semua rencana itu, pemerintah Kota Kupang telah mengusulkan sejumlah peninggalan yang berada di kawasan Solor, termasuk pabrik es peninggalan Belanda, menjadi situs budaya.

"Usulan sudah pernah disampaikan ke pemerintah pusat dan masih menanti hasilnya hingga saat ini," ujar Esther.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya