21-8-1995: Kunjungi Jakarta, Ratu Belanda Akui Kemerdekaan RI

Kunjungan Ratu Beatrix ke Indonesia sekaligus menandai pengakuannya atas kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 21 Agu 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 06:00 WIB
Ratu Beatrix dan Presiden Soeharto
Ratu Beatrix dan Presiden Soeharto saat berada di Jakarta pada Agustus 1945. (dbnl.org/Bert Verhoeff)

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 21 Agustus 1995 menjadi momen bersejarah dalam hubungan Republik Indonesia dan Belanda. Pada hari itu, Ratu Beatrix dari Belanda melakukan kunjungan kenegaraan ke Jakarta.

Ia datang untuk menjalin hubungan balik dengan RI yang waktu itu dipimpin Presiden Soeharto.

Republik Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 setelah dijajah sekitar 350 tahun oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang. Namun pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia baru terjadi pada tanggal 27 Desember 1947. Untuk itu, kedatangan Ratu Belanda pada tahun 1995 ini diharapkan bisa menjadi momen positif atas pengakuan resmi tanggal kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dalam kunjungannya, Ratu Beatrix menyebut bahwa RI merdeka pada 17 Agustus 1945. Ini kali pertama Ratu Belanda mengucapkan soal kemerdekaan Indonesia, kendati pernyataan itu tak dideklarasikannya secara resmi.

"Beberapa hari lalu, Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-50. Sejak itu, tanggal 17 Agustus menjadi hari nasional Anda," ujar Beatrix di hadapan Presiden Soeharto dan pejabat Indonesia dalam acara gala dinner di Jakarta, seperti dimuat UPI.com.

Dalam pidato di Istana Negara itu, ia juga menyebut, proses dekolonialisasi berlangsung panjang dan menyakitkan.

Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Belanda waktu itu belum mengakui kedaulatan Indonesia. Alih-alih memberikan deklarasi kedaulatan untuk Indonesia, Belanda mengirimkan 120 ribu pasukan ke tanah air untuk melancarkan agresi militer Belanda.

Perang pun terjadi antara pejuang RI dan serdadu Negeri Oranye. Belanda pada akhirnya menarik pasukan dan mengaku kemerdekaan RI pada 27 Desember 1947.

Dalam kunjungan ke Jakarta selama 11 hari tersebut, Ratu Beatrix ditemani sang suami, Pangeran Claus dan 61 pejabat serta delegasi pengusaha Belanda. Beatrix yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma dijemput Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Mereka kemudian menuju Istana Negara menemui Presiden Soeharto, disambut atraksi meriam dan marching band.

Sejumlah veteran Indonesia di Jakarta saat itu meminta Beatrix untuk mengucapkan permohonan maaf karena Belanda tak langsung mengakui kemerdekaan RI setelah 17 Agustus 1945. Namun menurut Menteri Sekretariat Negara Murdiono, permintaan maaf tersebut sudah tak perlu dilakukan.

Dalam kunjungannya, Soeharto dan Beatrix melakukan pembicaraan diplomasi hubungan kedua negara. Namun tak diketahui apa yang menjadi topik pembicaraan antara Soeharto dan Beatrix. "Ada beberapa pembicaraan santai, non-informal," ungkap Murdiono.

Di Jakarta, Beatrix mengunjungi sejumlah pemakaman tempat tentara Belanda dikebumikan, seperti Taman Makam Kalibata dan Menteng Pulo.

Kabarnya, Ratu Beatrix berencana datang ke Jakarta tepat pada 17 Agustus 1995, namun para veteran Belanda memprotes kunjungan pada tanggal tersebut. Sehingga kunjungan dimundur menjadi tanggal 21 Agustus 1995.

Pengakuan tanggal RI merdeka 17 Agustus 1945 baru diberikan secara resmi oleh Belanda pada pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan itu disampaikan dalam pidato Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot di Gedung Departemen Luar Negeri di Jakarta. Ia mengatakan, 'secara moral dan politik' Belanda mengakui Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.

Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. "Saat Ben Bot menjadi tamu peringatan Kemerdekaan RI pada 2005, ia menjadi pejabat Belanda pertama yang menghadirinya," demikian dikutip dari latitudes.nu.

Sejarah lain mencatat pada 21 Agustus 1945, Kemerdekaan Indonesia diumumkan secara resmi di Aceh. Kemudian 21 Agustus 1991, Latvia mendeklarasikan ulang kemerdekaan penuhnya setelah pendudukan Uni Soviet.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya