Pulau Sempu, Miniatur Hutan Dataran Rendah Jawa

Peneliti LIPI mendapati 200 jenis tumbuhan endemik hutan dataran rendah di cagar alam Pulau Sempu

oleh Zainul Arifin diperbarui 31 Okt 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2017, 07:30 WIB
Pulau Sempu, Miniatur Hutan Dataran Rendah Jawa
Pulau Sempu di Kabupaten Malang, Jawa Timur, kaya keanekaragaman hayati jenis hutan dataran rendah (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Malang - Pulau Sempu terbilang menakjubkan. Saat daratan jawa tipe asli vegetasi hutan dataran rendah semakin terdegradasi, keanekaragaman Pulau Sempu masih utuh dan lengkap. Pulau berstatus Cagar Alam ini pun layak disebut sebagai miniatur hutan dataran rendah Jawa.

Kepala Seksi Eksplorasi dan Koleksi Tumbuhan Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Deden Mudiana mengatakan, melihat tipe ekosistem, hutan mangrove, hutan hujan dataran rendah sampai vegetasi karst yang ada menjadikan Pulau Sempu sangat unik.

“Ditambah lagi statusnya Cagar Alam. Ada keunikan sekaligus konservasi di situ. Kaya dengan keanekaragaman hayati,” kata Deden ditemui di kantornya di Pasuruan, Jawa Timur, Senin 30 Oktober 2017.

Sepanjang tahun 2015 – 2017, tim Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI telah meneliti keragaman flora di Cagar Alam Pulau Sempu. Hasilnya, didapati 200 jenis tumbuhan di dalam pulau seluas 887 hektar tersebut. Deden meyakini jumlah jenis tumbuhan sebenarnya bisa lebih dari itu.

"Karena untuk sebuah spesies tumbuhan ada yang di beberapa bulan berikutnya baru bisa dipastikan," ujarnya.

Tim peneliti Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI menggelar ekspedisi flora di Pulau Sempu beberapa tahap selama tiga tahun. Melintasi sejumlah jalur seperti Blok Waru – Waru, Teluk Semut, Blok Segoro Anakan, Tlogo Lele, Tlogo Dowo hingga pesisir barat pulau.

Deden mengatakan, tim peneliti merujuk pada literatur Flora of Java untuk mengidentifikasi ratusan tanaman dan tumbuhan yang didapati selama ekspedisi flora. Hasilnya, seluruh tumbuhan itu termuat dalam salah satu literatur untuk mengenali tumbuhan endemik jawa itu.

Misalnya, kendarahan (Myristica teijsmannii), pohon keben (Barringtonia asiatica), pohon bayur (Pterospermum diversifolium), manggis hutan (Garsinia celebica). Ada pula beberapa kelompok Diospyros atau masyarakat umum menyebut kayu hitam. Mulai dari Diospyros celebica, Diospyros macrophylla, Diospyros cauliflora, Diospyros malabarica.

"Di Pulau Sempu, kayu hitam itu berupa tegakan yang rapat. Jadi, kawasan ini sangat menakjubkan," ujar Dedi.

Bahkan ada 12 jenis mangrove yang masuk kategori langka dan dilindungi berdasarkan ketetapan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Beberapa jenis mangrove itu seperti Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Rizhopora mucronata.

"Keberadaan itu menjadi tambahan pembobotan untuk sebuah kawasan konservasi. Pulau Sempu seperti miniatur vegetasi dataran rendah jawa," tutur Deden.

Tidak semua specimen jenis tumbuhan yang didapatkan sebagai hasil ekspedisi bisa dibawa ke Kebun Raya Purwodadi untuk dikoleksi. Pengkoleksian itu bertujuan jika suatu saat kawasan konservasi hilang atau terdegradasi, maka masih ada dokumennya berupa spesimen koleksinya.

"Tak mudah membawa specimen tumbuhan dari alam ke kebun raya karena proses adaptasi yang berbeda," ucap Deden.

Hasil penelitian ini sudah disampaikan ke Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) selaku pengelola kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI juga menjadi bagian tim Evaluasi Kesesuaian Fungsi Pulau Sempu oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

"Penelitian kami fokus ke flora, belum termasuk keragaman fauna. Pandangan saya, status sebagai kawasan konservasi harus dipertahankan sesuai regulasinya," tegas Deden.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya