Penertiban Prostitusi di Balik Ritual Seks Gunung Kemukus

Pemerintah setempat menertibkan bisnis seks yang mendompleng kepercayaan ritual seks di Gunung Kemukus.

diperbarui 05 Nov 2017, 13:02 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2017, 13:02 WIB
Kisah Pilu Di Balik Ritual Seks Gunung Kemukus
Gunung Kemukus, Saksi Bisu Ritual Seks

Joglosemar, Sragen - Aksi pembersihan obyek wisata Makam Pangeran Samudera di Gunung Kemukus, Pendem, Sumberlawang dari praktik prostitusi dan karaoke mesum mulai digeber. Puluhan warung dan rumah karaoke yang terindikasi masih nekat menjalankan bisnis mesum, langsung disegel paksa.

Penyegelan dilakukan saat digelar operasi gabungan penertiban Kemukus pada Kamis 1 November 2017. Operasi dilakukan oleh puluhan personel gabungan yang melibatkan Tim Polres, TNI, Kesbangpolinmas, Satpol PP, Dinas Sosial. Setiba di lokasi, tim langsung bergerak dibagi dalam tiga zona.

Mereka menyisir satu persatu warung-warung yang ada di sekitar Obyek Wisata yang sempat menjadi sorotan dunia dengan ritual seksnya itu.

Tim langsung menyegel sedikitnya 40 warung yang terdeteksi masih digunakan untuk menyediakan jasa mesum maupun karaoke tanpa izin. Puluhan warung itu berada di wilayah Kedunguter dan Dukuh Gunungsari, Desa Pendem.

“Ada sekitar 40 warung yang tadi disegel oleh tim. Penyegelan dilakukan dengan menempel stiker dan tidak boleh beroperasi lagi. Karena indikasinya masih nekat beroperasi padahal dari surat terakhir Pak Sekda tanggal 5 Oktober lalu sosialisasi 14 hari setelah itu sanksinya tegas yaitu penindakan penyegelan,” papar Kepala Kesbangpolinmas Sragen, Heru Martono seusai operasi penertiban, kemarin.

Menurutnya penyegelan paksa itu dilakukan karena batas waktu penutupan operasi adalah 14 hari sejak surat peringatan terakhir yang dilayangkan Pemkab tanggal 5 Oktober silam.

Saat ditanya sampai kapan penertiban akan dilakukan, Heru menyampaikan hal itu akan terus dilakukan mengingat meski sudah ditertibkan, realitanya masih ada yang kucing-kucingan buka.

“Waktu tadi tim ke sana memang sudah bersih,”tukasnya.

Penanggungjawab Obyek (PJO) Gunung Kemukus, Suparno mengapresiasi penertiban dan penutupan warung mesuk, PSK dan karaoke liar yang ada di sekitar obyek wisata Kemukus. Menurutnya pembersihan itu merupakan langkah positif untuk kembali meluruskan serta membersihkan obyek wisaya Kemukus sebagai tempat wisata religi.

Saat ditanya apakah masih ada PSK dan warung karaoke yang buka kucing-kucingan, Suparno menyampaikan sejak ada instruksi penutupan beberapa waktu lalu, operasional karaoke liar sudah berhenti. Sedangkan untuk PSK, pihaknya menyampaikan terkadang sulit terdeteksi karena mreka biasanya mangkal di warung-warung dan menyamar sebagai pengunjung.

“Kalau satu dua mungkin ada. Tapi sudah nggak banyak seperti dulu. Kadang juga nggak bisa terdeteksi karena mereka di warung-warung. Mudah-mudahan bisa benar-benar bersih dari anak-anak binaan (PSK) sehingga mengembalikan citra Kemukus sebagai wisata religi,” tandasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Ritual Seks Gunung Kemukus

Kisah Pilu Di Balik Ritual Seks Gunung Kemukus
Gunung Kemukus, Saksi Bisu Ritual Seks

Banyak orang menjalani ritual seks di Gunung Kemukus. Tiap malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon, orang-orang berdatangan ke lokasi yang terletak di Desa Pendem, Sumber Lawang, Sragen, Jawa Tengah itu. Mereka menjalani ritual dengan harapan hajatnya terkabul.

Mereka menuntaskan ritual dengan berhubungan seksual, bukan dengan pasangan sahnya. Dari berbagai referensi, prosesi ritual dimulai dengan berdoa dan persembahan menggunakan berbagai macam bunga di lokasi makam Pangeran Samudra, kemudian harus membasuh dirinya di mata air suci lalu bercinta dengan orang asing.

Ritual ini berawal dari penafsiran sebagian kalangan atas legenda Pangeran Samudra. Pangeran Samodro adalah murid Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, atau sembilan orang kudus, yang terlibat penyebaran Islam di seluruh nusantara. Dalam perjalanan tersebut, ia jatuh sakit dan sekarat di dekat Gunung Kemukus.

Ketika berita kematian Pangeran Samudra terdengar, sang ibu tiri bergegas ke kuburannya. Saat mencapai dasar bukit, dia menerima "penglihatan" dari pangeran yang menyuruhnya untuk membasuh wajah di salah satu mata air.

Saat naik bukit, bunga jatuh dari rambutnya, dan tumbuh menjadi pohon Dewadaru langka di belakangnya. Saat mencapai kuburan, sang ibu tiri terjatuh dan meninggal. Tubuhnya kemudian menghilang -- tak diketahui apakah ke udara atau ke dalam kubur.

Namun ada versi lain, Pangeran Samudra memiliki hubungan asmara dengan ibu tirinya. Mereka kemudian memutuskan kabur ke gunung tersebut dan berhubungan intim di sana.

Keduanya kemudian bercinta di puncak Gunung Kemukus dan tertangkap basah. Mereka lalu dibunuh dan dikubur di sana. Namun, kisah hubungan asmara ini kini malah dipraktikkan sebagian orang dengan alasan mencari keberuntungan.

Rena Masri, psikolog dewasa dari PION Clinician, menilai latar belakang pendidikan dan ekonomi harusnya dapat membuat seseorang tak percaya begitu saja dengan ritual seperti ini. Namun, tekanan di dalam lingkungan sosial ternyata membuat seseorang tergiur untuk mencoba ritual seks di Gunung Kemukus.

"Kalau orang kota nih melihat tetangga atau temannya seperti itu dia akan tertarik apalagi kalau orang itu percaya dengan mistis. Nah, tapi kalau orang-orang di desa kan dia mikirnya 'besok makan apa ya', terus melihat ada cara cepet seperti itu, ya dia akan ikut dan mempercayainya," jelas Rena ke Liputan6.com, Kamis 31 Agustus 2017.

Menurut Rena, pemerataan pendidikan dan ekonomi bisa menjadi solusi untuk mencegah kepercayaan terhadap ritual seperti ritual seks Gunung Kemukus ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya