Liputan6.com, Denpasar Hampir dua bulan masyarakat di lereng Gunung Agung mengungsi. Tak terbersit keinginan lain selain menyelamatkan diri dan keluarga terdekat. Mereka melupakan makhluk lain yang dekat dengannya.
Ya, ada anjing, kucing, dan ternak peliharaan mereka tak ikut serta mereka bawa. Hingga dua bulan mereka ditinggal mengungsi. Meski sang tuan berada di pengungsian, tetapi kesetiaan anjing Bali menunggu kedatangan sang tuan begitu tinggi. Dengan sabar mereka tetap berada di rumah tuannya. Sesekali ia menyalak begitu ada orang asing mendekat.
Saat melintas di kawasan Desa Lebih, Kabupaten Karangasem, Bali, rumah-rumah warga tak berpenghuni masih berdiri kokoh. Raungan kendaraan bermotor yang berhenti di tengah jalan memancing anjing-anjing milik warga itu menghampiri.
Advertisement
Cara menggonggong penuh isyarat tanda kelaparan. Raut wajahnya seakan meminta seonggok daging untuk mengisi perut mereka.
Adalah Gus Fery, warga dari Desa Selat yang melintas di area desa ini. Gus Ferry baru saja pulang ke rumahnya dari pengungsian untuk sekadar menengok desanya.
Sesampainya di lokasi, ia langsung dikerubuti pulihan anjing Bali itu. Dua potong ayam goreng miliknya jatah makan siang terpaksa berpindah tangan. Tak sampai hitungan menit ayam goreng yang masih panas itu ludes dimakan anjing-anjing yang tengah kelaparan.
Baca Juga
Potongan ayam goreng itu rupanya tak membuat perut mereka kenyang. Gerombolan anjing Bali itu menghampiri Gus Ferry. Mereka menjilati kaki Gus Ferry.
Gus Ferry tahu isyarat yang diberikan anjing-anjing itu. Mereka meminta tambahan jatah makanan. Ya, Gus Ferry memang pecinta anjing. Ia paham betul perilaku makhluk berkaki empat itu. Dari gonggongannya, Gus Ferry tahu perut anjing itu masih keroncongan.
Apa mau dikata, ia tak bisa berbuat banyak. Tak ada lagi makanan tersisa yang dimilikinya. Yang bisa ia lakukan hanya mengelus kepala anjing-anjing itu satu persatu.
Puluhan anjing Bali itu seakan mengerti maksud Gus Ferry. Ia duduk di sekitar kaki pria yang datang bersama saudaranya itu.
"Saya merasa sangat sedih tidak bisa berbuat banyak memberikan mereka makanan. Terlihat sekali mereka (anjing) sangat lapar," kata Gus Fery kepada Liputan6.com, Jumat (1/12/2017).
Titip Salam untuk Sang Tuan di Pengungsian
Hampir satu jam Gus Fery duduk di tengah jalan desa itu dikelilingi anjing-anjing Bali itu. Sambil mengamati sekitar, Gus Fery melihat beberapa anjing Bali dengan setia duduk di depan rumah tuannya.
"Mereka (anjing Bali) banyak duduk-duduk di rumah warga. Ada yang berdiri dan berjalan. Sepertinya mereka menjaga rumah tuannya. Melihat muka mereka kasihan sekali. Mereka sepertinya rindu tuannya datang. Pokoknya terlihat sendu wajah mereka," katanya.
Gus Fery akhirnya beranjak. Ia menyalakan sepeda motor trailnya. Anjing-anjing itu kembali menyalak. Seakan ingin menitip pesan kepada Gus Ferry untuk disampaikan kepada tuannya agar mereka segera kembali.
Gus Ferry tak kuasa menahan haru. Ia sebetulnya masih ingin berlama-lama. Namun, ia juga berkejaran dengan waktu. Pasalnya, desa tersebut masuk dalam zona merah Gunung Agung yang terus meletus memuntahkan material vulkanik.
Saat ia memacu kendaraannya, anjing-anjing itu mengejarnya. Mungkin sebagai tanda perpisahan. Sesekali ia menengok ke belakang. Anjing-anjing itu terus 'mengantarnya' turun ke zona aman Gunung Agung.
Pelan-pelan, mereka lenyap dalam pandangan Gus Ferry. Anjing-anjing itu kembali ke rumah tuannya. Menjaga isi rumah yang ditinggal mengungsi sembari berharap sang tuan segera kembali.
Advertisement