Liputan6.com, Purbalingga - Bagi seorang bidan, membantu persalinan adalah tugas utama. Keahlian untuk soal ini tak perlu dipertanyakan lagi. Keterampilan mereka saat menangani persalinan telah teruji.
Ini juga berlaku untuk tugas lain, seperti melayani kontrasepsi, mengecek kesehatan ibu hamil, mengobati penyakit organ reproduksi, mengobati bayi, dan tugas paramedis lainnya.
Akan tetapi, barangkali tak banyak bidan atau paramedis lain yang memiliki pengalaman bagaimana membantu ibu dengan gangguan jiwa yang bersalin. Salah satu yang memperoleh pengalaman langka itu adalah bidan-bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga, Jawa Tengah.
Advertisement
Akhir November 2017 lalu, RSUD Goeteng menerima pasien rujukan, seorang ibu hamil dari Puskesmas Bobotsari. Sebenarnya, tak ada masalah dengan ibu hamil yang diperkirakan sudah memasuki hari perkiraan lahir (HPL) ini. Hanya saja, si ibu menderita gangguan jiwa. Ia pun tanpa identitas.
Baca Juga
Ia dirujuk lantaran Puskesmas Bobotsari memang tidak memiliki ruangan untuk menangani pasien gangguan jiwa. Saat itu, kondisi ibu yang belum diketahui identitasnya itu sungguh memprihatinkan. Tubuhnya kotor, bajunya kumal, dan rambutnya menggimbal penuh kutu.
Maklum, si ibu hamil ditemukan oleh masyarakat berkeliaran di jalan. Masyarakat menduga si ibu akan melahirkan. Sebab itu, mereka lantas membawa ibu itu ke Puskesmas Bobotsari.
Lantaran puskesmas tak memiliki instalasi untuk menangani pasien khusus gangguan jiwa, si ibu hamil itu dirujuk ke RSUD Goeteng.
Selamat Datang Bayi Cantik
Perawat dan bidan pun jatuh iba. Mereka berinisiatif membersihkan tubuh si ibu. Para bidan ini harus memastikan, sebelum persalinan, ibu hamil dengan gangguan jiwa itu siap dan dalam keadaan higienis. Itu untuk memastikan agar ibu dan bayi tak terinfeksi saat proses persalinan.
Direktur RSUD Goeteng, Nonot Mulyono menyebut standar pelayanan persalinan di RSUD tak membedakan kelas. Semuanya dilayani sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan rumah sakit.
Meski tanpa identitas, ibu dengan gangguan jiwa itu tetap memperoleh pelayanan standar persalinan. Akhirnya, si ibu melahirkan dengan gilang-gemilang.
Bayinya perempuan, cantik pula. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu melahirkan dengan normal nyaris tanpa penanganan khusus.
Soal biaya persalinan, Nonot menerangkan RSUD menggunakan dana Jaminan Kesehatan (Jamkes) Kartu Purbalingga Sehat (KPS). Dengan begitu, persalinan ibu yang menderita gangguan jiwa tersebut gratis. Begitu pula dengan perawatan bayi cantiknya.
"Sudah melahirkan dengan selamat. Persalinanannya normal," katanya, kepada Liputan6.com, Selasa (5/12/2017).
Advertisement
Dirawat hingga Masa Nifas
Setelah bersalin, tiba waktunya perawatan setelah melahirkan atau nifas. Salah satu bidan yang memperoleh pengalaman berharga itu adalah Bidan Dona Wahyuni de Fretes. Dialah salah satu bidan yang menangani si ibu tanpa identitas.
"Saya menangani si ibu setelah melahirkan, di ruang nifas," ucap Bidan Dona.
Dengan sabar, ia memandikan, mengeramasi, dan bahkan memotong kuku-kuku si ibu yang menghitam. Dona dan rekannya juga mengganti pakaian si ibu dengan baju yang lebih layak.
Ia mengakui agak khawatir pada awalnya. Sebelum ini, Dona pernah menangani persalinan ibu dengan gangguan jiwa. Pengalamannya tak begitu baik. Ia ditendang oleh ibu yang tengah dibantu persalinannya.
Barangkali kisah Bidan Dona ini bisa menjadi cermin bahwa seorang bidan tak hanya bekerja dengan keahlian semata. Bidan, seperti juga Dona dan rekannya, bekerja dengan hati.
Kabar melahirkannya seorang ibu dengan gangguan jiwa itu tersebar luas di Purbalingga. Foto-foto bayi cantiknya pun tersebar. Tak pelak lagi, banyak pihak yang ingin mengadopsinya. Hingga saat ini, bayi cantik masih dalam perawatan RSUD Goeteng, Purbalingga.
Saksikan video pilihan di bawah ini: