Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM

Pengolahan sampah plastik menjadi BBM menghasilkan bahan bakar dengan kemampuan pembakaran yang hampir sempurna.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 17 Des 2017, 07:02 WIB
Diterbitkan 17 Des 2017, 07:02 WIB
Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM
Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - "Tak ada rotan akar pun jadi", demikian filosopi kuno untuk memanfaatkan setiap kendala yang ada menjadi peluang.

Di tengah kesulitan serta mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini, sekumpulan anggota koperasi Dangiang di Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berhasil mengolah limbah sampah plastik menjadi BBM sintetis dengan kualitas nyaris sempurna.

"Awalnya kami riset dalam kaleng biskuit bekas dan ternyata sukses," ujar Heri Muhammad Fajar Sekretaris Koperasi Dangiang, saat ditemui di pabriknya, Rabu, 13 Desember 2017.

Munculnya ide untuk menghasilkan BBM sintetis, berangkat dari kesadaran melestarikan alam sekitar, akibat menumpuknya limbah plastik yang sulit dihancurkan tersebut. "Coba lihat sekarang betapa hancurnya tanah akibat limbah plastik ini," kata dia.

Koperasi Dangiang yang berada di Jalan Stasion Wanaraja, Kampung Cikole No. 42, Desa Wanasari RT 01 RW 07 Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat, selama ini fokus membina petani dan kerap mengampanyekan penggunaan bahan organik.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Proses Pembuatan BBM dari Limbah Plastik

Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM
Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Menurut Heri, keberadaan sampah plastik kerap menimbulkan kerusakan lingkungan hingga bencana alam yang dapat merugikan manusia. "Coba lihat betapa banyak limpah plastik yang dihasilkan," ujarnya.

Berangkat dari kekhawatiran itulah, ia bersama anggota koperasi lainnya, tergerak untuk mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna. "Saya lihat plastik kalau dibakar kan mudah meleleh, itu pasti ada minyak buminya itu saja analoginya," paparnya.

Bermodalkan tekad yang kuat, ia bersama anggota koperasi lainnya melakukan riset sederhana untuk mengolah sampah plastik itu. "Dan ternyata dugaan saya benar, bisa menghasilkan pembakaran, ini buktinya," sambil menunjukan BBM sintetis yang ia hasilkan dalam sebuah wajan kecil.

Dalam pengamatan Liputan6.com saat demo pembakaran, BBM sintetis yang dihasilkan koperasi, memiliki pembakaran optimal. Pembakaran premium dan BBM sintetis sama-sama menghasilkan pembakaran yang maksimal.

Pada proses pembuatan BBM sintetis, ujar dia, limbah plastik kering dimasukkan dalam sebuah oven pembakaran, menggunakan proses pembakaran tidak langsung selama empat jam. "Satu jam pemanasan, tiga jam pembakaran pada suhu ideal 200-300 derajat celcius," ungkapnya.

Walhasil, proses kondensi yang dilakukan, mampu menghasilkan uap 'BBM sintetis' yang dialirkan melewati sebuah pipa yang tersambung dengan tempat penampungan. "Intinya semua sampah plastik bisa digunakan sebagai bahan baku," dia menyampaikan.

 

Kendala Produksi BBM dari Plastik

Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM
Kreatif, Koperasi di Garut Ini Olah Sampah Plastik Jadi BBM. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Saat ini, dari satu kuintal bahan baku plastik yang diolah, mampu menghasilkan 60-70 liter BBM sintetis. "Mohon maaf belum optimal karena keterbatasan alat dan bahan baku," ungkap Asep Rahmat, Ketua Koperasi Dangiang yang ikut mendampingi Heri.

Bahkan, dalam uji pembakaran antara premium dan BBM sintetis yang ia hasilkan, nilai pembakarannya mendekati hasil sempurna. "Mungkin oktannya sekitar 85 di bawah premium yang memiliki oktan 88, tapi lebih valid ya harus dites di laboratorium," Asep menambahkan.

Sedangkan soal urusan pemanfaatan, BBM sintetis buatan yang ia hasilkan, sudah digunakan warga sekitar mulai tukang ojek bata, ojek pangkalan, dan kendaraan pengangkut hasil bumi. "Kami belum mampu menjual bebas, sebab kapasitasnya belum optimal," ujarnya.

Namun, di tengah sikap optimisme, Asep dan kawan-kawan menghadapi kendala sulitnya bahan baku plastik serta kendala masih rendahnya daya tampung oven pembakaran.

"Semoga pemerintah mulai memperhatikan, ada pengolahan yang lebih besar," dia mengharapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya