Gempa Bikin Panik Petugas dan Pasien Rumah Sakit di Selatan Jawa

Saat gempa terjadi, beruntung tidak ada operasi yang berlangsung di rumah sakit.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 16 Des 2017, 05:03 WIB
Diterbitkan 16 Des 2017, 05:03 WIB
Gempa Bikin Panik Petugas dan Pasien Rumah Sakit di Selatan Jawa
Saat gempa terjadi, beruntung tidak ada operasi yang berlangsung di rumah sakit. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Pekalongan - Gempa 6,9 Skala Richter yang menggoyang bagian selatan Jawa pada Jumat tengah malam, 15 Desember 2017, membuat kepanikan di berbagai rumah sakit. Di RSI Pekajangan, Kabupaten Pekalongan misalnya, ratusan pasien dan petugas langsung berhamburan ke luar gedung.

Para perawat dan petugas piket RS bahkan mendorong tempat tidur pasien yang sedang dirawat langsung dilarikan ke halaman RS. Hampir satu jam mereka berada di halaman RS karena khawatir kembali terjadi gempa susulan.

Gempa itu dirasakan cukup lama, sekitar hampir empat menit. Sejumlah peralatan di rumah sakit bergetar-getar akibatnya.

"Lumayan lama tadi gempanya, makanya semua lari keluar halaman RSI," ucap Susilo (40), seorang keluarga pasien di RS setempat, Sabtu (16/12/2017) dini hari.

Gempa yang berpusat di 74 km Barat Daya Kawalu, 76 km Barat Daya Singaparna, 79 km Barat Daya Cibeureum, 85 km Barat Daya Ciamis yang menggoyang Pekalongan itu juga menyebabkan seorang warga bernama Aminah (83) meninggal dunia. Ia kehilangan nyawa saat tidur setelah gempa menyebabkan dinding kamarnya roboh dan menimpa tubuhnya.

 

 

Pasien di Tasik Dievakuasi

Gempa Bikin Panik Petugas dan Pasien Rumah Sakit di Selatan Jawa
Saat gempa terjadi, beruntung tidak ada operasi yang berlangsung di rumah sakit. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Sementara itu, seluruh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah SMC Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dievakuasi ke luar gedung pascagempa bumi berkekuatan 6,9 skala Richter (SR) yang melanda kota itu pada Jumat malam.

"Jika terjadi bencana gempa, maka pasien harus dievakuasi ke luar gedung terlebih dahulu," kata pejabat RSUD SMC Singaparna Tasikmalaya Aang Hilmi kepada wartawan di Tasikmalaya, Sabtu (16/12/2017) dini hari, dilansir Antara.

Ia menuturkan evakuasi seluruh pasien tersebut merupakan prosedur operasi baku (SOP) yang diterapkan RSUD SMC dalam menyelamatkan pasien ketika terjadi bencana seperti gempa bumi.

"SOP-nya memang demikian," katanya.

Ia menyampaikan seluruh pasien sementara masih berada di luar gedung hingga situasi dinyatakan aman dari bahaya gempa bumi. Selain mengevakuasi pasien, kata dia, jajarannya juga memeriksa kondisi bangunan gedung untuk memastikan keamanannya apabila digunakan kembali.

"Kalau aman, pasien akan kita pindah ke dalam ruangan lagi," katanya.

Ia menambahkan pihak rumah sakit merasa beruntung karena saat kejadian gempa tidak ada penanganan operasi. "Beruntung, saat terjadi gempa tidak ada penanganan operasi," katanya.

Peringatan Dini Tsunami Dicabut

BMKG menyatakan peringatan dini tsunami menyusul gempa 6,9 SR yang terjadi pada Jumat, 15 Desember 2017, di Tasikmalaya, berakhir. Dengan begitu, potensi terjadinya tsunami telah terlewati.

Pencabutan peringatan itu disampaikan BMKG pada pukul 02.28 WIB. Warga yang sebelumnya diperingatkan untuk menjauhi bibir pantai bisa kembali aman.

Sebelumnya, sejumlah gempa susulan terjadi dengan kekuatan berkisar antara 2,9 SR hingga 3,3 SR dengan skala gempa yang semakin mengecil. Kondisi permukaan laut di Pantai Pangandaran juga kembali normal sekitar pukul 02.00 WIB setelah sempat turun sesaat usai terjadinya gempa.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya