Sragen - Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) berjudul Mitos dan Khurafat di Gunung Kemukus yang dirilis pada November lalu berusaha mengungkap sejatinya Pengeran Samudro.
Peneliti MUI tidak menemukan bukti autentik tentang jati diri Pangeran Samudro yang konon dikabarkan sebagai putra Raja Majapahit.
Pangeran Samudro pun dianggap sebagai tokoh mitos. Hasil penelitian MUI itu pun menjadi kontroversi dengan rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menjadikan Gunung Kemukus sebagai wisata religi. Benarkah Pangeran Samudro hanya mitos?
Advertisement
Dari Solopos.com diketahui, makam Pangeren Samudra berukuran 150 cm x 70 cm. Keramik warna hitam dan abu-abu membalut makam itu. Di bagian atasnya terdapat lubang berbentuk kotak 20 cm x 90 cm yang penuh dengan bunga.
Pada bagian ujung lubang bunga itu terdapat batu andesit berukir sebagai nisan. Kedua nisan di ujung utara dan selatan itu berukir sama.
Baca Juga
Ada hiasan garis-garis berundak di bagian bawah. Sebuah hiasan melengkung seperti sumping atau hiasan telinga pada kedua sisi sampingnya.
Nisan itu berbentuk pipih setebal 5 cm berbentuk seperti mahkota. Yang menarik pada nisan di ujung utara terdapak simbol matahari dengan 11 buah lidah api.
Makam itu dipercaya penduduk di kompleks Gunung Kemukus sebagai makam Pangeran Samudro. Makam itu dikelilingi tirai atau slambu warna putih kusam yang selalu dicuci pada setiap 1 Sura dengan ritual Nglarap Slambu.
Di sekeliling makam ditutup dengan papan kayu seperti gebyok dan berlantai keramik putih. Ruang tempat makam itu diberi nama Bangsal Sonyoruri.
Bangsal itu terletak di tengah-tengah bangunan rumah joglo. Di luar bangsal ada empat makam dengan nisan modern yang berbeda.
Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.
Simak video pilihan berikut ini:
Â
Keturunan Majapahit
Di luar teras rumah joglo itu juga ada beberapa makam. Makam-makam selain Pangeran Samudro merupakan makam para kiai atau tokoh agama di kompleks Gunung Kemukus dan sekitarnya, seperti Kiai Imam Mustahal, seorang naib Kecamatan Miri, Sragen. Kompleks Gunung Kemukus tersebut terletak di wilayah Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen.
"Pangeran Samudro itu keturunan raja Majapahit. Setelah meninggal masyarakat berinisiatif memakamkan di bukit ini. Ada keajaiban yang luar biasa. Setiap pagi di musim kemarau di atas makam ada kabut berbentuk kemukus,"Â ujar juru kunci makam Pangeran Samudro, Hasto Pratomo, 65, saat berbincang dengan wartawan, Selasa (5/12/2017).
"Kemudin masyarakat memberi nama bukit ini Gunung Kemukus. Dulu sini masih alas. Wilayah kawasan sekitar Gunung Kemukus kemudian diberi nama Pendem karena sebagai tempat untuk mendem atau mengubur jenazah Pengeran Samudro," dia menambahkan.
Hasto sebagai generasi ke-8 juru kunci makam Pengeran Samudro meyakini cerita Pengeran Samudro itu benar karena dari cerita para pendahulunya secara turun temurun. Ia mendapat cerita dari bapaknya Mbah Harjo, Mbah Bakrun, Mbah Hanafi, Kiai Thoyib, Mbah Imam Dimejo, Mbah Iman, dan Mbah Modin.
"Keyakinan saya dari mbah-mbah saya. Le sokben dadi juru kunci critane kayak ngene. Turun temurun. Sumbernya tidak tahu karena hanya cerita rakyat. Nama kecilnya Pangeran Samudro itu Pengeran Jadut. GerlaMencari saduaranya diberi gelar pangeran samudro itu. Kalau pangeran Sam," ujarnya.
Advertisement