Siap-Siap Ucapkan Selamat Tinggal pada Kekeringan di Wonogiri

Embung rusak di Wonogiri hanya diperbaiki, dan meskipun sudah selesai, namun musim hujan kali ini belum difungsikan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 12 Jan 2018, 23:01 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 23:01 WIB
Yang Berharap Selamat Tinggal Kekeringan
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso melihat hasil perbaikan embung Gudangharjo, Wonogiri. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Wonogiri - Kekeringan di Desa Gudangharjo di Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, diharapkan akan menjadi sebuah cerita lama. Dua embung yang lama tak berfungsi karena rusak, kini sudah diperbaiki.

Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Hadi Santoso bercerita bahwa fungsi dua embung itu, yakni embung Gudangharjo dan embung Pego akan difungsikan sebagai tandon cadangan air bersih. Sebab, jika musim kemarau, tak ada sumber air yang bisa digunakan.

"Saat kemarau, masyarakat akan berbondong-bondong ke embung. Desa ini selalu terkena bencana kekeringan," ucap Hadi Santoso, Jumat (12/1/2018).

Perbaikan dua penampung cadangan air bersih ini dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jateng 2017 hingga Rp 5,276 miliar. Namun, hingga selesainya pembangunan, infrastruktur untuk membantu masyarakat yang akan mengambil air belum maksimal.

"Pemerintah harus menyediakan akses terbaik untuk masyarakat, karena mereka mengambil air dengan menimba saja. Bertahun-tahun mereka sudah hidup dengan kekeringan. Kasihan jika harus berdesak-desakan lagi," kata Hadi.

Konstruksi Tanpa Geomembran

Konstruksi Tanpa Geomembran
Hadi Santoso, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige

Infrastruktur itu menjadi sangat penting karena dua embung itu akan melayani ratusan masyarakat yang mengambil air. Dengan kondisi yang ada sekarang, tentu akan warga akan berdesakan.

"Embung ini biasanya akan ramai seperti pasar. Warga mengantre mengambil air. Jadi ruang aksesnya harus diperluas," kata Hadi.

Desa Gudangharjo adalah sebuah desa yang tidak memiliki sumber air. Warga masyarakat mengandalkan pola tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan air mereka.

Nah, dua embung yang dibangun itu, diharapkan bisa membantu.

Anggaran sebesar Rp 5,276 miliar itu dibagi untuk perbaikan dua embung. Masing-masing embung Gudangharjo Rp 3,737 miliar. Sedangkan embung Pego Rp 1,538 miliar.

 

 

 

Musim Hujan, Embung Belum Dipakai

Kementerian PUPR bangun 830 embung dalam 3 tahun. (Foto: Kementerian PUPR)
Kementerian PUPR bangun 830 embung dalam 3 tahun. (Foto: Kementerian PUPR)

Menurut Hadi,  dengan anggaran lebih dari Rp 5 miliar, konstruksi tidak berubah dengan yang lama, namun hanya diperbaiki saja.

Bentuk embung juga berbeda dan dasaran embung Gudangharjo yang tidak menggunakan geomembran.

"Karena baru selesai akhir tahun 2017, dan masih musim hujan, embung belum dipakai.

Baru pada musim kemarau depan kita akan lihat bagaimana optimalisasi dua embung di Gudangharjo untuk membantu masyarakat," kata Hadi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya