Cerita Sang Maestro dan Gaya Gantung Sikil ala Topeng Losari Cirebon

Topeng Losari adalah salah satu warisan seni budaya yang ada di kawasan Timur Kabupaten Cirebon dengan gaya yang khas.

oleh Panji Prayitno diperbarui 08 Apr 2018, 14:04 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2018, 14:04 WIB
Cerita Sang Maestro dan Gaya Gantung Sikil Ala Topeng Losari Cirebon
Salah satu gaya dalam Tari Topeng Losari Cirebon yang khas yakni Galeong atau Kayang, Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Komitmen untuk terus melestarikan warisan seni Topeng Losari Kabupaten Cirebon masih terus dijunjung tinggi. Bahkan, semangat mempertahankan seni dan budaya tersebut diwariskan secara turun-temurun.

Adalah Mimi Dewi dan Mimi Sawitri, dua maestro Topeng Losari ini sudah sangat dikenal di jagat seni baik Indonesia, Asia hingga Eropa. Topeng Losari di era Dewi dan Sawitri memukau seluruh lapisan masyarakat di tanah air.

"Di Topeng Losari bukan hanya sekedar menari tapi ada arti filosofis yang dituangkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya hidup tidak boleh sombong dan harus menghargai orang lain," kata Heri Sonjaya, Cucu Kandung Mimi Dewi, Sabtu (7/4/2018).

Kiprah dua maestro topeng dari ujung Timur Cirebon ini cukup berdampak kepada seniman lain. Dia mengatakan, pada era Mimi Dewi sekitar tahun 80-an dalam menari membawa tugas mengubah hal yang berbau negatif menjadi positif.

Dia mengatakan, di era Mimi Dewi, muncul keunikan dan karakter tari Topeng Losari. Di antaranya dari tiga gerakan yang saat ini melegenda dan menurun ke penerus tari Topeng Losari itu sendiri.

Tiga gerakan tersebut yakni Gaya Naga Seser atau gaya Kuda-kuda, gaya Gantung Sikil (Menggantungkan Kaki), dan gaya Galeong atau Kayang.

"Yang luar biasa terkenal itu gaya Gantung Sikil, jadi kaki kiri jadi tumpuan dan kaki kanan mengangkat keatas. Sembari itu nenek juga menari menggoyangkan kepala, tangan dan badan selama dua jam tanpa gemetaran apalagi jatuh," ujar dia.

Heri menuturkan, di era Mimi Dewi, kiprah Topeng Losari memasuki fase kritis. Saat itu, wadah seni dianggap sebagai bagian dari garis keras pemerintahan.

Fase Topeng Losari

Cerita Sang Maestro dan Gaya Gantung Sikil Ala Topeng Losari Cirebon
Salah satu gaya khas dalam tari Topeng Losari Cirebon bernama Gantung Sikil atau Gantung Kaki. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Topeng Losari di bawah kepemimpinan Mimi Dewi dan Sawitri dari Sanggar Purwa Kencana Desa Astanalanggar Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon semakin banyak dikenal. Hingga kepada generasi ketujuh, Topeng Losari semakin eksis dan sudah mengelilingi puluhan negara di asia maupun eropa.

Namun demikian, tidak mudah untuk menjadi seorang penari Topeng Losari yang mendunia dan melegenda. Para penari topeng harus menjalani berbagai macam ritual sebelum dianggap layak sebagai penari Topeng Losari.

"Harus melalui beberapa fase dan dilakukan selama 15 tahun mas jadi tidak sembarangan menjadi penari topeng itu. Fase demi fase dilewati sambil latihan tiap hari," ujar Generasi ketujuh Topeng Losari Nurananai M. Irman (40)

Dia menyebutkan, untuk menjadi penari Topeng Losari, calon penari harus menjalankan 15 macam puasa selama 15 tahun. Mulai dari fase dimana penari Topeng Losari tidak diperbolehkan makan dibawah pukul 12 siang hingga dinobatkan mennadi dalang atau penari Topeng Losari.

Nani pun mengaku tidak mudah menjadi seorang penari topeng. Selain syarat yang harus dilalui, calon penari topeng juga tetap harus mengikuti latihan rutin di sanggar serta menghafal 40 doa-daoa yang menjadi mantra.

"Makanya saya sudah terbiasa hidup sengsara dan tidak makan pun sudah terbiasa," kata dia.

Saksikan vidio pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya