Sambut Pagi dengan Kegiatan Merawat Peradaban Leluhur Tanah Mandar

Berbagai kegiatan kreatif dilaksanakan dalam Festival Sungai Mandar V di kawasan adat Hutan Bambu Alu. Tak hanya itu, buku tentang Andi Depu diluncur dalam kegiatan tersebut.

oleh Ahmad YusranFauzan diperbarui 19 Jul 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2018, 06:00 WIB
Launching buku Andi Depu dalam kegiatan Festival Sungai Mandar Ke-V (Ahmad Yusran/Liputan6.com)
Launching buku Andi Depu dalam kegiatan Festival Sungai Mandar V. (Ahmad Yusran/Liputan6.com)

Liputan6.com, Polewali Mandar - Sejak pagi hari ada kesibukan di kawasan hutan adat di Hutan Bambu Alu, Desa Alu, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Ternyata, lokasi itu menjadi titik bertemunya sastrawan, seniman, budayawan, pegiat literasi, aktivis lingkungan, pelajar, dan mahasiswa dalam ajang Festival Sungai Mandar V yang dihelat pada 12-14 Juli lalu.

Dengan berbagai kegiatan kreatif mereka menolak lupa untuk hidup seimbang dengan alam beserta isinya. Seperti membacakan sajak ataupun puisi, menari, dan melantunkan lagu napas perjuangan 'Lestari Alamku' yang menjadi tema Festival Sungai Mandar.

Dalam kegiatan itu buku tentang Andi Depu yang ditulis Muhammad Munir diluncurkan. Andi Depu adalah sosok perempuan dari Tanah Mandar yang meraih predikat Ibu Agung dari Presiden Sukarno, beberapa waktu lampau.

"Selain membuka lapak baca buku gratis, kami juga me-launching buku perjuangan Andi Depu di tengah hutan bambu ini," ucap Muhammad Munir, penulis buku Andi Depu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Wisata Religi dan Lomba Rakit

Lomba rakit disungai Mandar (AhmadYusran/Liputan6.com)
Lomba rakit di sungai Mandar. (AhmadYusran/Liputan6.com)

Dalam rangkaian kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu, penyelenggara juga membawa peserta Festival Sungai Mandar berwisata religi di pemakaman Batu Lonjong, yakni gugusan nisan leluhur Tomanurung Alu yang bentuknya lonjong.

"Menyelenggarakan Festival Sungai Mandar di tahun 2018 ini bukan perkara mudah. Karena lokasinya berada di kawasan adat hutan bambu. Dan menariknya peserta kami ajak menziarahi makam leluhur di pusat peradaban Tanah Mandar di Alu," kata Muhammad Ishak, panitia Festival Sungai Mandar.

Rahmat, panitia lainnya, mengatakan selain mengadakan wisata religi, penyelenggara juga mengadakan lomba rakit di sungai yang berada di kawasan Hutan Bambu Alu.

Kondisi sungai itu memang masih terbilang asri. Hanya saja, Rahmat memprediksi kawasan aliran sungai tersebut berpotensi rawan longsor. Hal itu disebabkan adanya aktivitas penebangan pohon pada area serapan air.

"Harapan kami dengan adanya kelas belajar sungai di Festival Sungai Mandar ini dapat menambah kualitas berpikir dan bertindak masyarakat dalam menjaga lestarinya alam beserta isinya," harap Rahmat.

Dilarang Kencing Berdiri

Anak-anak kecil asyik membaca buku di ajang Festival Sungai mandar Ke-V (Ahmad Yusran/Liputan6.com)
Anak-anak kecil asyik membaca buku di ajang Festival Sungai Mandar V. (Ahmad Yusran/Liputan6.com)

Adapun Masdar, pembina Forum Komunikasi Pemuda Kampung Alu, mengatakan suksesnya penyelenggaraan Festival Sungai Mandar adalah babak baru bagi semua pihak. Terutama terkait untuk menata dan mengelola kawasan hutan bambu menjadi objek wisata.

Selain karena Hutan Bambu Alu adalah warisan moyang dan leluhur yang harus dijaga kelestariannya, kawasan adat ini juga ada berbagai macam larangan yang harus dipatuhi oleh pengunjung. Misalnya, buang air kecil sambil berdiri.

"Sebab beragam kisah mistik bakal terjadi jika orang yang masuk hutan hingga ke sungai tidak mengindahkan sejumlah larangan dan pantangan seperti kencing berdiri di area hutan," jelas Masdar.

Di kawasan adat Hutan Bambu Alu juga dilarang takabur dengan omongan dan sebagainya. "Sebab sudah banyak peristiwa yang menimpa hingga cerita kematian warga di Sungai Mandar," kata Masdar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya