Asa Tukang Cukur Garut Naik Kelas Lewat Sertifikat

Puluhan ribu tukang cukur handal asal Garut, Jawa Barat ternyata belum bersertifikat resmi, maukah pemerintah memberikan serifikat gratis bagi mereka?

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 20 Jul 2018, 10:01 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2018, 10:01 WIB
Abah Atrox tengah mempraktekan potongan rambut
Abah Atrox tengah mempraktikkan potongan rambut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Sebagai gudang tukang cukur rambut andal tanah air, salah satu kendala besar yang menghambat pelaku jasa asal Garut, Jawa Barat saat ini, adalah ketiadaannya sertifikat resmi dari pemerintah. Mampukah pemerintah memberikan sertifikat resmi bagi jasa tukang cukur?

"Yang sudah ada adalah sertifikasi kecantikan, tata rias, dan salon. Sementara buat tukang cukur belum ada," ucap Rijal Fadilah alias Abah Atrox, saat ditemui di kediamannya di Kampung Peundeuy, Desa Banyuresmi, Kamis, 19 Juli 2018.

Menurut Atrox, salah satu kendala yang kerap menghadang siswa didiknya saat membuka usaha adalah ketiadaan sertifikat. Padahal, hal itu penting untuk menunjukkan jiwa profesionalisme mereka.

"Rata-rata tukang cukur kan berpendidikan rendah, adanya sertifikat bisa menaikan kelas mereka lah," ujar dia.

Akibat belum adanya pengakuan resmi itu, ia menilai mayoritas tukang cukur di Tanah Air belum memiliki lisensi resmi pemerintah. Tak mengherankan, sekalipun keahlian yang dimiliki tukang cukur dalam negeri cukup andal, jarang ada yang mentas hingga ke luar negeri.

"Ke luar negeri syarat utama adalah sertifikat, pendidikan tidak terlalu diperhatikan," kata dia.

"Padahal mau jenis apa pun model rambut kami bisa," imbuhnya.

Atrox menyatakan, saat ini Badan Sertifikasi Nasional belum mengeluarkan sertifikat resmi buat tukang cukur. Negara baru mengeluarkan sertifikat buat jasa kecantikan, tata rias, dan salon. Sementara, khusus tukang cukur belum ada.

"Usaha yang terbilang mudah di modal, tapi menguntungkan ya potong rambut,” ungkap dia.

Di tengah upaya pasar bebas yang terus berkembang, kepemilikan sertifikat buat profesional tukang cukur sangat dibutuhkan. "Di Amerika bahkan tukang cukur minimal harus sarjana. Di sini mah anak SD saja sudah bisa nyukur," kata dia sembari bercanda.

Dengan adanya sertifikat, tukang cukur di Tanah Air lebih leluasa mengembangkan pangsa pasarnya. Bahkan, tak menutup kemungkinan hingga luar negeri. "Apalagi jika diimbangi kemampuan bahasa, tukang cukur kita berani diadu, mohon pemerintah bisa memperhatikan itu," pinta dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ubah Nasib Lewat Cukur Rambut

Praktek cukur rambut Abah Atrox
Praktik cukur rambut Abah Atrox. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Bagi sebagian masyarakat Garut, jasa tukang cukur adalah jembatan pintas untuk mengubah nasib lebih baik. Mereka rela merantau ke kota besar dengan keahlian merancang mahkota manusia itu. "Sekarang di beberapa basbershop sudah mulai ditanya sertifikat," kata dia.

Atrox mengatakan pula, salah satu pengakuan tukang cukur saat ini adalah keberadaan sertifikat. Dengan sertifikat, anak didiknya bisa berkarier di dunia infotainment sebagai penata tukang cukur hingga membuka usaha sendiri yang lebih mandiri.

"Daripada tidak ada, ya kami buat sendiri, meskipun lembaga kami pun belum bersertfikat sebab belum ada (sertikat) khusus lembaga pendidikan jasa tukang cukur," ujarnya.

Atrox mencatat, rata-rata setiap bulan ia mampu menghasilkan sekitar 10-15 orang tukang cukur yang siap mandiri. Mereka rata-rata berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sengaja berguru ke Garut.

"Pekan ini ada sekitar 12 orang yang tengah magang (kursus) paling jauh dari Malang dan Palembang. Paling dua minggu lagi andal," kata Atrox sekaligus menjamin keahlian anak didiknya.

Mereka diajari langsung mencukur beragam model rambut, termasuk gaya rambut yang tengah ngetren saat ini.

"Di sini kan teori hanya 20 persen, 80 persennya praktik, minimal dua orang (dipangkas) setiap orang (peserta magang) sehari," kata dia.  

Tak pelak, meskipun belum bersetifikat resmi, lembaga pelatihan potong rambut Abah Atrox yang ia bangun di rumahnya sendiri, mampu menghasilkan ratusan tukang cukur andal yang sudah mandiri.

"Anak didik saya ada yang dari Aceh, Palembang, hingga Kalimantan," bebernya.

Mimpi Kuasai Jemaah Haji Indonesia

Praktek mengasah gunting cukur rambut
Praktik mengasah gunting cukur rambut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Atrox menilai, datangnya musim haji menjadi berkah tersendiri yang bisa diambil pemerintah Indonesia. Ia berharap semakin banyaknya profesional jasa tukang cukur bersertifikat nasional, pangsa pasar yang bisa digarap lebih luas.

"Syarat utama sekarang adalah sertifikat, istilahnya itu ijazah buat kami yang berpendidikan rendah," kata dia.

Menurutnya, sebagai penyumbang terbesar jemaah haji dunia, jemaah haji asal Tanah Air bisa menjadi pangsa pasar yang besar saat prosesi tahalul (memotong rambut) saat musim haji dan umrah tiba.

"Coba berapa ratus ribu yang akan potong rambut, itu kan hukumnya wajib," kata dia.

Saat ini rata-rata jasa potong rambut saat tahalul sebesar 10 dinar atau sekitar Rp 45 ribu sekali potong. Sedangkan jumlah jemaah asal Indonesia mencapai 220 ribu lebih.

"Setengahnya saja yang dipotong menggunakan jasa orang Indonesia, berapa puluh miliar (rupiah) uang yang masuk," kata Atrox.

Ia menyatakan, selama ini tukang cukur saat tahalul tiba didominasi dari India, Pakistan, dan Banglades. Mereka memiliki sertifikat potong rambut dari tiap negaranya, sehingga memudahkan membuka jasa potong rambut di Tanah Suci.

"Tukang cukur kita paling hanya di gang sempit. Itu pun kalau tidak ketahuan, yang belum bersertifikat dilarang," papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya