Jateng Kekeringan, Hujan Buatan Terancam Gagal

Banyak syarat mempercepat proses turunnya hujan. Salah satunya ketersediaan awan bibit hujan yang jumlahnya mencukupi.

diperbarui 20 Agu 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2018, 14:30 WIB
hujan buatan
Ilustrasi hujan buatan. (foto: Liputan6.com/solopos.com/bppt.go.id)

Semarang - Kemarau panjang yang berdampak kekeringan ekstrem melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng). Beberapa wilayah di Kabupaten Jepara, Wonogiri, Banyumas, hingga Demak sudah 60-100 hari tak diguyur hujan.

Sesungguhnya pemerintah bisa membuat hujan buatan sebagai solusi. Namun Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang BMKG Jateng menyebutkan hujan buatan untuk mengatasi kemarau panjang saat ini sulit diwujudkan.

Kepala Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Klas I Semarang BMKG Jateng, Iis Harmoko, menyebutkan hujan buatan untuk mengatasi bencana kekeringan belum bisa dilakukan. Selain memakan biaya besar, kondisi awan dan situasi angin pada musim kemarau saat ini tidak memungkinkan.

"Musim kemarau saat ini kondisinya kalau pagi dingin sekali. Siang banyak angin kencang. Kondisi semacam ini membuat awan tidak ada [karena tertiup angin]. Kalau enggak ada awan, hujan buatan sulit dibuat," kata Iis Harmoko, Sabtu, 18 Agustus 20018.

Keberadaan awan menjadi syarat wajib dibuatnya hujan buatan. Hujan buatan merupakan proses fisika yang terjadi di awan untuk membuat hujan. Cara yang biasa dilakukan adalah menaburkan bahan kimia, Argentium iodida, ke dalam awan.

Syarat utama dalam hujan buatan adalah tersedianya awan yang sudah terbentuk secara alami. Di situ ada kandungan tertentu yang nantinya dimantaatkan sebagai calon awan pembuat hujan. Awan jenis cumulus aktif adalah tipe yang dibutuhkan.

"Akan tetapi, ya itu tadi. Bahan dasarnya membuat hujan buatan itu garam ya, karena menyerap air. Sementara, awan itu kan kumpulan-kumpulan uap air, lha kalau awannya nggak ada apa yang mau diserap," kata Iis.

Seandainya dipaksakan dan hujan sukses dibuat, kemungkinannya tidak tepat lokasinya. Penyebabnya kecepatan angin kencang yang tinggi akan membawa awan hujan buatan ke daerah yang tidak tepat sasaran.

"Karena ini kemarau, ada angin muson timur. Makanya saat ini, ombak di selatan Jawa saja juga sedang tinggi. Di utara juga, tapi tidak setinggi di sana," kata Iis.

Musim kemarau panjang membawa kekeringan parah di Jepara dan Wonogiri. Di Jepara, wilayah Kecamatan Bangsri hujan tak turun hingga 123 hari. Sementara, di Kecamatan Baturetno, Wonogiri, hujan tak turun selama 112 hari.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak berita menarik lainnya dari solopos.com di tautan berikut ini.

Simak video menarik pilihan berikut di bawah :

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya