Cerita Perantau Harap-Harap Cemas Menunggu Kabar Keluarga Usai Gempa Palu

Vera tak pernah berhenti menghubungi keluarganya karena akses komunikasi terputus usai gempa disusul tsunami yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah.

oleh Panji Prayitno diperbarui 30 Sep 2018, 21:03 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2018, 21:03 WIB
Cerita Vera Tobing Kesulitan Hubungi Keluarga Gempa di Palu
Vera Tobing terus berupaya menempuh berbagai cara agar dapat berkomunikasi dengan keluarganya usai gempa dan tsunami di Palu Sulawesi Tengah. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Gempa disusul tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah menyisakan duka dan cerita mendalam, baik dari korban di lokasi maupun keluarga korban yang ada di luar Palu.

Seperti yang dirasakan oleh Vera Tobing, warga Palu yang beraktivitas di Jakarta itu tak pernah berhenti berusaha menghubungi keluarganya di kampung halaman.

"Saya aktivitas sehari-hari sebagai pengacara kebanyakan di Jakarta hanya kebetulan sedang di Cirebon," kata Vera usai mengikuti doa bersama relawan Jokowi - Ma'ruf Amin di Cirebon, Sabtu, 29 September 2018.

Kepada wartawan, Vera mengaku masih bingung mencari cara untuk menghubungi keluarga. Vera mengetahui informasi gempa dan tsunami di Palu melalui media sosial.

Setelah informasi tersebut valid, Vera kemudian berusaha menghubungi keluarga di Palu. Namun, nomor telepon orangtua Vera di Palu tidak bisa dihubungi.

"Sempat jam 10 malamnya ada komunikasi dan diberi tahu lewat SMS Alhamdulillah selamat mereka langsung lari ke gunung setelah gempa," tutur dia.

Rumah Vera berada di Bumisagu Palu Timur Sulawesi Tengah, tidak jauh dari lokasi tsunami seperti vidio yang beredar di sosial media itu.

Kendati demikian, Vera mengaku masih tidak bisa tenang lantaran kondisi di Palu yang sulit diakses. Di rumah kampung halamannya, terdapat kedua orangtua Vera, kakak, serta anak kandungnya.

"Sampai sekarang saya masih terus berusaha komunikasi, tangan tidak pernah lepas dari ponsel yang saya pegang berharap telepon saya tersambung," kata dia.

Ratusan Korban

Seperti diketahui, gempa berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 pada pukul 17.02.44 WIB. Gempa tersebut mengakibatkan tsunami di beberapa wilayah pantai Donggala dan pantai Talise Palu.

Tsunami menerjang Pantai Talise di Kota Palu, pantai Barat Donggala. Tingginya 0,5-3 meter dan menerjang permukiman di sepanjang pantai. Bahkan, disebut ketinggiannya ada yang mencapai 6 meter.

Tercatata, sebanyak 410 jenazah korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah telah dievakuasi. Ratusan jenazah itu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk diperiksa lebih lanjut.

"Brimob dan Sabhara sudah melakukan evakuasi, sudah ratusan jenazah di RS Bhayangkara. Telah dievakuasi 410 mayat," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Menurut Dedi, ratusan jenazah itu dievakuasi dari bibir pantai Talise. "Kondisi dievakuasi, sekitar pantai dan yang terlihat," ucap Dedi.

Dia menambahkan, dari 410 jenazah, 97 jenazah sudah berhasil diidentifikasi. Sementara, 30 di antarannya sudah dibawa pulang oleh keluarga. "Yang sudah diidentifikasi 97 jenazah dan 30 di antaranya dibawa pulang keluarga," tandas Dedi.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya