Melihat Kaitan Getaran Dieng dan Gempa Banjarnegara

Gempa yang terjadi di Dieng, Jawa Tengah merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Okt 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2018, 08:01 WIB
Dataran Tinggi Dieng merupakan Kaldera Raksasa Purba. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Dataran Tinggi Dieng merupakan Kaldera Raksasa Purba. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Gempa tektonik menggoncang Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah Sabtu, 13 Oktober 2018. Gempa ini dirasakan oleh sebagian masyarakat Dieng sekitar pukul 06.23 WIB

Gempa berkekuatan 2,4 Skala Ritcher dan episenter di koordintat 7,35 Lintang Selatan dan 109,92 Bujur Timur 14 kilometer tenggara Dieng dengan kedalaman 9 kilometer.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyo Ajie Prayoedhie mengatakan, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Menurut dia, sesar ini belum teridentifikasi dalam peta kegempaan Pulau Jawa. Kemungkinan besar sesar ini belum terpetakan, sebagaimana sesar Baribis-Kendheng atau Pati.

"Kalau sesar Baribis-Kendheng lebih ke utara. Sepertinya bukan itu," katanya, Sabtu sore, 13 Oktober 2018.

Meski begitu, dilihat dari letaknya yang berdekatan dengan kawasan Kalibening, ia menduga sesar ini merupakan percabangan atau bagian dari sesar yang sempat menyebabkan bencana gempa bumi di kawasan Cekungan Kalibening, Banjarnegara, April 2018 lalu.

Dalam tragedi ini, ratusan rumah rata dengan tanah meski magnitudo gempa hanya 4,4 Skala Ritcher. Cekungan Kalibening membuat goncangan gempa teramplifikasi sehingga dampaknya besar.

"Sama, yang Kalibening juga sesar yang baru teridentifikasi. Jadi belum ada namanya," ucapnya.

Bagi warga di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan kaldera raksasa purba, goncangan gempa adalah hal biasa. Sebabnya, mereka hidup di sekitar belasan kawah aktif yang terus dipantau aktivitasnya.

Kaldera Purba Raksasa Dieng

Masyarakat Dieng tinggal di kaldera raksasa purba dengan belasan kawah aktif . (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Masyarakat Dieng tinggal di kaldera raksasa purba dengan belasan kawah aktif . (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Salah satunya di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Banjarnegara. Seorang warga, Sarwo Edi mengatakan, gempa hanya terasa ringan oleh warga di desanya. Karena itu, warga biasa saja menyikapi kemunculan gempa tektonik itu.

Sarwo mengibaratkan gempa itu seperti guncangan saat kendaraan truk melintas. Goncangannya ringan, dan lantas berlalu.

"Terasa kecil, sudah biasa kalau begitu," Sarwo berujar.

Meski begitu, warga pun sempat bertanya-tanya. Tinimbang gempat tektonik, mereka lebih khawatir gempa vulkanik.

Sebab, di Kepakisan ada kawah aktif yang beberapa waktu lalu juga sempat meletus, yakni Kawah Sileri. Meski tak sampai menyebabkan korban jiwa, namun pada masa lalu erupsi Kawah Sileri pernah mengubur satu desa.

Tinggal di kawasan kaldera gunung purba dan berdekatan dengan kawah-kawah aktif membuat warga senantiasa waspada. Mereka sadar, ancaman erupsi hingga bahaya yang lebih senyap, gas beracun bisa mengancam kapan saja.

Namun, warga sepertinya bisa bernafas lega. Gempa tektonik yang kali ini terjadi juga tak sampai memicu aktivitas kawah-kawah di Dieng. Seluruh kawah dalam kondisi normal.

"Informasi dari PVMBG tidak ada peningkatan aktivitas setelah gempa," ucap Setyo Ajie.

Pun begitu, gempa dangkal namun berkekuatan relatif kecil ini juga tak menyebabkan kerusakan. Karenanya, Setyo Ajie meminta agar warga tak terpancing isu-isu yang sumbernya tak jelas.

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," dia menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya