Geliat Pagi di Desa Kubu Gadang, Elok Basa dan Elok Budi

Desa Wisata Kubu Gadang berada di lokasi strategis di Jalan Haji Miskin, adalah satu dari dua desa wisata yang ada di kota berjuluk Serambi Mekah itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Nov 2018, 06:03 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2018, 06:03 WIB
Ilustrasi warga desa
Pertigaan jalan desa. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Padang Panjang - Hamparan sawah dengan latar perbukitan menyambut ketika memasuki Desa Wisata Kubu Gadang yang berada di Kelurahan Ekor Lubuk, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, yang berlokasi sekitar 60 kilometer dari Kota Padang ke arah utara.

Hawa sejuk juga terasa menambah betah meski hanya berdiri diam menatap keelokan pemandangan tersebut.

Desa Wisata Kubu Gadang berada di lokasi strategis di Jalan Haji Miskin, adalah satu dari dua desa wisata yang ada di kota berjuluk Serambi Mekah dan rutin menjadi tujuan agen perjalanan membawa tamu mereka berwisata ke tempat itu.

Menurut inisiator dan pengelola Desa Wisata Kubu Gadang Yuliza Zen, desa wisata itu hadir sejak 2015 bermula dari pelatihan yang diberikan Dinas Pariwisata setempat, diskusi dengan berbagai komunitas pariwisata dan keinginan mengangkat potensi daerah untuk membantu masyarakat.

"Dari pelatihan dan diskusi-diskusi itu, akhirnya membuka wawasan bagaimana menata potensi daerah hingga bisa mengangkat ekonomi masyarakat melalui pariwisata," ujarnya dilansir Antara.

Berwisata kini tidak lagi tertuju ke museum, berkunjung ke kebun binatang atau menikmati wahana permainan di taman bermain. Berwisata sudah berkembang menjadi sesuatu yang lebih sederhana, yaitu menikmati kehidupan sehari-hari suatu masyarakat.

Misal, bagi yang tinggal di perkotaan merasakan kaki terendam lumpur lalu ikut bertanam padi atau menikmati hijau perdesaan menumpang mobil bak terbuka sudah cukup menjadi sebuah penghibur setelah segala penat dari aktivitas kerja sehari-hari.

Bagi Yuliza, pengalaman seperti itu yang ia coba berikan pada wisatawan ketika berkunjung ke Kubu Gadang karena ia menilai kondisi alam sudah cukup mendukung, tinggal memikirkan suguhan lain yang dapat dinikmati pengunjung.

Ketika itu meyakinkan warga menjadi tantangan tersendiri. Ada yang tidak setuju karena khawatir kehadiran turis hanya akan merusak budaya setempat, namun ada pula ninik mamak yang setuju dan mendukung rencananya.

Baginya, kekhawatiran itu memang wajar namun sudah ada langkah mengantisipasinya. "Turis hadir untuk merasakan bagaimana kehidupan di sini. Artinya mulai dari cara berpakaian kami arahkan agar mengikuti budaya setempat," katanya.

 

Tradisi Makan Baradaik

Ilustrasi makan bersama
Ilustrasi makan bersama (Liputan6.com/Gholib)

Perlahan, tradisi makan baradaik (beradat) adalah budaya masyarakat yang ditawarkan pertama kali di desa wisata itu bagi wisatawan. Makan baradaik dilaksanakan di Rumah Gadang, rumah tradisional Sumatera Barat, di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) atau di alam terbuka di Kubu Gadang.

Untuk berpromosi ia dan pemuda Kubu Gadang mengajak fotografer yang sudah cukup dikenal di Sumbar dan Padang Panjang untuk memotret di sana. Kepiawaian para fotografer membidik objek yang menarik, menurutnya, bisa membantu mengenalkan desa wisata itu pada masyarakat.

Sambil berjalan dan terus berpromosi, pihaknya lalu mulai memikirkan ciri khas Kubu Gadang sekaligus untuk mempermudah promosi.

Terinspirasi dari atraksi pacu jawi di Kabupaten Tanah Datar, akhirnya lahir ide silek lanyah atau atraksi silat di lumpur yang dilakukan di lahan sawah yang telah dipanen. Hingga saat ini, atraksi tersebut lekat dengan Desa Wisata Kubu Gadang.

Selain itu agar tamu betul-betul dapat menikmati langsung interaksi dengan masyarakat setempat rumah-rumah yang kosong karena sering ditinggal merantau pemiliknya dimanfaatkan sebagai homestay.

"Awalnya cuma ada satu atau dua yang bersedia, namun sekarang sudah ada 15 homestay," katanya.

Hal itu tidak lepas dari upaya promosi dan kreativitas bersama pemuda Kubu Gadang mencoba menghadirkan atraksi lain, seperti randai, pacu upiah, paket wisata edukasi bagi anak dan lainnya yang semuanya dilaksanakan di lahan sawah.

"Di sini ada sanggar tempat teman-teman berlatih silat, menari dan musik. Mereka yang nanti tampil mengisi suguhan bagi wisatawan berlatih di sini. Wisatawan juga dapat ikut berlatih bersama," katanya.

Tamu-tamu yang pernah menikmati Kubu Gadang di antaranya berasal dari Malaysia, Jepang, perusahaan-perusahaan dalam negeri hingga anak-anak sekolah dan tamu dari pemerintah daerah setempat.  Pasar Digital Minggu, 28 Oktober 2018, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Kementerian Pariwisata RI meluncurkan pasar digital di Kubu Gadang.

Pasar digital adalah konsep promosi pariwisata yang digencarkan secara digital, memanfaatkan kegemaran masyarakat mengunggah konten foto dengan objek unik, indah dan menarik. Konsep ini dikenalkan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI).

Untuk mendukung cara promosi seperti ini diperlukan suatu aktivitas atau objek yang dapat menarik minat wisatawan untuk menjadikannya sebagai pendukung foto.

Atraksi Budaya dan Destinasi Digital

Ilustrasi atraksi budaya
Ilustrassi atraksi budaya (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Di samping atraksi budaya dan kondisi alam yang memang menarik jadi objek foto, warga di Kubu Gadang menambah daya tarik sebagai destinasi digital dengan membangun sejumlah spot foto dan menyediakan kuliner yang sudah jarang ditemui, seperti kacimuih, talam, tumang, lompong sagu, gabin, karupuak kuah, bakwan lanyah, kalamai oyak, godok dan lainnya.

Suasana pasar digital dibuat seklasik mungkin, yaitu para penjual mengenakan baju kurung, penutup kepala dipasang dikreasikan (tikuluak) dan alat tukar mewakili rupiah menggunakan uang koin terbuat dari kayu.

Interaksi penjual dan pembeli didukung sejumlah spot foto dan pemandangan alam diharapkan menjadi daya tarik sebagai objek foto yang kemudian diviralkan oleh pengunjung melalui media sosial.

Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran mengapresiasi dipilihnya lokasi itu sebagai destinasi digital, apalagi sebelumnya Kubu Gadang sebagai desa wisata hadir berkat kemauan dari warga mengelola potensi alam dan budaya agar bisa memberi nilai tambah bagi daerah.

Dalam pengelolaan ia mengingatkan agar para pemuda Kubu Gadang selalu memperhatikan sapta pesona agar wisata yang disuguhkan dapat memberi kesan baik bagi wisatawan sehingga datang berulang kali.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Pamkot Padang Panjang Medi Rosdian menambahkan Pasar Digital Kubu Gadang akan hadir setiap Minggu sebagai suguhan tambahan bagi tamu yang berwisata ke sana dan menjawab kerinduan masyarakat pada kuliner yang sudah jarang ditemui.

Bagi pengunjung, terutama anak muda, ia mengajak ikut mempromosikan desa itu dengan cara mengunggah foto-foto menarik melalui media sosial.

Tiga tahun berjalan sejak 2015, menurut Yuliza, waktu tersebut belum cukup membuat desa wisata itu hadir dengan pengelolaan maksimal.

Ditunjuk sebagai pasar digital, menurutnya, merupakan cara belajar baginya dan warga setempat mengelola Kubu Gadang secara lebih profesional karena pasar hadir setiap Minggu, artinya diperlukan kesungguhan agar objek itu terus ramai oleh wisatawan.

Untuk menyukseskan pasar digital, Yuliza menyebutkan Kubu Gadang juga didukung oleh komunitas-komunitas yang aktif berkegiatan di Padang Panjang, seperti Generasi Pesona Indonesia (Genpi), Forum Pegiat Literasi (FPL), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Ruang Baca Rimba Bulan dan lainnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya