Liputan6.com, Gorontalo - Nama Nani Wartabone mungkin tidak begitu dikenal rakyat Indonesia dalam deretan nama pahlawan. Namanya hampir tidak tercatat dalam buku-buku sejarah di sekolah-sekolah. Namun siapa sangka, bagi rakyat Gorontalo, sosok Nani Wartabone merupakan salah satu orang kebanggaan yang sangat dikagumi.
Nani adalah putra dari Zakaria Wartabone, seorang aparat yang bekerja untuk pemerintahan Hindia Belanda. Sedangkan ibunya adalah keturunan ningrat di daerah asalnya. Lalu, apa yang membuat warga Gorontalo kagum terhadap perjuangan pahlawan asal Gorontalo ini untuk negara?
Dalam sejarah bangsa Indonesia, tercatat proklamator kemerdekaan Indonesia secara nasional adalah Ir. Sukarno dan Muhammad Hatta. Keduanya kemudian diangkat sebagai presiden dan wakil presiden pertama di negeri ini.
Advertisement
Baca Juga
Namun rupanya, jauh sebelum kedua tokoh ini memproklamasikan kemerdekaan RI, ada sosok yang lebih dulu mengumandangkan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah Nani Wartabone, seorang pahlawan yang mengumumkan kemerdekaan Indonesia setelah memporakporandakan pasukan Belanda di Gorontalo pada 23 Januari 1942, atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka.
Tanggal 23 Januari 1942 bagi masyarakat Gorontalo menjadi momen yang selalu dikenang. Pada saat itu, di Gorontalo muncul gerakan masyarakat di bawah pimpinan Nani Wartabone yang berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Peristiwa itu dikenal sebagai Hari Patriotik. Peristiwa itu juga disebut proklamasi kecil. Di bawah kepemimpinan Nani Wartabone, ribuan warga Gorontalo turun ke jalan tanpa memandang suku, agama, dan jabatan.
Ketika itu, rakyat Gorontalo dari berbagai kalangan dan golongan turun ke jalan menduduki kantor-kantor pemerintahan Belanda. Banyak tentara Belanda yang ditahan: ada kepala polisi, asisten residen, dan kepala kontrol. Pada waktu itu, massa juga mengibarkan bendera Merah Putih di depan Kantor Pos Gorontalo.
Â
Memiliki Benteng Kekuatan Diri
Hal ini disampaikan salah satu putranya, Yos Wartabone yang juga merupakan saksi hidup yang melihat langsung perjuangan ayahnya melawan penjajah Belanda, saat disambangi Liputan6.com. Dia mengatakan bahwa perjuangan ayahnya bukan merupakan sebuah dongeng belaka, melainkan bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia.
"Tanggal 23 Januari 1942 atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka, masyarakat Gorontalo itu berhasil mengusir penjajah yang dipimpin langsung oleh ayah saya, dan sampai dengan saat ini ia dikenal dengan Pahlawan Nasional. Hari kemerdekaan itu dikenal dengan Hari Patriotik," ungkapnya.
Ia menambahkan ayahnya bisa mengusir penjajah hanya dengan senjata tradisional. "Yang dipakai ayah saya waktu itu hanyalah sebuah tombak dan pedang, peralatan seadanya. Tetapi dengan kegigihan dan usaha, mampu menumpas penjajah yang saat itu bersenjata lengkap," ujar Yos.
Konon, Nani Wartabone memiliki bermacam kekuatan yang saat itu membentengi dirinya saat berada dalam medan pertempuran.
"Nani Wartabone dikabarkan bisa menghilang, bisa menjadi benda apa saja yang dia mau seperti berubah menjadi pohon besar. Bahkan menurut sejarah, Bapak Nani Watabone pernah lolos beberapa kali percobahan pembunuhan. Seperti contoh kala itu Nani Wartabone ditangkap dan akan ditembak mati. Namun, entah ada hal gaib apa seluruh senjata Belanda itu tidak meledak," ungkap Abdullah Pakaya, seorang saksi sejarah.
Kemudian, Nani Wartabone juga pernah diikat kaki dan tangannya menggunakan tali lalu dikerek dengan mobil, tetapi para penjajah Belanda tidak mampu menarik tubuh Nani Wartabone. "Hingga akhirnya Belanda tunduk dan meninggalkan Gorontalo," Abdullah menandaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement