Liputan6.com, Gorontalo - Cui-cui Sulawesi (Myzomela chloroptera), burung penghisap nektar madu yang termasuk dalam famili Meliphagidae, menjadi salah satu spesies langka yang hanya ditemukan di wilayah Indonesia.
Burung ini tersebar terbatas di Sulawesi, Taliabu, Selayar, dan Tanah Jampea. Keunikan Cui-cui Sulawesi (selebes) terletak pada warna bulunya yang mencolok serta kebiasaannya menghisap nektar bunga sebagai sumber utama makanannya.
Burung ini berperan penting dalam ekosistem sebagai penyerbuk alami tanaman hutan. Namun, populasi Cui-cui Sulawesi kini menghadapi ancaman akibat deforestasi dan perburuan liar.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Warga di sekitar kawasan hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone menyatakan keprihatinannya terhadap semakin berkurangnya populasi burung ini.
Hendra (45), seorang warga Desa Duano, Gorontalo, menuturkan bahwa dulunya burung ini sering terlihat di pepohonan dekat pemukiman.
"Dulu, suara kicauannya sering terdengar di pagi hari. Tapi sekarang sudah jarang sekali," ujarnya.
Menurutnya, penyebab utama berkurangnya Cui-cui Sulawesi adalah berkurangnya pohon-pohon berbunga dan pohon buah yang menjadi habitat dan sumber makanannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ani Rahman (38), warga Kabupaten Kabupaten Pohuwato. Ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga keberadaan burung ini.
"Kalau kita terus menebang hutan tanpa reboisasi, nanti anak cucu kita tidak akan mengenal burung ini lagi," katanya.
"Apalagi di Kabupaten Pohuwato saat ini banyak aktivitas yang merusak hutan. Mulai dari tambang hingga perusahaan besar," ujarnya.
Dirinya mendorong langkah konservasi yang lebih serius untuk menjaga populasi Cui-cui Sulawesi. Pelestarian habitat serta pengawasan terhadap perburuan liar menjadi kunci utama agar spesies ini tetap lestari di alam.
"Kesadaran masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Cui-cui Sulawesi dapat terus berkicau di hutan-hutan Indonesia untuk generasi mendatang," ia menandaskan.