Pakaian Atlet Lari Dianggap Seksi, Wabup Aceh Besar Takut Kena Kutuk

Wakil Bupati Aceh Besar mengaku takut kabupatennya kena kutuk karena membiarkan ajang PORA XIII diwarnai atlet yang dianggap mengumbar aurat.

oleh Rino Abonita diperbarui 26 Nov 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2018, 10:30 WIB
Ada Atlet Umbar Aurat dalam Pekan Olahraga di Aceh
Pekan Olahraga Rakyat Aceh (PORA) XIII 2018 di Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar yang berakhir Minggu, 25 November 2018, sempat mendapat cibiran karena ada sejumlah atlet tidak menutup aurat. (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Pekan Olahraga Rakyat Aceh (PORA) XIII 2018 di Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, yang berakhir Minggu, 25 November 2018, sempat menuai polemik. Pasalnya, acara empat tahunan itu diwarnai para atlet yang mengenakan pakaian yang dianggap seksi.

Fakta ini dianggap bertolak belakang dengan penegakan syariat yang digembar-gemborkan di negeri berjuluk Serambi Makkah tersebut. Terlebih, Wakil Bupati Aceh Besar, Tgk H Husaini A Wahab atau akrab disapa Waled Husaini, adalah sosok yang dikenal getol menyuarakan syariat Islam.

Kerasnya sikap Waled Husaini dalam menegakkan syariat Islam juga tergambar dari insiden saat dirinya yang juga merupakan pimpinan salah satu pesantren di Aceh Besar itu mengamuk tatkala melihat ada warung masih beraktivitas saat azan berkumandang.

Fenomena ada atlet cabang olahraga (cabor) lari yang mengenakan pakaian seksi dalam ajang PORA XIII Aceh Besar tersebut tentu saja dianggap menjadi preseden buruk yang mencoreng image kabupaten itu.

Waled sendiri mengaku berang dengan insiden tersebut. Dia mengaku takut kabupatennya kena kutukan gara-gara teledor membiarkan ajang PORA XIII Aceh Besar diwarnai atlet yang mengumbar aurat.

"Tolong jaga ini daerah syariah, jangan gara-gara PORA kita kena kutuk," ucap Waled Husaini kepada awak media usai menghadiri pembukaan Mubes Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) di Hotel Grand Syariah, Banda Aceh, akhir pekan kemarin.

Kepada media, dia mengaku jauh-jauh hari sudah menyampaikan baik secara lisan maupun tulisan, agar para atlet berpakaian sesuai dengan aturan agama.

"Imbauan sudah kita tempel di tempat penginapan atlet, tempat cabor, Intruksi Bupati Nomor 1 tahun 2017," sebut politikus yang bernaung di Partai Daerah Aceh (PDA) tersebut.

 

Tanggapan Panitia

Ilustrasi Olahraga Lari (iStockphoto)
Lambat Laun Dewi Mulai Menemukan Kenikmatan Melakukan Olahraga Lari (Ilustrasi/iStockphoto)

Sementara itu, Ketua Harian Panitia Penyelenggaraan PORA XIII Aceh Besar Ridwan Jamil mengaku, pihaknya tidak bisa mengawasi jalannya seluruh pertandingan yang berlangsung selama seminggu itu. Namun, pihaknya langsung menegur panitia yang mengurusi cabor atletik, begitu mendapat laporan tersebut.

"Yang penting adalah, kita langsung tegur itu. Dan memang beberapa panitia dari bidang atletik sudah memohon maaf. Mungkin, ya, ada (atlet) yang tidak memahami sampai di situ. Setelah kita ingatkan, langsung tidak dilakukan lagi," kata Ridwan kepada Liputan6.com, Minggu (25/11/2018).

Ridwan menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut. Dia mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan, ataupun niat untuk mencoreng semangat pertandingan yang diharap dapat berjalan beriringan dengan aturan agama tersebut.

"Kalau ada yang sesuatu kesilapan, sesungguhnya kita tidak sengaja dan langsung kita tegur, dan memohon maaf atas ketidaksesuaian," Ridwan menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya