Liputan6.com, Padang - Beragam hidangan khas hasil olahan laut yang baru saja dimasak tersaji di meja panjang berukuran 2x8 meter di sebuah rumah makan yang berada di pinggir Pantai Pasir Jambak Padang, Sumatera Barat.
Sejuknya embusan angin sepoi-sepoi di rumah makan dengan pemandangan tersaji indah ke laut lepas membuat suasana santap siang kian nikmat.
Baca Juga
Gulai ikan karang dengan kuah kuning kecokelatan baru diangkat dari kuali, udang segar, ikan bawal bakar, ditemani nasi panas adalah perpaduan pas yang disempurnakan dengan minuman kelapa muda.
Advertisement
Seakan belum cukup pemilik rumah makan juga menyajikan sambal sebagai pelengkap mulai dari sambal cabai hijau, sambal cabai merah hingga kerupuk jengkol yang digoreng.
Rabu (28/11) siang sebanyak 14 wisatawan asal negeri jiran Malaysia berkesempatan mengikuti farm trip atau familiarization trip yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Padang bekerja sama dengan Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Kota Padang.
Setiba di Bandara Internasional Minangkabau rombongan yang terdiri atas jurnalis, bloger, youtuber dan agen biro perjalanan tersebut langsung diajak singgah bersantap siang di salah satu rumah makan di Pantai Pasir Jambak Kota Padang.
"Sedap juga ternyata sambal cabai merah, ada pedas dan gurih," ucap Nurul Zayani salah seorang bloger yang merupakan peserta famtrip.
Perempuan berjilbab yang sebelumnya mengaku tidak terlalu suka masakan Padang tersebut saat menyantap langsung hidangan laut di Kota Padang itu malah sampai menambah dua kali.
Kendati Nurul selektif dalam menyantap makanan namun ikan bakar dengan bumbu khas Padang membuat lidahnya tak berhenti mengunyah.
Belum lagi gulai ikan karang dengan kuah santan kuning kecokelatan berpadu lembut daging ikan laut segar berwarna putih yang langsung lumer di lidah.
Makanan Padang itu beda dengan yang ada di Jakarta dan Bandung, orang cakap di sini lebih original dan autentik, katanya.
Tentu saja yang menjadi perhatian wisatawan adalah sambal cabai merah dan hijau yang menjadi salah satu ciri khas yang membuat mereka bertanya kepada pemandu wisata.
"Di Padang ini kalau tak ada sambal cabai merah belum lengkap rasanya makan, anak gadis di sini kalau tidak bisa bikin, belum boleh bersuami," ucap pemandu menjelaskan.
Angin Sepoi
Usai bersantap rombongan diajak menikmati keindahan Pantai Pasir Jambak dengan pohon pinus yang lebat sehingga udara panas siang itu terasa kian sejuk karena embusan angin sepoi-sepoi.
Puas memandang laut biru di siang itu rombongan bergerak ke salah satu objek wisata religi yang ada di Padang yaitu Masjid Raya Sumatera Barat.
Masjid kebanggaan warga Padang dengan desain yang unik karena atapnya berbentuk gonjong merupakan objek foto yang juga sayang untuk dilewatkan.
Apalagi jarang ada masjid dengan desain gonjong dan dibalur arsitektur dan hiasan kaligrafi berwarna kuning keemasan.
Selain desain yang kental dengan ukiran kaligrafi salah satu yang sayang dilewatkan adalah kesyahduan shalat di masjid tersebut dengan hawa yang sejuk tanpa pendingin ruang karena didesain sedemikian rupa oleh perancangnya.
Setelah itu rombongan bergerak ke salah satu objek wisata yang menjadi ikon Kota Padang yaitu Pantai Air Manis yang terkenal dengan legenda Batu Malin Kundang.
Berlokasi di sebelah selatan kota Padang, lokasi wisata ini dikenal dengan kisah Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu.
Pantai Air Manis berada di Kecamatan Padang Selatan memiliki pasir berwarna coklat dengan area pantai yang cukup luas dan banyak dipenuhi pohon pinus.
Salah satu daya tarik utama pantai itu tentu saja adalah situs batu Malin Kundang yang merupakan replika kapal serta sosok Malin Kundang sedang sujud yang telah menjadi batu.
Jika laut sedang surut pengunjung dapat berjalan menuju Pulau Pisang yang hanya berjarak 500 meter dari Pantai Air Manis.
Berbagai ragam karang dan ikan serta laut yang tenang dan jernih menjadi daya tarik Pulau Pisang.
Perjalanan sore ini ditutup dengan berkunjung ke Museum Adityawarman yang memajang beragam koleksi khas Ranah Minang.
Puncak dari farmtrip adalah perjalanan menuju Pulau Pandan, salah satu objek wisata yang merupakan kawasan konservasi penyu.
Kawasan konservasi penyu Pulau Pandan memiliki tiga jenis penyu yang selalu singgah di sepanjang perairan ini yaitu penyu sisik, penyu hijau dan penyu belimbing.
Di pulau ini para wisatawan berkesempatan melepas tukik ke laut sebagai salah satu daya tarik pengunjung.
Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Nasirman Chan mengatakan tujuan diselenggarakannya farmtrip ini untuk lebih memperkenalkan Kota Padang kepada wisatawan.
Apalagi saat ini ada beberapa objek wisata baru seperti pulau untuk konservasi penyu dan pembenahan di Pantai Air Manis, katanya.
Bidik Malaysia
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Sumatera Barat sejak Januari hingga September 2018 jumlah wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau mencapai 30.916 orang.
Advertisement
Rumah Buya Hamka
Kunjungan wisatawan asal Malaysia tersebut merupakan yang terbesar di dukung oleh adanya penerbangan langsung dari Padang ke Kuala Lumpur hingga tiga kali sehari.
Melihat tingginya kunjungan wisatawan Malasyia Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sumatera Barat menyampaikan pemerintah provinsi bisa belajar dari Malaysia bagaimana strategi menggaet wisatawan berkunjung ke daerah itu.
"Saat ini sudah ada penerbangan langsung dari Padang ke Malaysia ini merupakan peluang namun harus diakui jumlah warga Sumbar yang datang ke Malaysia lebih banyak ketimbang orang Malaysia yang ke Sumbar," kata Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah.
Menurutnya Malaysia mempromosikan wisatanya terus menerus dengan membentuk badan khusus serta melakukan promosi dengan maksimal.
Ia menceritakan saat menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu di sepanjang jalan dari Medinah menuju Mekkah banyak sekali di pasang bilboard tentang promosi Malaysia.
Mereka paham Arab Saudi merupakan lokasi yang amat strategis untuk beriklan dan dikunjungi oleh muslim di seluruh dunia sehingga tidak perlu repot beriklan di setiap negara karena sudah cukup di Arab Saudi saja, katanya. Dan sekarang Malaysia sudah menikmati apa yang dilakukan apalagi wisata halal sedang populer, lanjutnya.
Kemudian Malaysia juga menyiapkan beragam infrastruktur dan fasilitas yang membuat wisatawan nyaman.
Sebab kunci agar orang mau berwisata itu adalah mampu melihat dan memenuhi kebutuhan wisatawan, bahkan kantor perdana menterinya sendiri juga bisa dikunjungi, katanya.
Ia mengakui biro perjalanan yang ada di Sumbar jauh lebih nyaman membawa warga Sumbar ke Malaysia ketimbang membawa warga Malaysia ke Sumbar.
Kalau membawa orang Sumbar ke Malaysia sesudah kunjungan tidak ada masalah, tapi membawa orang Malaysia ke sini kami khawatir banyak keluhan mulai dari infrastruktur hingga toilet, ujarnya.
Ia mengatakan hampir 98 persen wisatawan Malaysia yang datang ke Sumbar minta berkunjung ke dua lokasi yaitu Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis dan Rumah Kelahiran Buya Hamka di Maninjau.
Kalau rombongannya di atas 50 orang biasanya selalu saya tolak karena jalan ke Air Manis tidak memadai dilewati bus besar, sementara kalau ke Rumah Kelahiran Buya Hamka yang kurang adalah fasilitas penunjang seperti kedai makanan tradisional, lanjutnya.
Ia menggarisbawahi kalau Sumbar ingin lebih banyak dikunjungi wisatawan asing maka benahi infrastruktur dan pahami kebutuhannya.
Apalagi tahun ini kunjungan wisatawan ke Sumbar merupakan yang terbaik dibanding tahun sebelumnya.
"Teman-teman hotel senang, karena tingkat hunian nyaris penuh, biasanya kan ada musim ramai dan sepi, tapi tahun ini nyaris cukup merata," katanya. Sebagai ibu kota provinsi Padang perlu terus berbenah untuk mengaet kunjungan wisatawan ke daerah itu, tentunya butuh sinergi semua pihak agar peluang ekonomi dari sektor pariwisata ini bisa dinikmati langsung oleh masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah.