Keren, Alat Pendeteksi Longsor Canggih tapi Murah dari Banjarnegara

Bencana longsor bertubi-tubi itu membuat guru fisika di SMK N 2 Bawang Banjarnegara mengembangkan teknologi berupa alat peringatan dini longsor yang canggih namun murah.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 09 Des 2018, 07:04 WIB
Diterbitkan 09 Des 2018, 07:04 WIB
Alat peringatan dini longsor canggih berbiaya terjangkau karya guru fisika di SMK N 2 Bawang, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Alat peringatan dini longsor canggih berbiaya terjangkau karya guru fisika di SMK N 2 Bawang, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Banjarnagera, Jawa Tengah merupakan kabupaten dengan tingkat kerawanan longsor yang sangat tinggi. Berada di lereng pegunungan Dieng, 60 persen wilayahnya terdiri dari perbukitan dan pegunungan.

Permukiman bertebaran di lereng atau berada di kaki bukit curam. Bencana longsor berskala besar dan kecil pun datang datang silih berganti.

Dibutuhkan sebuah alat deteksi dini longsor yang bisa diakses secara massal di titik-titik yang dianggap rawan. Musababnya, meski bisa dipelajari, kapan waktu pasti longsor tak bisa diprediksi secara tepat.

Sebenarnya, masyarakat pun memiliki kearifan lokal untuk deteksi dini bencana longsor. Contohnya, dengan melihat pertanda munculnya retakan tanah, atau pohon yang telah miring atau bergeser dari tempatnya.

Tetapi, warga mesti secara rutin menyempatkan diri menuju lokasi rawan longsor untuk mengamati gejala-gejala ini. Padahal, kesadaran maupun pengetahuan masyarakat masih minim.

Riwayat longsor di Banjarnegara sungguh tragis. Pada 2014 lalu misalnya, 100-an warga Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar tertimbun longsor. Bencana tanah longsor skala besar juga pernah juga terjadi pada 2006, saat Desa Sijeruk tersapu longsoran.

Lebih dari 90 orang tertimbun longsoran. Bencana itu terjadi kala Bukit Pawinihian longsor dan menyapu Dusun Gunung Raja, Sijeruk, Banjarmangu.

Bencana skala besar juga berlanjut pada 2016, saat tujuh warga Desa Gumelem dan Wanarata, Kecamatan Susukan, Banjarnegara menjadi korban tanah longsor. Hingga kini, bencana longsor kerap terjadi dengan skala besar, meski tak banyak menelan korban jiwa.

Bencana longsor bertubi-tubi itu lah yang lantas membuat guru fisika di SMK N 2 Bawang Banjarnegara, Wasis Sucipto, mengembangkan teknologi berupa alat peringatan dini longsor atau Early Warning System (EWS) yang canggih namun berbiaya murah.

Pemanfaatan Gelombang Radio FM

Wasis Sucipto, penemu alat peringatan dini longsor canggih berbiaya murah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Wasis Sucipto, penemu alat peringatan dini longsor canggih berbiaya murah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Ia menilai, peringatan dini penting untuk menghindari atau setidaknya mengurangi korban jiwa dan harta lebih besar. Pasalnya, bencana tanah longsor acapkali datang secara mendadak sehingga sulit diantisipasi masyarakat.

Bencana itu tak hanya berpotensi merusak bangunan, namun juga mengancam jiwa. Keberadaan teknologi atau sistem peringatan dini longsor dianggap efektif karena dapat langsung mengirim pesan cepat ketika bencana longsor itu terjadi.

Namun, dari ratusan desa rawan longsor di Banjarnegara, hanya segelintir desa yang terpasang alat deteksi dini. Sebagian besar adalah bantuan pemerintah. Harga alat yang tinggi menjadi alasan hanya sedikit daerah rawan logsor memasang alat peringatan dini longsor.

Sadar risiko bencana yang tinggi di daerahnya, Wasis berupaya mengatasi kendala mahalnya alat ini. Ia membuat prototipe alat peringatan dini longsor yang sederhana dan murah.

Meski terhitung murah, alat ini terhitung canggih dan efektif. Pertama, sensor dapat mendeteksi bencana longsor dan mengirimkan sinyal ke sirine. Yang kedua, lebih massal, alat ini mengirim gelombang radio FM ke masing-masing penduduk.

Melalui sebuah antena yang terpasang, gelombang tersebut mengirimkan sinyal ke semua lokasi searah daya pancar antena. Sirine pun berbunyi keras sebagai peringatan bahaya longsor.

"Dari pemancar FM itu nanti diterima pesawat radio FM," ucapnya, Kamis, 6 Desember 2018.

Sinyal peringatan dini gerakan tanah ini pun langsung dapat dipantau melalui ponsel atau radio yang memiliki fasilitas FM.

Peringatan Dini dengan Sirine

Longsor di Pandanarum, Banjarnegara, November 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Longsor di Pandanarum, Banjarnegara, November 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Jika terlalu repot harus selalu mengakses radio, warga pun bisa memasang alat peringatan dini longsor yang juga dilengkapi sirine. Perangkat ini bisa dipasang di lokasi strategis agar seluruh warga yang terancam bisa mendengarnya dengan jelas.

Sirine itu akan berbunyi saat terjadi pergerakan tanah yang membuat alat itu otomatis bekerja. Masyarakat yang menangkap sinyal bahaya dari sirine itu dengan demikian bisa cepat untuk menyelamatkan diri.

Wasis mengklaim, perangkat alat peringatan dini longsor ini mudah ditemukan di toko-toko elektronik dengan harga terjangkau. Perawatannya juga mudah.

Tak perlu teknisi khusus untuk memperbaiki alat ini jika sewaktu-waktu mengalami kerusakan. Bahkan, tukang servis radio pun pasti bisa memperbaiki alat ini.

Alat Deteksi dini diapresiasi oleh Pemkab Banjarnegara. Mempertimbangkan teknologi tepat gunanya, EWS dalam versi awal yang mengandalkan lampu dan sirine menyabet penghargaan di ajang Kreasi dan Inovasi (Kreanova) Kabupaten Banjarnegara.

BPBD Banjarnegara juga pernah mengundang Wasis untuk mempresentasikan alat ini. Ia pun berharap alat ini dapat diproduksi secara massal dan diaplikasikan di desa-desa rawan. Terlebih alat ini bisa diproduksi dengan biaya terjangkau.

Rupanya Wasis pun juga pernah didatangi pihak swasta yang ingin memproduksi alat tersebut dalam jumlah banyak. Informasi yang dia terima, alat tersebut sudah diproduksi dan dijual.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya