Liputan6.com, Cilacap - Sejumlah baliho berukuran cukup besar bertuliskan “I Love Jesus, Jesus is Moslem” terpasang di sejumlah titik di Kota Cilacap, Jawa Tengah. Kemunculan baliho ini pun memicu kontroversi.
Sejumlah pihak menilai baliho tersebut sebenarnya adalah konsumsi internal umat muslim yang tak perlu diumumkan ke publik. Pasalnya, baliho tak hanya dibaca oleh kalangan Islam.
Konten itu dinilai tak tepat jika disodorkan di muka publik yang tentu, beragam. Dikhawatirkan, konten ini dapat memicu intoleransi. Karenanya, sejumlah pihak, utamanya para pegiat kerukunan umar beragama, meminta agar baliho itu segera diturunkan.
Advertisement
Forum Umat Islam (FUI) mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pemasangan baliho bertuliskan “I Love Jesus, Because Jesus is Moslem” yang belakangan memicu kontroversi ini.
Baca Juga
Ketua FUI Cilacap, Syamsudin mengatakan FUI Cilacap dan beberapa lembaga atau komunitas muslim lainnya memasang empat baliho di kota Cilacap. Kota Cilacap dianggap sangat strategis untuk memasang baliho lantaran menjadi titik kumpul berbagai perayaan mulai dari Natal hingga tahun baru 2019.
Baliho itu, adalah imbauan agar umat Islam tak mengikuti acara-acara non-muslim pada momentum Natal dan tahun baru 2019 ini. Sifatnya, internal.
“Kita memasang hanya empat titik saja. Kita terfokus memasang di Kota Cilacap saja. Yang mana, kita tidak hanya masalah Natal, tapi karena kan pada perayaan Tahun Baru itu kan di kota Cilacap ini,” ucapnya, Kamis, 27 Desember 2018.
Ia juga membantah bahwa baliho itu bernada provokatif dan ada unsur pemecahbelahan umat beragama serta berpotensi menista agama tertentu. Sebab, menurut dia, baliho tersebut dipasang untuk kalangan sendiri sehingga tak berpotensi memunculkan intoleransi.
FUI Siap Tabayun dengan Penolak Baliho
Tujuannya, kata Syamsudin, mengingatkan kalangan saudara seiman. Dia pun menegaskan bahwa baliho itu dipasang bukan untuk pemeluk agama lainnya.
“Itu dalam kerangka mengingatkan saudara muslim. Kalau agama lain, kita tidak ikut campur,” dia menegaskan.
Syamsudin mengemukakan, dalam keyakinan umat Islam, Jesus atau Isa al Masih adalah seorang muslim. Isa al Masih adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu tentu berbeda dari keyakinan umat Nasrani yang menganggap Isa atau Jesus adalah Tuhan. Perbedaan ini menurut dia tak boleh dicampuradukkan.
Dia beralasan, baliho ini juga dipasang untuk mengantisipasi adanya pencampuradukkan ajaran agama. Pasalnya, dia mengaku pernah mendapati ada warga muslim yang diundang di sebuah acara oleh sekelompok orang, tetapi kemudian dalam acaranya ada nyanyian-nyanyian peribadatan non-muslim.
Padahal, sebelumnya, dalam undangan acara itu bertajuk kebangsaan. Dia tak ingin umat Islam terseret dalam acara keagamaan umat non-muslim, yang bagi dia, tak boleh dilakukan.
“Bahwa di situ, ada kalimat yang kita sampaikan kepada teman sesama muslim. Untuk tidak ikut-ikutan perayaan agama lain,” dia meneragkan.
Dia pun berpendapat, toleransi berbeda dari pencampuradukkan ajaran agama.
Syamsudin pun membantah bahwa FUI dan sejumlah kelompok lain yang memasang baliho itu adalah kelompok intoleran. Sebab, FUI tak pernah melarang perayaan agama. Bahkan, ia juga berkomitmen melindungi seluruh umat beragama.
Hanya saja, ia mengingatkan agar umat muslim tak mengikuti perayaan-perayaan yang digelar oleh agama lainnya.
“Saya lihat memang ada upaya mengarah ke situ (pencampuradukkan agama),” dia mengungkapkan.
Namun begitu, ia juga menyatakan siap untuk bertabayyun atau bertemu dengan pihak yang tidak sepakat dengan pemasangan baliho ini, utamanya pegiat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Advertisement