Musim Durian Tiba, Yuk Berburu Durian Bawor di Alasmalang Banyumas

Durian Kromo, atau lebih populer disebut durian Bawor, identik dengan Banyumas yang juga berkonotasi serbabesar.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Jan 2019, 03:01 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2019, 03:01 WIB
Durian Bawor di pekarangan warga Alasmalang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Durian Bawor di pekarangan warga Alasmalang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Aspal mengkilat licin usai turun hujan tipis pertengahan Desember. Di beberapa gerai durian Bawor, mobil-mobil pribadi terparkir.

Inilah desa sentra durian yang namanya tengah moncer, Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Dari desa ini, puluhan ribu pohon durian menyuplai kebutuhan seluruh negeri.

Tasbih bahwa Alasmalang sentra durian Bawor tampaknya memang bukan omong kosong. Nyaris pekarangan tiap rumah terdapat pohon durian menjulang.

Sepertinya, durian telah menjadi nadi hidup warga Alasmalang. Dari desa ini, lahir varietas baru yang konon ceritanya, bagi pencinta durian, lebih bermutu dibanding Montong Thailand.

Namanya durian Kromo atau lebih populer disebut durian Bawor. Bawor adalah identitas Banyumas yang juga berkonotasi serbabesar.

Sesuai namanya, pohon durian Bawor cepat besar lantaran berkaki ganda. Setidaknya ada dua batang akar. Paling populer tiga akar.

Lantaran berkaki lebih dari satu, pohon durian Bawor muda rakus makanan. Karena nutrisinya lebih dari cukup, si batang tanaman cepat besar dan cepat berbuah.

Buahnya pun besar-besar. Rata-rata berbobot antara tiga hingga lima kilogram. Banyak pula yang enam atau tujuh kilogram per buah.

Daging buahnya berwarna kuning kemerahan. Makanya, durian Bawor juga disebut sebagai Montong Oranye. Rasanya luar biasa, manis, legit dan ada rasa sedikit pahit menempel di lidah.

saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Ragam Durian di Alasmalang Banyumas

Durian Bawor masak pohon berbobot 5 kilogram. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Durian Bawor masak pohon berbobot 5 kilogram. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Kata orang lebih enak dari durian Montong karena ada sedikit pahitnya,” ucap Hadik, seorang petani durian turun-temurun di Alasmalang, Sabtu, 16 Desember 2018.

Lantas, Hadik mengeluarkan satu durian Bawor yang matang pohon dari kamar gudang. Bobotnya lima kilogram kurang setengah ons. Benar-benar durian yang mantap.

Durian itu dipetik dari samping rumahnya. Di depan rumah pun ada pohon durian setinggi kurang lebih delapan meter. Buahnya tak terlampau lebat, tetapi besar-besar.

“Ini kalau langsung di petani sekilo Rp 75 ribu, kalau di pinggir jalan sana Rp 85 ribu,” dia menerangkan.

Dari jalan utama Alasmalang yang merupakan jalan tembus ke Banyumas sisi utara, rumah Hadik memang masuk ke gang. Jaraknya tak terlampau jauh, hanya kisaran 700-an meter.

Sepanjang gang, tampak pohon durian. Ada pula pekarangan yang dimanfaatkan untuk membesarkan bibit durian. Bahkan, di depan musala pun tumbuh pohon durian.

Selain menanam durian di pekarangan dan kebun, Hadik adalah pembibit durian. Berbagai varietas dibudidayakannya.

Paling banyak adalah durian Bawor alias Kromo. Selanjutnya, ada pula Cani dan durian yang kini juga tengah naik daun, Musangking, durian Duri Hitam, durian Gundul, dan durian Merah.

Selayaknya tanaman, buah pun ada musimnya. Akhir tahun hingga awal tahun adalah musimnya buah durian.

Pun di Alasmalang. Desember 2018 dan Januari 2019 diperkirakan adalah musim puncak durian kedua setelah periode Oktober-November 2018 lalu.

 

Bisnis Miliaran Rupiah dari Bibit Durian

Sebanyak 10 ribu bibit durian unggul keluar dari Alasmalang per hari pada awal musim penghujan, kisaran November-Desember hingga awal tahun 2019. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sebanyak 10 ribu bibit durian unggul keluar dari Alasmalang per hari pada awal musim penghujan, kisaran November-Desember hingga awal tahun 2019. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kondisi ini memacu masyarakat untuk membudidayakan bibit durian. Bibit durian memastikan aktivitas warga tak pernah berhenti sepanjang tahun.

Hampir tiap orang di Alasmalang lihai membibit, mengokulasi, menyisip atau menyambung pucuk durian-durian unggul. Di tangan-tangan terampil mereka, bibit durian menyebar ke penjuru Nusantara.

Angkanya fantastis. Pada awal musim penghujan, nilai transaksinya miliaran rupiah. Puluhan ribu bibit keluar dari Alasmalang setiap hari.

Dan kini, para petani durian di sentra durian Desa Alasmalang, Kecamatan Kamranjen, Kabupaten Banyumas, bakal mengajukan sertifikasi pohon indukan durian lokal unggul.

Ketua Kelompok Tani Maju Makmur Kemranjen, Hasan Susanto, mengatakan saat ini petani tengah mengidentifikasi pohon-pohon indukan yang dinilai memenuhi persyaratan untuk sertifikasi.

Dia menjelaskan, dalam proses identifikasi ini, petani juga menggandeng Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyumas untuk terlibat. Harapannya, proses sertifikasi akan jauh lebih mudah jika dibantu oleh pemerintah.

“Biar dinas itu ikut bersinergi ke sini,” ucap Hasan.

Di luar durian Kromo Banyumas, petani Alas Malang juga tengah berkomunikasi dengan dinas pertanian untuk memperoleh pelabelan bibit durian Musangking, yang juga banyak dikembangkan oleh petani Alasmalang. Indukan Musangking berasal dari Malaysia.

Hasan mengemukakan, pengajuan sertifikasi itu dilakukan agar petani Alasmalang mampu bersaing dengan penyedia bibit dari daerah lain yang juga menjual bibit unggulan nasional.

Sebab, saat ini baru ada satu pohon indukan yang telah bersertifikat nasional. Satu pohon itu tak bisa memenuhi kebutuhan ratusan petani bibit durian Alasmalang.

“Mengikuti indukan. Bawor Banyumas, Kromo Banyumas itu,” ujarnya.

Selain Bawor Banyumas, verietas lain yang dikembangkan adalah Cani, Sunan, Sitokong dan petruk. Di luar itu, ada pula verietas lain yang berasal dari luar negeri, seperti Musangking dan Montong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya