Liputan6.com, Serang - Pada 57 tahun silam, 15 Januari 1962, pertempuran sengit terjadi di Laut Arafura. Pertempuran itu mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso, pahlawan nasional yang lahir di Salatiga, 24 November 1925.
Pertempuran tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah Presiden Sukarno untuk merebut kembali Papua ke pangkuan Indonesia dari tangan Belanda.
Advertisement
Baca Juga
Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso nama lengkap Yos Sudarso, gugur di atas KRI Macan Tutul saat melakukan operasi senyap di Laut Arafura yang akhirnya ketahuan dan ditembak oleh patroli Hr Ms Everstenmilik armada Belanda pada masa Trikora.
KRI Macan Tutul bersama dua kapal lainnya, KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang kalah persenjataan. Akhirnya, Komodor Yos Sudarso memerintahkan KRI Harimau dan Macan Kumbang untuk mundur sementara. Belanda mengira gerakan itu merupakan manuver untuk menyerang.
Yos Sudarso berpikir, harus ada KRI dan prajurit yang selamat malam itu. Hingga akhirnya, dia merelakan diri menjadi umpan agar dua kapal lainnya selamat.
KRI Macan Tutul harus berhadapan dengan kapal perang Belanda bernama Karel Dorman yang siap menembak. Tembakan pertama meleset, tembakan kedua telak mengenai KRI Macan Tutul. Akhirnya, kapal buatan Jerman tahun 1960 itu tenggelam di Laut Aru.
Peringatan Hari Dharma Samudera
Pengorbanan para pahlawan nasional itu kini masih dikenang. "Kita melaksanakan kegiatan doa bersama, dalam peringatan hari Dharma Samudera 2019, memperingati peristiwa pertempuran laut paling heroik," kata Kolonel Laut (P) Baroyo Eko Basuki, Danlanal Banten, saat ditemui di Mako Lanal Banten, Kota Cilegon, Selasa, 15 Januari 2019.
Saat gugur dalam pertempuran di Laut Aru, Yos Sudarso menjabat sebagai Deputi Operasi KSAL atau orang nomor dua di Angkatan Laut Republik Indonesia.
"Di mana Komodor Yos Sudarso dengan jiwa patriotisme mengorbankan diri. Peristiwa heroik yang penuh dengan art of battle, seni pertempuran laut," terangnya.
Dalam peringatan hari Dharma Samudera itu, diputar juga film dokumenter berdurasi sekitar 30 menit, yang menggambarkan sengitnya pertempuran di Laut Aru.
Di film hitam putih itu, terlihat KRI Macan Tutul ditembaki torpedo oleh kapal perang Belanda, hingga meledak hebat dan tenggelam bersama beberapa prajuritnya.
"Beliau tidak pernah mengibarkan bendera Victori atau bendera kenangan, tapi bendera kewajiban yang harus selalu kita kibarkan," dia menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement