Ambisi Pelalawan Tingkatkan Produksi Sawit di Indonesia

Memiliki Techno Park percontohan di Indonesia, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, punya ambisi meningkatkan produksi sawit di Indonesia.

oleh M Syukur diperbarui 17 Jan 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2019, 16:00 WIB
Rancangan kawasan techno park dan sekolah tinggi kelapa sawit Indonesia Pelalawan
Rancangan kawasan techno park dan sekolah tinggi kelapa sawit Indonesia Pelalawan, (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pelalawan- Memiliki Techno Park percontohan di Indonesia, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, punya ambisi meningkatkan produksi sawit di Indonesia menjadi 100 ton per tahun. Langkah-langkah sudah disiapkan, salah satunya menyediakan sumber daya manusia dengan mendirikan Sekolah Tinggi Kelapa Sawit Indonesia (STKSI).

Dulunya, sekolah yang berada di kawasan 3.754 hektar itu bernama Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan. Pergantian nama ini disaksikan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Panjaitan, Rabu (16/1/2019).

Menurut Luhut, keberadaannya sekolah ini sangat penting karena bisa mendukung mewujudkan industri hilir atau turunan sawit. Mahasiswa di sana diharap mampu mengejar ketertinggalan Indonesia dari Malaysia dalam hal industri tersebut.

"Saat ini, Indonesia hanya punya 100 produk turunan sawit, Malaysia sudah lebih dari 400," sebut Luhut yang sebelumnya membagikan 2.000 sertifikat tanah ke warga.

Untuk mewujudkan itu, Luhut berharap sekolah ini menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung. Pasalnya beberapa waktu lalu, ITB mempresentasikan ke Luhut tentang green diesel yang berasal dari sawit.

Menurut Luhut, adanya green diesel ini bisa mengurangi kebutuhan energi Indonesia dari luar. Dia juga menyebut, green diesel sendiri sudah disusun sejak tahun 2004 dan mulai dikebut setahun.

"Kerjasama ini harus cepat dan kongkrit, nanti saya fasilitasi ke sana karena ini untuk kemajuan Indonesia. Crude palm oil juga berkurang dijual ke luar," tegas Luhut.

Luhut menjelaskan, meningkatkan produksi turunan sawit akan berimbas ke petani. Warga dengan pendampingan dari mahasiswa STKSI lebih bisa berkreasi dengan hasil panennya.

"Apalagi bupati sudah menyebut ada beberapa produksi seperti gas dan minyak dari sawit. Tinggal kompak saja, berbeda pendapat boleh tapi jangan musuhan," tegas Luhut.

Kerjasama dengan Jepang

Produksi turunan sawit hasil kreasi petani di Pelalawan
Produksi turunan sawit hasil kreasi petani di Pelalawan. (Liputan6.com/M Syukur)

Saat ini, tambah Luhut, produksi sawit Indonesia per tahunnya berkisar 65 juta ton. Dengan adanya sekolah yang bisa menciptakan bibit unggul, produksinya bisa meningkat hingga 80 juta ton bahkan 100 juta ton.

"Sekarang ada kebijakan Presiden Joko Widodo mengambil levi (pajak sawit) yang mulai menaikkan harga sawit. Ditambah lagi Rp 33 ton dana sawit, itu subsidi ke masyarakat," terang Luhut.

Sementara itu, Bupati Pelalawan HM Harris menyebut Techno Park ini merupakan usaha dalam mewujudkan program Nawacita. Saat ini sudah ada berbagai kerjasama dalam produksi turunan sawit.

"Dengan Jepang sudah ada kerjasama, limbah sawit dirubah menjadi alga sebagai bahan omega 3. Pasalnya di Jepang sudah susah mendapatkan bahan itu dari ikan," kata Harris.

Menurut Harris, sekolah dan techno park ini sebagai solusi agar harga sawit Indonesia tidak tergantung dunia. Kian banyaknya produk turunan sawit di Indonesia bisa membuat harganya tinggi.

"Masyarakat juga berinovasi dengan produk turunan sawit, sudah dibicarakan juga dengan menteri perdagangan," jelas Harris.

Kedepannya, Harris akan berfokus membangun infrastruktur seperti pabrik kelapa sawit mini agar bisa diolah langsung jika panen.

"Sudah dibicarakan dengan Pak Luhut, propasalnya sudah diserahkan. Kalau untuk mahasiswa sendiri di sini sudah ada 100 orang," sebut Harris.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya