Liputan6.com, Sampit - Teriakan dan rintihan kesakitan Safira Risma Auliasa (12) dari dalam kamar, seketika membuat seisi rumah terdiam. Wajah sejumlah tamu yang datang pun terlihat prihatin, seakan turut merasakan sakit yang dirasakan murid kelas VI SDN 1 Baamang Hulu Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Mendengar rintihan sang anak, Rudi bergegas masuk ke kamar. Dia kemudian membopong tubuh lunglai Risma dan menempatkannya di kursi roda, sembari mendorong maju dan mundur kursi roda tersebut.
"Beginilah kalau rasa sakit itu datang, dia sangat kesakitan. Saat seperti ini, dia biasanya minta diangkat ke kursi roda dan minta didorong. Katanya, rasa sakitnya terasa berkurang. Makanya tengah malam pun saya harus melakukan ini, kadang bisa hampir semalaman," kata Rudi di rumahnya di Sampit, Rabu (20/3/2019) seperti dikutip Antara.
Advertisement
Menurut Rudi, dokter menyebutkan bahwa anaknya menderita tumor di dada. Awalnya hanya benjolan kecil yang muncul, tapi terus membesar hingga kini hampir sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Anehnya, tumor itu muncul di bagian tengah dada, tapi dampaknya justru dirasakan anggota tubuh bagian lain. Risma terkadang merasakan sakit di pinggang. Namun, yang paling sering adalah sakit di kaki yang membuatnya sampai berteriak karena kesakitan.
Rasa sakit luar biasa itu mulai dirasakan Risma sejak dua bulan terakhir. Penyakit itu kini bahkan membuat Risma tidak bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Sudah 10 hari dia lumpuh dan hanya berbaring maupun dibopong duduk di kursi roda.
Risma terakhir kali bersekolah saat mengikuti try out atau uji coba menghadapi Ujian Nasional. Setelah itu, Risma tidak bisa lagi beraktivitas akibat penyakit yang dideritanya.
Selain dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit, Risma juga pernah dibawa berobat ke RSUD dr Doris Sylvanus. Sayangnya, belum ada kemajuan berarti, bahkan kini Risma justru tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya.
Di tengah kegundahan nasib anaknya, beban Rudi sedikit berkurang karena pengobatan sang anak bisa menggunakan jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan. Rencananya Risma akan dirujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
"Tubuhnya makin lemah karena sulit makan, makanya harus segera ditangani. Kami sangat berharap anak kami ini bisa kembali sembuh," harap Rudi sambil memegangi anak keduanya itu.
Sementara itu, penderitaan yang dialami Risma menuai simpatik banyak pihak. Salah satunya komunitas pehobi pesawat tanpa awak atau drone yang tergabung dalam Squadrone Sampit yang berkunjung dan menyerahkan bantuan dari anggota mereka untuk membantu pengobatan Risma.
"Ini bentuk keprihatinan dan kepedulian kami. Mudah-mudahan bantuan ini bisa meringankan beban Risma dan keluarganya. Komunitas kami ini tidak sekadar menyalurkan hobi, tetapi kami juga berupaya melakukan berbagai kegiatan sosial membantu masyarakat tanpa embel-embel politik atau kepentingan lain," kata Ketua Squadrone Sampit, Julyan Afif.
Bantuan dana dinilai sangat dibutuhkan untuk pengobatan Risma. Meski biaya pengobatan akan ditanggung BPJS Kesehatan, orang tuanya membutuhkan uang selama menjaga Risma di rumah sakit karena sementara waktu mereka tidak bisa bekerja.
Julyan didampingi anggota Squadrone Sampit menyampaikan keprihatinan, sekaligus dukungan moril kepada orang tua Risma agar tetap tabah menjalani semua ini. Mereka mendoakan Risma segera sembuh, sehingga bisa kembali sembuh.
Sementara itu, Julyan dan anggota Squadrone Sampit pada kesempatan itu membawa Risma ke Puskesmas Baamang II karena kondisinya makin lemah.
Risma akan dirawat di puskesmas rawat inap itu hingga kondisinya siap untuk dirujuk ke Palangka Raya atau Banjarmasin.
Simak juga video pilihan berikut ini: