Sedihnya Pawang Gajah Sumatera Tak Berlebaran dengan Keluarga

Melewatkan malam takbiran dan Hari Raya Idhul Fitri bersama para gajah, bukan lagi hal baru bagi pawang gajah di TWA Seblat Bengkulu.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jun 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2019, 20:00 WIB
Suka Duka Pawang Gajah Sumatera Berlebaran Jauh Dari Keluarga
Pawang gajah saat bermain bersama Gajah Sumatera (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Bengkulu - Berkumpul bersama keluarga dan kerabat terdekat menjadi momen yang ditunggu-tunggu saat merayakan Idhul Fitri setiap tahunnya. Namun momen ini selalu terlewatkan oleh pawang Gajah Sumatera di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat, Provinsi Bengkulu.

Tugas sebagai pawang gajah di TWA Seblat, membuat Barokah dan pawang lainnya harus melewatkan malam takbiran dan berlebaran jauh dari keluarga.

Ada 8 orang pawang yang menjaga satwa yang dilindungi di TWA Seblat Bengkulu ini. Barokah sendiri memilih menjadi pawang gajah sejak tahun 1997. Melewatkan malam takbiran dan Hari Raya Idhul Fitri bersama para gajah, bukan lagi hal baru bagi Barokah.

Ayah empat anak ini harus mengemban amanah menjaga Gajah Sumatera bernama Nelson, dan merawatnya dengan sangat baik.

"Saya inginnya berkumpul dengan keluarga, tapi karena profesi ini adalah kewajiban saya. Jadi harus saya jalani, karena gajah tidak bisa menyimpan makanan dalam waktu seminggu," ujarnya, saat ditulis Senin (10/6/2019).

Kedekatan emosional ini juga, yang membuatnya tidak tega meninggalkan Gajah Sumatera binaannya, yang dirawatnya selama 22 hari selama satu bulan.

Dukungan dari keluarga juga, membuat dia bertahan untuk tetap menjalani kewajibannya menjaga Nelson di saat piket. Apalagi waktu yang sangat panjang sudah dilewatinya bersama Nelson.

"Saya sudah belasan tahun menjadi pawang pendamping untuk Nelson, baru lima tahun ini jadi pawang utama. Jadi memang sudah ada ikatan batin," ujarnya.

Kecanggihan teknologi membuat dia semakin dekat dengan keluarga, meskipun harus tetap menjalani tugasnya. Saat malam takbiran, Barokah bisa bertatap muka dengan anak istrinya melalui video call WhattAps.

Pawang Gajah Sumatera ini juga berbaur dengan para warga di Desa Sukabaru Bawah setiap menjalankan Salat Idhul Fitri di musholla. Biasanya tahun lalu, dia harus pergi ke Desa Sukabaru Atas atau Desa Sukamaju untuk Salat Idhul Fitri.

Tugas Pawang Gajah

https://www.liputan6.com/regional/read/3941848/gajah-dipanggil-dengan-nama-khusus-agar-tidak-tersinggung
Gajah Sumatera dewasa sedang bermain dengan anaknya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sama halnya dengan Tohirman, pawang gajah yang bertugas menjaga Gajah Sumatera bernama Dino.

Warga Desa Manna Kabupaten Bengkulu Selatan ini, sudah beberapa tahun mendapat jatah piket bertepatan saat Hari Raya Idhul Fitri.

"Setiap pawang gajah selalu mendapat giliran jaga piket di saat berlebaran, memang tidak setiap tahun juga. Tapi kami merasa ini memang kewajiban yang harus dijalani,"ujarnya.

Aktivitas pawang gajah atau sering disebut Mahout sendiri, diawali dengan memandikan Gajah Sumatera pada pukul 08.00 WIB. Gajah Sumatera itu dimandikan dengan cara beredam di aliran Sungai Seblat.

Setelah mandi, Mahout lalu membawa para gajah ke pusat latihan untuk dibina. Kebersihan gajah juga harus dijaga, seperti membersihkan telapak kaki gajah, agar tidak ada benda apapun yang melukai satwa langka itu.

"Kita juga mengembalakan gajah ke dalam kawasan hutan di sekitar camp PLG Seblat hingga siang hari. Lalu dilanjutkan mengarit pakan tambahan bagi gajah, memberi makan dan kembali menuntun gajah ke sungai untuk mandi sore," katanya.

Pawang gajah juga bertugas untuk mengikuti patroli pengamanan kawasan hutan bersama gajah dan polisi hutan.

Kegiatan ini untuk memastikan kawasan konservasi TWA Seblat seluas lebih kurang 7.000 hektar dalam kondisi aman dari aktivitas ilegal, seperti perambahan dan penebangan pohon secara liar.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya