Ritual Zikir Sampai Pingsan Usai Lebaran di Aceh

Lantunan La ilaha illallah keluar dari mulut khalifah, peserta zikir mulai membentuk barisan tanpa seorang pun boleh duduk.

oleh Rino Abonita diperbarui 12 Jun 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2019, 00:00 WIB
Rateb Mensa
Foto: Rino Abonita/ Liputan6.com

Liputan6.com, Nagan Raya - Rateb Mensa, demikian warga Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya menamai kegiatan zikir bersama ini. Bukan sembarang zikir, Rateb Mensa dapat membuat pesertanya pingsan.

Rateb Mensa digelar setahun sekali. Penduduk yang tinggal di pedalaman Gunung Singgah Mata ini hanya menggelarnya usai lebaran Idul Fitri.

Bagi penduduk setempat, Rateb Mensa bukan sebatas tradisi tetapi telah menjadi ibadah wajib. Tujuannya, selain sarana mendekatkan diri pada Ilahi, juga mempererat silaturahmi.

Baru-baru ini warga setempat mengadakannya. Digelar rentet selama empat malam berturut-turut, Rateb Mensa ditutup dengan kenduri makan kambing bersama.

"Tiga ekor kambing. Tadi malam terakhir," sebut penduduk setempat, Zakaria (29) kepada Liputan6.com, Selasa siang (11/6/2019).

Rateb Mensa digelar di sebuah menasah di Desa Blang Pu'uk. Soal tempat, biasanya dipilih melalui mekanisme gilir-bergilir di mana setiap desa diberi kesempatan menjadi tuan rumah.

Rateb Mensa digelar bakda isya. Kegiatan ini akan berlangsung tanpa jeda dan berakhir menjelang tengah malam. Para pezikir dipimpin oleh seorang khalifah. Bukan sembarang orang, khalifah haruslah orang yang pernah berguru kepada para pendahulu.

Rateb Mensa kali ini dipimpin oleh Abu Kamil. Lelaki ini salah seorang putra Tengku Bantaqiah, ulama yang tewas dibredel aparat pada 1999 silam, ketika Aceh terhembalang dalam konflik.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Bagaimana Rateb Mensa Berlangsung?

Rateb Mensa
Foto: Rino Abonita/ Liputan6.com

Setelah berkumpul para peserta zikir mulai membentuk barisan dengan catatan tidak boleh ada yang duduk. Para peserta nantinya akan diberi aba-aba oleh khalifah.

"La ilaha illallah," sang khalifah mulai menuntun para peserta.

Ritme irama zikir terdengar konstan. Lambat laun temponya kian meningkat.

Ketika itu para peserta mulai membuat lingkaran. Pertama lingkaran kecil yang padat di mana para pezikir saling berpelukan sehingga orang yang ada di dalamnya tidak bisa keluar lagi, kedua lingkaran besar, berfungsi membentengi lingkaran kecil.

Para peserta berzikir sambil berjingkrak-jingkrak namun tetap rampak. Mereka harus pintar-pintar menahan diri agar tetap tersadar jika tidak ingin keteteran karena kelelahan. 

"Banyak yang kelelahan, cuma satu yang pingsan," tutur Zakaria yang akrab disapa Jack.

Begitu ada yang pingsan, peserta lain akan mengeluarkannya dengan cara memikulnya beramai-ramai sambil terus berzikir. Setelah ditaruh ke samping, peserta kembali membentuk formasi seperti semula lalu kembali zikir sampai waktu yang telah ditentukan.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya