Terisolasi Usai Banjir Konawe Utara, Harga Gas Melon Tembus Rp100 Ribu

Bencana banjir Konawe Utara menyebabkan harga kebutuhan pokok, seperti LPG 3 Kilogram, melambung tinggi.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 19 Jun 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 10:00 WIB
Warga korban banjir Konawe Utara yang mencari penyedia gas LPG 3 kilogram di tengah banjir.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Warga korban banjir Konawe Utara yang mencari penyedia gas LPG 3 kilogram di tengah banjir.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe Utara - Bencana banjir Konawe Utara menyebabkan sulitnya menerobos empat kecamatan terisolir dengan kendaraan roda empat. Keempatnya adalah Kecamatan Wiwirano, Landawe, Langgikima, dan Marombo.

Akibatnya, kebutuhan pokok seperti gas LPG dan beras melambung tinggi. Peningkatan harga LPG 3 kilogram malah naik hingga 300 persen lebih.

Hingga Senin (17/6/2019), harga LPG 3 kilo pada kecamatan Landawe dan Wiwirano masih mencapai Rp 100 ribu.

Padahal, harga normal hanya sekitar Rp 22 ribu. Hal ini disampaikan Kadisperindagkop Konawe Utara, Muhardi Mustafa.

Kata dia, di Kecamatan Langgikima harga Rp100 ribu untuk LPG 3 kilogram sudah berhasil diatasi.

"Kami sudah gelar operasi pasar dan alhamdulillah harga LPG 3 kilo sudah normal menjadi Rp 22.500. Harga minyak dan telur juga naik, tapi tidak signifikan," ujarnya, Selasa (18/6/2019).

Muhardi melanjutkan, pihaknya akan segera melakukan operasi pasar di wilayah Kecamatan Landawe dan Wiwirano. Sehingga keluhan konsumen bisa segera teratasi di wilayah yang dilanda banjir Konawe Utara.

Muhardi mengungkapkan, harga beras 50 kilogram juga sempat naik hingga Rp 800 ribu di wilayah Kecamatan Marombo. Namun, pihaknya mengakui sudah berhasil mengembalikan ke harga normal.

Dia mengatakan, untuk mengatasi kelangkaan kebutuhan pokok pada tiga kecamatan, Pemda Konut harus melalui jalur laut dengan perahu bermesin. Tiga kecamatan yang dimaksud adalah Langgikima, Landawe dan Wiwirano.

"Ketika kami sudah operasi pasar, tapi masih ada pangkalan yang nakal memainkan harga memanfaatkan bencana banjir Konawe Utara, kami akan tindak tegas dengan sanksi," tegasnya.

Pertamina Cari Rute Alternatif

Pertamina yang melakukan penyaluran BBM saat bencana banjir di Konawe Utara melanda.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Pertamina yang melakukan penyaluran BBM saat bencana banjir di Konawe Utara melanda.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Saat bencana banjir melanda Konawe Utara, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi berusaha mencari rute baru menuju lokasi terisolasi. Penyebabnya, jembatan penghubung di Kecamatan Asera putus dan tidak bisa dilalui armada Pertamina.

“Kami ambil langkah cepat setelah akses Jalan Trans Kendari – Kolaka dan Kendari – Konawe, yakni Jembatan Ameroro dan Jembatan Asera putus," ujar Pjs Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR VII, Ahad Rahedi.

Penyaluran BBM dan LPG di wilayah bencana, menurut Ahad, langsung dilakukan untuk empat kabupaten terdampak banjir, yakni di Marowali, Konawe, Konawe Utara, dan Kolaka Timur. Pertamina telah menyalurkan BBM sebanyak 164 Kiloliter (KL) yang terdiri atas 42 KL Pertalite, 58 KL Biosolar dan 64 KL Premium.

"Ini disalurkan untuk dua SPBU Lasolo dan Lambuya, SPBU solar di Asera," ujar Ahad.

Dia melanjutkan, untuk LPG bersubsidi (tabung 3 Kg), tahap 1 Pertamina sudah mengirimkan sebanyak 560 tabung. Tahap 2 dikirimkan lagi sebanyak 1.120 tabung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kondisi bencana.

"Pengiriman BBM dan LPG dilakukan semenjak Minggu (9/6), melalui jalur normal, tetapi kami terkendala dengan jalan dan jembatan ternyata juga tidak bisa dilalui, sehingga mobil tangki terpaksa kembali lagi ke Terminal BBM Kendari,” ujar Ahad.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya