Mengenal Embun Es Dieng, 'Salju' Cantik nan Mematikan

Bak dua sisi mata uang, embun es Dieng sekaligus dianggap sebagai bencana.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 21 Jun 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2019, 05:00 WIB
Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/Pemdes Dieng Kulon/Muhamad Ridlo)
Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/Pemdes Dieng Kulon/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Kemunculan embun es Dieng, Jawa Tengah selalu ditunggu oleh wisatawan. Banyak di antaranya yang rela menginap hingga berhari-hari, sembari berharap bisa menyaksikan langsung fenonema embun beku ini.

Embun es mendatangkan berkah. Kemunculannya selalu disusul dengan naiknya tingkat kunjungan dan penuhnya penginapan-penginapan yang dikelola warga. Embun es bak salju negara empat musim yang begitu diburu.

Namun, bak dua sisi mata uang, embun es Dieng sekaligus dianggap sebagai bencana. Bagi petani, kemunculan embun es yang disebut bun upas oleh warga lokal itu adalah musibah lantaran bisa menyebabkan kematian tanaman.

Paling terdampak adalah tanaman kentang. Daun dan batang kentang yang terselubung embun es menguning, dan lantas mati membusuk. Dampak lebih parah terjadi pada kentang muda usia.

Rabu pagi, 19 Juni 2019, sebagian wilayah Dieng kembali berselimut embun es. Embun beku itu menempel di daun dan rerumputan di sekitar kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Sebelumnya, embun es juga muncul pada Senin, 17 Juni, 1 Juni 2019, dan dua kali pada Mei 2019. Kemunculan embun es pada Mei di luar kebiasaan.

Petani pun mengkhawatirkan kemunculan embun es Dieng yang lebih cepat dari biasanya. Pasalnya, sebagian besar tanaman kentang petani masih berusia muda.

"Kalau sampai tebal tanaman kentang bisa mati," kata Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono, Rabu malam.

 

Bun Upas yang Mematikan

Tanaman kentang yang terdampak embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Tanaman kentang yang terdampak embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Kini, usia kentang rata-rata berumur antara 40-50 hari. Kentang usia muda sangat rentan cekaman embun es.

Menurut Slamet, tanaman kentang berusia muda berisiko mati jika daun dan batangnya terselubung embun es. Pada awalnya, daun dan batang menguning dan layu. Selanjutnya, bisa dipastikan tanaman bakal membusuk dan mati.

Karenanya, warga Dieng menyebut embun es sebagai bun upas, atau embun beracun. Bukan beracun kepada manusia, tetapi embun es itu mematikan untuk tanaman.

Sejauh ini, petani masih beruntung. Sebab, embun es yang muncul masih tipis. Skala kemunculannya juga tak luas.

"Baru di sekitar lapangan kompleks candi. Tanaman kentang yang berada di sebelahnya juga tidak kena," dia mengungkapkan.

Lazimnya embun es muncul pada Juli dan berpotensi muncul lebih tebal pada Agustus, saat suhu sedang sangat rendah. Kebiasaan ini sudah diamati oleh petani selama bertahun-tahun.

Sebab itu, petani menanam kentang ketika embun es belum berpotensi muncul pada akhir musim hujan dan awal kemarau. Harapannya, saat embun es menebal, tanaman kentang sudah tua dan resisten terhadap embun es.

"Atau bisa langsung dipanen," ujarnya.

 

Penjelasan BMKG soal Embun Es Dieng

Embun es Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/PVMBG/Muhamad Ridlo)
Embun es Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/PVMBG/Muhamad Ridlo)

Meski saat ini embun es masih tipis, Slamet mengaku khawatir embun es akan kembali muncul lebih tebal dan dalam skala lebih luas. Bisa dipastikan, tanaman kentang yang masih muda itu bakal terdampak. Sementara, tanaman kentang yang sudah terdampak embun es tidak mungkin pulih.

"Sekarang ini suhu delapan derajat Celsius. Kalau di luar sekitar empat derajat Celsius. Pagi biasanya sudah mencapai nol derajat," dia mengungkapkan.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayodhie menerangkan, embun es muncul lantaran terjadi penurunan suhu ke titik beku. Makanya, embun es muncul saat suhu turun di titik terendah, yakni pagi hari.

Menurut dia, penurunan suhu belakangan ini disebabkan oleh rendahnya kandungan uap atmosfer. Ini terlihat dari cuaca cerah di kawasan sekitar Dieng.

"Terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir," kata Setyoajie.

Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Rendahnya kandungan uap air di atmosfer menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Akibatnya, energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan. Ini lah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia pada kemarau, terutama malam hari relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan.

Suhu dingin itu akan lebih terasa di wilayah pegunungan atau dataran tinggi, seperti Dieng. Penurunan suhu yang signifikan berpotensi memunculkan embun es.

"Jika peristiwa ini berlangsung cukup lama biasanya akan disertai fenomena frost di dataran tinggi karena embun yang membeku akibat suhu di bawah titik beku," jelasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya