Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) langsung tancap gas setelah keluarnya LG dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. BKPM akan segera melakukan pertemuan dengan Huayou, perusahaan asal China untuk membahas konsorsium proyek ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Kita juga ini baru mau ketemu insyaAllah kalau tidak di minggu ini, minggu depan, kita akan ketemu dengan pihak Huayou-nya, membahas terkait ini, mematangkan," kata Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul dikutip dari Antara, Kamis (24/4/2025).
Baca Juga
Disampaikan Nurul Ichwan, setelah memastikan bahwa LG keluar dari konsorsium tersebut, pihaknya akan membuat desain baru, serta merencanakan pelibatan pihak lain dalam fasilitas ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air.
Advertisement
"Kemudian kita memfasilitasi pembentukan joint venture-nya," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Perkasa Roeslani menjelaskan mengenai kabar pembatalan investasi proyek baterai kendaraan listrik oleh LG di Indonesia yang nilainya mencapai USD 9,8 miliar.
"Memang LG ini investasi yang totalnya USD 9,8 miliar, terbagi memang ini adalah suatu investasi yang besar," kata Rosan dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Rosan Roeslani pun menegaskan bahwa proyek tersebut tidak sepenuhnya dibatalkan, melainkan akan tetap berjalan dengan menggandeng mitra baru.
"Jadi memang berita mereka mudnur itu bukan mudnur semuanya, oh enggk, mereka sudah melakukan di GV nomor 4 senilai USD 1,1 miliar yang memang untuk proyek sebesar ini tentu negosiasi itu lama dan kita juga ingin investasi ini berjalan," jelasnya.
4 Tahap
Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa proyek tersebut terbagi dalam empat tahap atau group venture (GV), dan LG telah memulai pembangunan (groundbreaking) pada GV ke-4 dengan nilai investasi USD 1,1 miliar. Menurutnya, proses negosiasi proyek sebesar ini memang memerlukan waktu panjang.
"Ekosistem dari miningnya nikel mate, nikel sulfur, anoda, katoda, prekursor, baterai sell, sampai recycle batery nya. Jadi, terbagi dalam 4 GV, dan mereka sudah groudn breaking di GV nomor 4," jelasnya.
Lebih lanjut, Rosan menekankan bahwa meski ada dinamika dalam proyek ini, LG tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia, baik di sektor yang sama maupun sektor lainnya.
"Saya tahu beritanya cukup ramai, saya sampaikan ini angka yang statistik yang benar, ini buktinya investasi kita berjalan dengan baik," ujarnya.
"Oleh sebab itu diputuskan proyek ini terus berjalan dan digantikan oleh partner lain. Dan dengan partner lain sudah berjalan diskusinya, dan dari pihak LG pun tetap komitmen berivestasi dibidang lainnya, dan masih terbuka investasi di bdiang yang sama," tambah Rosan.
Advertisement
Rencana Sebelumnya
Sebelumnya, konsorsium yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp. dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan perusahaan milik negara untuk membangun "rantai nilai menyeluruh" untuk baterai EV.
Inisiatif tersebut berupaya untuk mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode, dan pembuatan sel baterai.
Indonesia sendiri dikenal sebagai produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai EV.
