Daging Kurban Siap Santap Bakal Dibagikan untuk Pengungsi Gempa Halmahera

Pemkab setempat juga akan menyebarkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melaksanakan Salat Idul Adha bersama di berbagai lokasi pengungsian warga.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 09 Agu 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2019, 14:00 WIB
Resep Istimewa Sambut Idul Adha, Korean Slow Cooked Beef
Sambut hari raya Idul Adha dengan sajian olahan daging sapi ala Korea yang nikmat. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Halmahera - Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara memastikan 20 ribu lebih pengungsi yang menyebar pada 38 desa, pascagempa yang melanda kabupaten itu pada 14 Juli 2019 akan mendapatkan daging hewan kurban.

Pemkab setempat juga akan menyebarkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melaksanakan salat Idul Adha bersama di berbagai lokasi pengungsian warga.

Wakil Bupati Halmahera Selatan, Iswan Hasjid menuturkan kebijakan ini diambil sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap warga korban gempa bumi yang masih tinggal di pengungsian.

"Kehadiran ASN diharapkan dapat mengobati duka yang dialami warga, akibat bencana gempa bumi. Hingga saat ini, kami (pemerintah) terus memperhatikan kebutuhan warga pengungsi, termasuk jelang Idul Adha," kata Iswan, Kamis (8/8/2019), seperti dilansir Antara.

Nantinya, ASN yang disebar akan melakukan penyembelihan hewan kurban dan akan dibagikan kepada pengungsi.

Sejumlah sumbangan hewan kurban lainnya juga akan dibagikan dalam bentuk daging olahan yang siap santap. Daging hewan kurban sengaja dimasak untuk memudahkan dalam pendistribusiannya, serta meringankan beban pengungsi agar tak kesulitan dalam merayakan Idul Adha yang akan jatuh pada 12 Agustus 2019.

Tahun ini, pemkab setempat menyediakan 31 ekor sapi untuk hewan kurban dan dibagikan kepada masyarakat.

Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Pemprov Malut, Dihir Bajo menyebutkan 31 hewan kurban juga dibebankan kepada masing-masing pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), agar turut berpartisipasi memberikan hewan kurban.

"Apabila ada pimpinan SKPD yang tidak berpartisipasi dalam bantuan hewan kurban, pihaknya akan melaporkan hal tersebut kepada gubernur pada saat penyembelihan hewan kurban," katanya.

 

Stok Sapi Potong Menipis

Tradisi Meugang dari Aceh
Pedagang memotong daging sapi dagangannya pada perayaan tradisi Meugang Ramadan 1440 Hijriah di Banda Aceh, 4 Mei 2019. Meugang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh dengan membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Asosiasi Pengusaha Sapi dan Kerbau (Apsaku) Maluku Utara khawatir akan terjadinya kelangkaan stok daging sapi, jika pengiriman sapi potong keluar daerah tidak dikendalikan.

Ketua Apsaku Malut Ibrahim Hamid menyebutkan pengiriman sapi potong dari Malut keluar daerah dikirim ke Sulawesi dan Kalimantan. Belakangan dampaknya sudah mulai dirasakan, terutama di Ternate.

"Sebelumnya, pedagang daging sapi di Ternate bisa memotong sapi 12 ekor per hari, kini paling banyak 8 ekor per hari akibat kurangnya pasokan menyusul banyaknya sapi yang dikirim keluar daerah," kata Ibrahim, kepada Antara.

Ia khawatir, jika pengiriman sapi keluar daerah tidak dikendalikan, maka pasokan sapi untuk kebutuhan lokal akan terus berkurang yang pada gilirannya akan mengakibatkan kelangkaan. Jika terjadi kelangkaan, maka harga daging sapi di pasaran yang selama ini Rp120 ribu per kg akan melonjak, terutama saat hari besar keagamaan seperti lebaran Idul Adha.

Oleh karena itu, Ibrahim Hamid mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk mengendalikan pengiriman sapi keluar daerah bahkan kalau bisa khusus untuk menghadapi hari besar keagamaan tidak boleh ada pengiriman agar kebutuhan lokal tidak terganggu.

Data dari Balai Karantina Pertanian Malut menyebutkan pengiriman sapi potong dari Malut keluar daerah hingga Juli 2019 mencapai sekitar 2.500 ekor meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yang hanya mencapai sekitar 1.500 ekor.

Dinas Pertanian Malut sebelumnya menyebutkan potensi produksi sapi potong Malut setiap tahunnya sekitar 10.000 ekor, 5.000 ekor dianaranya untuk kebutuhan lokal dan 5.000 selebihnya untuk memenuhi permintaan dari daerah lain seperti Sulawesi dan Kalimantan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya