Asyiknya Belajar Sambil Berlibur di Pusat Konservasi Elang Kamojang Garut

Selain beribur, para pengunjung akan mendapatkan informasi lengkap mengenai elang dari kandang yang disediakan pengelola.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 05 Sep 2019, 23:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2019, 23:00 WIB
Para pengunjung kawasan konservasi PKEK Kamojang, nampak tengah menikmati ragam elang untuk pengunjung
Para pengunjung kawasan konservasi PKEK Kamojang, nampak tengah menikmati ragam elang untuk pengunjung (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Berada di kaki bukit blok Citepus Taman Wisata Alam (TWA) Kamojang Garut, Jawa Barat, Lokasi Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK), memberikan sensasi tersendiri bagi pengunjung yang akan berlibur sekaligus mempelajari elang sang predator teratas.

Hembusan angin nan sejuk khas pegunungan, serta nuansa alam yang masih asri dari rimbunan pohon hutan Kamojang di sekitarnya, mampu menyejukan setiap bola mata yang melihatnya.

Lokasi itu sengaja dipilih Pertamina, sponsor utama kawasan konservasi elang itu, sebagai ihtiar pemerintah dalam melestarikan elang sebagai burung ikon lambang negara Indonesia, dari ancaman kepunahan yang sudah di depan mata.

Zaini Rachman, Manajer Operasional PKEK mengatakan, sejak pertama kali dirintis 2012 lalu, keberadaan konservasi elang Kamojang terus berkembang menjadi kawasan yang sangat dibutuhkan.

"Total kami sudah melepasliarkan hingga 50 kali sejak 2015 lalu," ujar dia dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Selain sebagai arena bermain dan berlibur di alam terbuka, pusat konservasi elang Kamojang ujar dia, memang dirancang sebagai pusat ilmu pengetahuan baru khususnya mengenai elang.

"Bagi kalangan kampus seperti IPB, UGM, Unpad, dan lainnya kami kerap dijadikan rujukan penelitian tentang elang," ujar dia.

Saat ini total elang yang dirawat berjumlah 122 ekor, setelah satu pasang elang jenis ular (Spilornis cheela) kembali dilepasliarkan di hutan Kamojang, akhir pekan lalu.

"Kita akan pantau terus sampai benar-benar mereka survive di alam," kata dia.

Zaini menerangkan, perawatan elang yang sudah jinak kembali ‘liar’ sesuai habitatnya, memang bukan perkara mudah. Selain membutuhkan ketelitian, juga dipelukan kesabaran dalam merawat burung Garuda tersebut.

"Kadang yang diserahkan ke sini dalam keadaan cedera, sayapnya patah, terus masih ada bekas peluru, sehingga membutuhkan perawatan khusus," ujar dia.

Namun beruntung, kondisi itu justru mendorong petugas rawat kawasan konservasi, lebih waspada dalam memberikan perlakuan. "Mereka juga butuh perhatian laiknya manusia," katanya.

 

Pola Perawatan Burung

Salah seorang petugas tengah memberi makan elang di salah satu kandang rehabilitasi PKEK Kamojang
Salah seorang petugas tengah memberi makan elang di salah satu kandang rehabilitasi PKEK Kamojang (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ada dua pintu masuk ke kawasan konservasi elang kamojang, pintu satu yang berada di bagian bawah kawasan, dikhusus untuk staf dan pegawai, sementara pintu kedua bagi pengunjung yang berada di bagian atas area konservasi.

Dipimpin dokter hewan Dian Tresno Wikanti, dan beberapa petugas, seluruh elang yang berada di sana seolah mendapatkan angin segar kembali ‘normal’ terbang bebas di alam terbuka, sebagai habitat utama mereka.

"Memang proses rehablitasi elang yang jinak apalagi cedera tidaklah mudah," kata dia.

Biasanya, elang baru hasil tangkapan dari penduduk atau penyerahan warga, langsung mendapatkan perawatan sesuai dengan kondisi tubuh elang.

"Tapi memang rata-rata sudah jinak," ujar dia mengakui.

Menurut Zaini, pada dasarnya elang harus hidup bebas di alam liar, sehingga populasi mereka terjaga dalam rangkaian rantai makananan mahluk hidup.

"Mereka yang terlanjur dipelihara manusia, pada akhirnya harus menjalani pemulihan tubuh dulu sebelum dilepasliarkan," kata dia.

Selama di sana, selain mendapatkan hiburan sekaligus liburan di alam terbuka, pengunjung bakal mendapatkan pengetahuan baru mengenai ragam jenis elang yang ada di Indonesia saat ini.

"Mayoritas yang ada di sini merupakan sitaan petugas BKSDA ataupun serahan langsung warga," ujar dia.

Sebagai pusat konservasi, kawasan konservasi elang Kamojang memang memiliki beberapa kandang untuk perawatan sesuai Standard for Wildlife Rehabilitationdan Standard for Bird of Prey Sanctuary.

Sebut saja kandang display, kandang observasi, kandang karantina, kandang rehabilitasi, dan fasilitas lainnya seperti klinik hewan, yang dikhususkan untuk merawat elang sakit.

Khusus kandang display yang ditempatkan terpisah, pengunjung bisa melihat langsung mengenai sifat asli elang selama masa rehabilitasi di area seluas 16 heltar itu.

"Mulai makan, kemudian kita gabung dalam satu kandang sebagai fase kawin mereka," ujar dia.

Perlakuan itu dibutuhkan untuk mengembalikan sifat asli elang sebagai predator tangguh saat kembali dilepas ke alam.

"Memang tidak seluruhnya sukses, kadang ada juga elang yang sulit kembali liar hingga akhirnya kita putuskan dirawat di sini untuk kebutuhan ilmu pengetahuan," ujar Zaini.

 

Harapan Pengunjung

Para pengunjung konservasi elang Kamojang tengah menaiki anak tangga setelah menikmati sajian kandang display elang di PKEK Kamojang
Para pengunjung konservasi elang Kamojang tengah menaiki anak tangga setelah menikmati sajian kandang display elang di PKEK Kamojang (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Putri Ika, (25), salah satu pengunjung lokal Garut menyatakan, keberadaan pusat konservasi elang Kamojang sangat dibutuhkan, sebagai penunjang ilmu pengetahun, terutama bagi siswa atau pelajar.

"Konseptual memang di kelas, tapi riilnya tetap harus langsung mengamati di lapangan" ujar dia.

Membawa sekitar 10 siswa pendidikan anak usia dini (PAUD), ia nampak sumringah menyaksikan anak didiknya mewarnai sang buru Garuda. Sementara sesekali dirinya menikmati suasana asri khas pegunungan. “Lokasinya sangat tepat pemeliharaan elang,” kata dia.

Dengan pola pengenalan secara langsung ujar dia, para siswa sekolah dasar atau pelajar tingkat lanjut, bakal mendapatkan pengetahuan baru, mengenai salah satu burung kebanggaan bangsa Indonesia itu.

"Mungkin ke depannya dibutuhkan juga sarana display audio visual yang lebih lengkap, untuk memudahkan pengunjung," kata dia.

Hal senada disampaikan Sopiah Kartika (23), salah satu  pengunjung sekaligus pengajar sekolah lanjutan tingkat pertama di Garut. Menurutnya, kehadiran kawasan konservasi elang terbesar di Indonesia itu, bakal menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

"Ada suasana berbeda yang ditawarkan, selain udaranya yang sejuka, juga kita bisa menyaksikan bagaimana pola hidup elang di alam," kata dia.

Ia berharap, dengan segudang fasilitas yang ada, hal itu bisa tetap dipertahankan dalam menjaga kelestarian salah satu hewan dilindungi di Indonesia itu.

"Semoga ke depannya koleksi elangnya terus bertambah tidak hanya dari pulau Jawa saja, tapi se-Indonesia," ujar dia berharap.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya