Tak Dibayar dan Diancam Pisau, Ini Curhat Pengelola Kedai Kopi di Cirebon

Maraknya aksi premanisme di Kota Cirebon tak hanya membuat resah warga, tapi juga berpengaruh bagi aktivitas perekonomian di kota tersebut.

oleh Panji Prayitno diperbarui 18 Sep 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2019, 17:00 WIB
Cerita Pengelola Kedai Kopi Cirebon Tutup Karena Ancaman Preman
Kapolresta Cirebon AKBD Roland Ronaldy ikut nyeduh kopi bersama salah seorang barista aksi solidaritas pegiat kopi Cirebon terhadap tindakan premanisme yang mengganggu usaha kedai kopi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Maraknya aksi premanisme di Kota Cirebon tak hanya membuat resah warga, tapi juga berpengaruh bagi aktivitas perekonomian di kota tersebut. Tak terkecuali salah satu kedai kopi di Cirebon. Kedai yang beroperasi sejak 2014 ini bahkan menyatakan diri tutup lantaran merasa tidak nyaman dengan maraknya aksi premanisme di Cirebon.

Id, inisial salah seorang pengelola kedai kopi itu, kepada Liputan6.com mengaku, oknum tersebut kerap datang ke kedai tanpa mau membayar kopi.

"Kami khususnya pemilik kedai sempat menegur orang itu tapi malah yang ada kami kena ancaman," kata Id saat menggelar Aksi Solidaritas Pegiat Kopi Cirebon di halaman Mapolresta Cirebon, Senin (17/9/2019).

Bahkan pernah sekali waktu, kata Id, preman tersebut datang dengan membawa pisau sangkur. Pisau tersebut diletakkannya di atas meja di tengah ramainya pengunjung.

Id mengaku sempat berusaha tidak menghiraukan apa yang menjadi kemarahan oknum preman itu. Namun, belakangan preman tersebut mulai mengancam pengelola kedai.

"Orang tersebut bilangnya begini 'saya sudah biasa nusuk orang dan untung yang ke sini saya. Kalau bos-bos saya yang ke sini sudah digorok kamu'. Padahal suasana di situ sedang ramai akhirnya pengunjung resah," ujarnya.

Dari aksi ancaman preman tersebut, kedai kopi itu menyatakan diri tutup. Pengelola kedai sempat mengumumkannya di  media sosial.

Sempat takut untuk melapor ke polisi, tetapi dorongan pegiat kopi lain dan keaktifan petugas Polresta Cirebon yang datang menemui pemilik kedai memberanikan diri untuk melapor.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Aksi Solidaritas

Ilustrasi Penganiayaan
Ilustrasi Penganiayaan (iStockphoto)​

Kapolresta Cirebon AKBP Roland Ronaldy mengatakan, pihaknya sudah tahu maraknya aksi premanisme di Cirebon lewat laporan warga dan media sosial, tetapi korban tidak ada yang mau melapor.

"Kami inisiatif mencari pemilik kedai itu untuk segera membuat laporan," katanya.

Dia menyebutkan, aksi ancaman yang dilakukan preman tersebut terjadi 3 September 2019. Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku seorang diri.

Roland mengaku sudah mengindikasikan beberapa orang yang diduga merupakan preman yang mengancam pengelola kedai kopi itu.

"Beberapa keterangan dan penyelidikan sementara yang kami dapat ciri-ciri pelaku sesuai keterangan pengelola kedai sudah kami dapat. Tinggal tunggu bukti penguat lain ya," ujarnya.

Roland sempat menyayangkan pengelola kedai yang tidak langsung melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Dia memastikan, para pegiat kopi lain agar tidak ragu melapor jika ada indikasi kriminalitas yang menghambat usaha.

Sementara itu, perwakilan pegiat kopi Cirebon, Irwan Setiawan mengaku, aksi solidaritas yang digelar di halaman Mapolresta Cirebon untuk memberi dukungan moril kepada kepolisian dan pengelola kedai. Para pegiat kopi Cirebon berharap kedai kopi yang tutup itu kembali membuka usahanya.

"Ini bentuk peduli kami kepada salah satu teman kedai yang tutup karena aksi ancaman preman," katanya.

Irwan berharap, dari kejadian tersebut polisi dapat menangkap preman yang diduga telah membuat resah kedai kopi di Cirebon ini. Para pegiat kopi Cirebon sangat mendukung kerja kepolisian untuk menciptakan suasana aman dan nyaman.

"Ini juga bentuk apresiasi kami kepada polisi agar lebih semangat bekerja menciptakan suasana amnan dan nyaman," katanya menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya