Tradisi Rebo Kasan, Panggilan Silaturahmi untuk Pemuda Palembang

Masjid-masjid yang masih melaksanakan Rebo Kasan merupakan masjid lama yang dikelilingi oleh warga keturunan Arab atau lingkungan para ulama-ulama di Palembang.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 05:00 WIB
Pantun Batanghari Sembilan Sumsel yang Bikin Ketawa
Ikon tulisan Palembang dipajang di pinggiran Sungai Musi di Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) yang mempunyai 9 anak sungai (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Masyarakat di Kota Palembang khususnya kelompok keturunan Arab masih melaksanakan tradisi Rebo Kasan atau Rabu Akhir untuk menolak bala. Saat ini, tradisi tersebut sangat jarang ditemui atau nyaris punah.

Salah seorang tokoh budaya Palembang, Anna Kumari, mengatakan bahwa Rebo Kasan telah ada sejak ratusan tahun lalu yang dilaksanakan hampir di semua masjid atau musala di Kota Palembang, tetapi saat ini hanya segelintir masjid yang masih melaksanakannya.

"Rebo Kasan ini punya tujuan memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala bala bencana, tapi semakin sedikit yang masih melakukannya," ujar Anna Kumari usai melaksanakan Rebo Kasan, Rabu, 23 Oktober 2019, dilansir Antara.

Rebo Kasan dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar setiap tahun, di dalamnya berisi tiga runut kegiatan, yakni Salat Sunat Safar, Bekela, atau makan-makan dan mandi Safar.

Salat Sunat Safar empat rakaat yang dilakukan tanpa imam, utamanya dilaksanakan pada pagi hari, tetapi ada yang menjalankannya pada siang dan malam hari.

Setelahnya para jamaah laki-laki atau perempuan membacakan zikir, surat Yasin, dan membacakan doa-doa tolak bala agar dijauhkan dari bencana alam, tak lupa botol berisi air minum diletakkan di tengah-tengah pembacaan doa.

Kemudian, jemaah makan bersama atau Bekela, makanan yang disantap boleh apa saja asalkan halal, makna Bekela sendiri adalah untuk menyambung silaturahmi.

Terakhir, air di dalam botol yang sudah dibacakan doa tersebut diminum dan dibasuhkan ke wajah anggota keluarga yang melaksanakan Salat Safar.

"Dulu setelah Bekela para warga langsung mandi di Sungai Musi atau anak-anak Sungai Musi, tapi sekarang kondisinya sudah tidak mungkin lagi, jadi digantikan dengan air di dalam botol itu," jelas Anna Kumari.

 

Nilai Luhur dalam Tradisi Rebo Kasan

Tugu Ikan Belido langsung menghadap ke Sungai Musi dan Jembatan Ampera Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)
Tugu Ikan Belido langsung menghadap ke Sungai Musi dan Jembatan Ampera Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Setidaknya ada sembilan masjid dan musala yang melaksanakan Rebo Kasan, yakni Masjid Sultan Agung 1 Ilir, Masjid Islah 14 Ulu, Langgar Sukalilah 16 Ulu, Musala Suka Damai 14 Ulu, Mushola Sabilllah 10 Ulu, Masjid Jamik Sungai lumpur 11 ulu, Masjid Al Mutakkin Jalan Jaya Indah, Langgar Kenduruan 7 Ulu, dan Masjid Al Abroz Silaberanti.

Masjid-masjid yang masih melaksanakan Rebo Kasan merupakan masjid lama yang dikelilingi oleh warga keturunan Arab atau lingkungan para ulama-ulama di Palembang. Selain itu, jemaah Rebo Kasan tergolong sudah usia lanjut dan sangat jarang diikuti golongan pemuda saat ini.

"Semakin sedikit warga yang melaksanakan Rebo Kasan, padahal inilah tradisi yang mengandung nilai luhur, saya berharap pemerintah daerah bisa membuat solusi agar tradisi ini tidak punah," kata Anna.

Sadar akan tradisi yang terancam punah, Anna mengaku telah menuliskan buku petunjuk tradisi Rebo Kasan, buku pertama diterbitkan pada 2011 oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan buku kedua diterbitkan pada 2013 oleh Kemendikbud RI.

"Buku-buku itu sudah dibagikan masjid-masjid baru yang ada di Kota Palembang agar bisa dilestarikan oleh generasi penerus," demikian Anna Kumari yang kini menginjak usia 74 tahun.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya