BPBD Jawa Barat Siap Siaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Menyusul mulai tingginya intensitas hujan di sejumlah daerah di Jawa Barat, BPBD Jabar bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 21 Nov 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 08:00 WIB
Mobil dapur umum BPBD Jawa Barat
Sebuah mobil yang berfungsi sebagai dapur umum terparkir di halaman Gedung Sate, Kota Bandung. Mobil ini digunakan BPBD Jabar untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Menyusul mulai tingginya intensitas hujan di sejumlah daerah di Jawa Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi. Persiapan di antaranya mempersiapkan personel, peralatan, relawan, serta mengevaluasi titik-titik potensi bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat Supriyatno menyatakan pihaknya siap melakukan penanggulangan bencana di wilayah yang terdampak bencana. Bahkan, persiapan sarana prasarana dinilainya sudah dalam keadaan siaga.

"Kami di dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi," kata Supriyatno di Gedung Sate, Selasa (19/11/2019).

Menurutnya, BPBD tingkat kabupaten/kota di Jabar pun telah siap berkolaborasi untuk menangani bencana-bencana yang dikhawatirkan muncul saat musim hujan berlangsung.

"Kesiapsiagaan kami tentunya berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota, TNI, Polri, Basarnas dan relawan. Untuk BPBD, kami siapkan seluruh logistik dan peralatan serta SDM dalam penanggulangan bencana," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan, ancaman bencana tanah bergerak atau tanah longsor masih mendominasi angka musibah yang ada di Jawa Barat, terutama pada musim penghujan seperti saat ini. Tercatat ada 3.000 titik rawan bencana pergerakan tanah yang tersebar di 27 kabupaten dan kota.

"Jawa Barat bagian selatan dan tengah, ada 3.000 titik lokasi rawan pergerakan tanah. Dari Januari 2019 sampai hari ini ada 468 kejadian tanah bergerak," jelasnya.

Menurut Supriyatno, potensi longsor di wilayah Jabar tengah dan selatan sangat besar mengingat tanah yang merekah selama musim kemarau akan sangat berbahaya saat menyerap guyuran air hujan.

Selain tanah longsor, Supriyatno juga mengungkapkan, bencana yang mendominasi di Jabar sejak Januari hingga Oktober terdiri dari kebakaran hunian, angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan gempa bumi.

"Sampai akhir Oktober bencana 1.486 kejadian, itu belum terhitung November," katanya.

Sementara itu, terkait anggaran untuk logistik kebencanaan pada APBD 2020 mendatang, Supriyatno mengungkapkan terjadi peningkatan.

Waspadai Banjir dan Longsor

Peneliti BMKG Bandung
Peneliti BMKG Bandung Yan Firdaus Permadhi. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sementara itu, peneliti dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Yan Firdaus Permadhi mengatakan, musim hujan sudah berlangsung sejak awal November. Kondisi tersebut akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Musim hujan akan dimulai dari selatan Jawa Barat lalu perlahan bergerak ke utara. Jadi sebelah utara Jabar akan memasuki musim hujan terakhir dibanding wilayah selatan," ujar Yan.

Kondisi hujan menurutnya berbeda-beda di tiap daerah. Wilayah selatan seperti Bogor, Cianjur dan Sukabumi saat ini mulai hujan deras. Sedangkan. Bandung sudah beberapa kali hujan namun bersifat sporadis.

Mengingat kondisi tersebut, BMKG sudah mengingatkan pemerintah daerah untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.

"Kami sudah memberikan beberapa peringatan bencana hidrometeorologis. Banjir, longsor, angin kencang atau puting beliung juga ada kombinasi banjir dan longsor," katanya.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya