Idap Tumor Ganas di Perut, Resya Bocah di Tasikmalaya Butuh Uluran Tangan

Penyakit tumor ganas yang membuat perutnya terus membesar membuat siswa SD kelas IV itu tak bisa bergerak leluasa.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Nov 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2019, 12:00 WIB
Resya Setiawan
Resya Setiawan (11), bocah asal Tasikmalaya, Jawa Barat, didiagnosa penyakit tumor ganas yang menyerang perutnya. (Istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Resya Setiawan (11), bocah asal Tasikmalaya, Jawa Barat, tak bisa bermain dengan teman sebayanya. Penyakit tumor ganas yang menyerang perutnya membuat siswa SD kelas IV itu tak bisa bergerak leluasa karena perut yang terus membesar.

Anak pasangan Ikin Sodikin dan Siti Maesaroh itu kini hanya bisa pasrah sembari berharap ada keajaiban. Resya sendiri hingga Senin (18/11/2019) dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Kota Bandung.

"Resya saat ini kondisi kankernya memang sudah stadium empat. Sudah ada penyebaran ke paru kemudian dia juga gizinya buruk dan ada infeksi paru," kata Dr. Susi Susanah, dr.,SpA(K), MKes, dokter yang menangangi Resya. 

Susi menjelaskan, Resya datang ke rumah sakit dengan kondisi kanker jaringan otot atau Rabdomiosarkoma yang masuk stadium lanjut.

Diagnosa awal, kanker yang dialami Resya merupakan kanker hati. Namun belakangan diketahui kanker yang berada di sekitar liver itu berasal dari jaringan otot. Adapun sel kanker sudah menyebar ke hati dan paru-paru.

"Tumornya sangat besar, sudah kena di bagian hati. Secara teknis sulit untuk dioperasi," kata Susi.

Susi menyebutkan, Resya masih dalam kondisi sadarkan diri dan dapat diajak berinteraksi. Namun, pasien terpaksa menggunakan infus untuk memberikan asupan nutrisi mengingat adanya pendarahan di saluran cerna. Selain itu, Resya kerap merasakan sesak napas ketika berjalan.

Menurut Susi, dengan kondisi pasien saat ini tidak memungkinkan untuk diambil tindakan operasi. Sebab, tumor ganas yang diidap bocah malang itu berada di kedua liver miliknya.

"Jadi bingung operasinya juga karena pada saat itu dia kena radang paru-paru berat juga, ada pneumonia. Kalau kita paksakan kemoterapi, pasien kanker anak yang dalam keadaan baik pun dikemoterapi itu efek sampingnya sudah banyak. Apalagi kalau kondisinya sudah seperti ini," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Sejak Januari 2019

Resya diketahui mengidap tumor sejak Januari 2019. Warga Kampung Sukaasih, Desa Sukamenak, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya itu mulai berobat ke RSHS pada April 2019. Kemudian pasien kembali mendapatkan perawatan mulai tanggal 21 Oktober 2019 lalu.

Menurut keterangan Susi, Resya datang dengan gizi buruk. Kadar albuminnya sudah sangat rendah sehingga pasien pun ditransfusi albumin. Selain itu, kaki pasien mengalami bengkak akibat dari kekurangan albumin.

Rencananya, Resya akan menjalani perawatan paliatif, sebuah upaya pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif alias tak dapat disembuhkan secara medis. Tujuannya, agar meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita.

"Tadinya kita mau melakukan kemoterapi, tetapi ditunda karena kondisinya sangat tidak memungkinkan. Hal ini sudah kami informasikan kepada orang tuanya," ujar Susi.

Resya sendiri dirawat oleh sang kakek yang menunggui di rumah sakit. Ibu dan bapak Resya sudah berpisah.

Susi menuturkan, pihak keluarga pasien sudah meminta pulang. Namun RSHS belum memutuskan kapan Resya dapat pulang.

"Meski biaya pengobatan dari JKN dan BPJS ditanggung, tetapi living costnya dan tentu harus mencari sendiri. Beberapa ada donatur yang membantu, kami dari para dokternya ikut membantu juga. (Living cost) itu yang membuat berat. Karena itu kita mohon bantuannya khususnya untuk pasien kanker anak," kata Susi.

Sementara itu, tetangga Resya, Ema mengatakan, pasien saat ini sudah keluar dari rumah sakit. Setelah mendapatkan penjelasan dokter, Resya kembali ke kampung halamannya di Tasikmalaya.

"Saat ini sedang dalam perjalanan menggunakan ambulans," kata Ema saat dihubungi Selasa (19/11/2019).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya